Chapter 24 (Pilu)

60 2 0
                                    

15.00 wib

Setelah selesai melaksanakan solat ashar, Arsya kini terlihat duduk disekitar taman rumah sakit.
Tatapannya kosong menyiratkan beribu beban kesedihan. Pikirnya hanya tertuju pada Bunga. Ia sendiri tak memikirkan kesehatannya. Tubuhnya terasa hangat, kepalanya terasa pening tapi ia tak perdulikan.
Ia teringat ia hanya makan nasi goreng tadi pagi dirumahnya. Sampai saat ini ia belum mengkonsumsi apapun. Saat tengah melamun, tiba tiba ada seorang anak kecil yang duduk disampingnya. Dia memegang sebuah boneka teddy bear kecil. Kira kira usianya baru menginjak 5 tahun. Anak kecil itu menatap Arsya dan tangan kirinya menyentuh pelan lengan Arsya.

Arsya terkaget dan menoleh kesamping. Ternyata ada anak kecil yang duduk disampingnya.
"Om om lagi sedih ya?" Tanya anak kecil itu. Arsya tersenyum kecil. Ia mengelus pelan kepala anak kecil itu. Tapi, ia kaget saat tak sengaja rambut halus nan hitam milik anak kecil itu ikut terbawa oleh telapak tangannya. Seperti rontok.

"Om pasti kaget ya lambut aku rontok" Arsya kembali tersenyum tipis. Ia berfikir apakah anak ini sakit?
"Kata mami aku, ini efek kemo telapi aku om. Om tau ga abis kemo telapi aku sakit banget. Semua badan aku sakit. Kalo aku tanya mami aku sakit apa? Mami bilang aku kanker om. Kanker otak. Aku gangerti om kanker otak apa." Cerita anak kecil itu.

"Maaf ya om aku jadi celita sama om" ucapnya lagi.
Arsya terhenyuh mendengar apa yang diucapkan anak kecil itu. Sekecil ini sudah mengidap kanker. Ya Allah betapa beruntungnya ia diberikan sehat olehnya.

"Nama kamu siapa?"
"Nama aku Sheryl" jawabnya sambil tersenyum sangat manis.

"Om kenapa sedih? Om sakit kayak aku?" Tanya Sheryl.
Arsya menggeleng.
"Bukan om yang sakit sayang. Tapi orang yang sangat berarti untuk om lagi sakit disini" jawab Arsya.

"Siapa om? "
"Pacar om" .
Sheryl menggenggam tangan Arsya. Ia tersenyum lagi dan itu membuat Arsya sedikit tenang.

"Om ga bole sedih. Kata mami kita harus terus bersyukur atas apa yang terjadi. Sheryl aja bersyukur dikasih penyakit sama Allah. Kata mami Allah sayang sheryl. Nah om juga harus bersyukur. Allah juga sayang sama pacar om. Om berdoa aja sama Allah biar segera sembuh. Kayak papi mami sama sheryl berdoa buat kesembuhan sheryl om"
Arsya sedikit tertampar mendengar penuturan yang keluar dari bibir mungil Sheryl. Anak sekecil ini saja bisa terlihat tegar padahal mengidap penyakit yang serius.

"Makasih ya Sheryl udh buat om tenang"
"Sama sama om. Kata mami kita sebagai manusia harus menghibur yang lain dan harus mensupport orang lain" Jawabnya.

"Om om udh dulu ya. Aku mau balik ke kamar dulu. Aku takut mami sama papi nyariin aku" pamit Sheryl.

"Hati hati ya. Atau mau om anter?"
"Gausah om Sheryl sendiri aja. Sheryl pamit dulu ya om. Sampai ketemu nanti" Ucap Sheryl. Ia berlalu meninggalkan Arsya yang terdiam mencerna apa yang dikatakan Sheryl.

--

Setelah dari taman, Arsya berlalu keruang rawat Bunga, pandangannya yang menunduk tak melihat bahwa didepannya ada perempuan yang tersenggol dan jatuh terduduk olehnya.
Brukkk.

"Maaf maaf saya ga sengaja" ucap Arsya. Ia membantu perempuan yang wajahnya sedikit tertutup rambut hitam lebatnya.

"Iya gapapa" saat menoleh, perempuan itu terkaget melihat Arsya.

"Arsya"
"Loh Nitaaa"
Mereka berdua saling melemparkan senyum tipisnya.
Arsya pun membantu Nita berdiri.

"Kamu sedang apa disini?" Tanya Arsya.
"Aku mau jenguk ibunya temenku yang sakit. Kalau kamu sedang apa disini?" Tanya Nita balik sambil diiringi senyum manisnya. Ia sangat senang bisa bertemu kembali dengan Arsya. Asal Arsya tau bahwa Nita sangat merindukannya. Entah sebaliknya.

"Pacarku Bunga dirawat disini" balas Arsya sendu. Ia menggeser badannya hingga sampai pada 1 kursi ruang tunggu. Kemudian ia duduk diikuti Nita disampingnya.

Nita terkaget. Jadi, Bunga juga dirawat disini. Sama seperti ibu temannya.

"Maaf Sya. Kalo aku boleh tau. Bunga sakit apa?" Tanya Nita hati hati. Terlihat bahwa raut wajah Arsya sangat murung dan sedikit pucat. Nita ikut bersedih melihatnya.

"Dia menderita kebocoran jantung."
"Sejak kapan?" Tanya Nita.
Arsya hanya menggeleng. Karena memang benar ia tak tahu sejak kapan kekasihnya mengidap kebocoran jantung.

Dengan reflek, Nita menggenggam tangan Arsya.
"Kamu harus sabar ya Sya. Semoga Bunga cepat sadar" ucapnya menenangkan. Arsya pun tersadar dan melepaskan genggaman tangan Nita.

"Maaf Nit jangan seperti ini"
"Iya Sya maaf aku reflek" jawabnya sendu.
"Yaudah aku pamit duluan ya" ucap Arsya. Ia berdiri dan mengelus sekilas pucuk kepala Nita. Kemudian berlalu keruang rawat Bunga yang tinggal beberapa langkah lagi.

---

Setelah kepergian Arsya, Nita berdiri dari duduknya dan berlalu keruang rawat ibu temannya.
Tak lama, Nita sampai di kamar Melati no 206.
Didepannya terlihat laki laki tampan bersama seorang gadis yang tertidur dipundaknya. Laki laki itu hanya termenung menatap kosong kearah depan.

"Faris" panggil Nita menyadarkan keduanya yang termenung. Ternyata, teman Nita adalah Faris.
Faris menoleh pada Nita. Ia tersenyum manis pada Nita.

"Bagaimana keadaan ibu?" Tanya Nita.
Faris menoleh sebentar kearah jendela ruang rawat ibunya. Kemudian menatap Nita dan menggeleng.

"Masih sama. Tadi malah kejang kejang"
"Faris kamu harus sabar. Sebaiknya juga kamu pulang. Biar aku yang jaga ibu" ucap Nita. Ia merasa iba melihat muka lelah Faris. Apalagi melihat Fira yang tertidur pulas tapi dengan posisi terduduk seperti itu. Tak tega sekali melihatnya. Bagaimanapun Nita sudah menganggap Fira adalah adik kandungnya.

Faris hanya menggeleng.
"Tidak aku tidak mau pulang."
"Faris kamu jangan egois. Pikirkan adikmu yang seperti nya kelelahan juga" Nita kembali menasehati Faris. Agar dia memikirkan adiknya.

Faris menatap Fira yang tertidur pulas. Dengan sangat terpaksa,ia membangunkan Fira dengan menepuk pelan pipinya.

"Fira bangun sayang" panggilnya. Fira terlihat menggeliat dan mengerjapkan kedua bola matanya. Setelah terbuka sempurna, disamping kananya ia melihat Nita tersenyum manis kearahnya.

"Kak Nita" pekiknya senang. Ia berhamburan kedalam pelukan Nita. Nita pun membalasnya.

"Hai sayang, kamu apa kabar?" Tanya Nita.
Fira menggeleng dan termenung.
"Aku gabaik baik aja kak. Hati aku sakit liat ibu kayak gitu" Balasnya sendu.
Nita kembali memeluk Fira dan menyandarkan kepala Fira dibahunya.

"Kamu harus percaya sama kakak. Ibu pasti bisa lewatin ini semua. Ibu pasti bisa sembuh sayang. Kamu harus terus berdoa sama Tuhan biar Tuhan angkat penyakit ibumu" ucap Nita menenangkan. Baginya,Fira sama seperti almarhum adik kandungnya yang meninggal dengan mengidap penyakit yang sama seperti ibunya Faris.

"Sebaiknya, kamu pulang ya diantar kakak kamu. Biar ibu sekarang kaka yang jagain. Besok juga kan kamu sekolah" ucapnya lagi. Fira terlihat mengangguk dan menoleh kearah Faris yang sudah berdiri sambil menenteng tas jinjing milik Fira.

"Ayo Ra" ajak Faris.
"Nita, aku titip ibu ya. Kalo ada apa apa kamu langsung telfon aku" pamitnya pada Nita. Nita hanya tersenyum dan melambaikan tangan kearah Fira begitupun sebaliknya.

***************************************************

Hai hai semua. Maafin aku ya baru bisa lanjutin ceritanya sekarang:)
Semoga kalian semua suka ya sama chapter ini😂🖤🖤🖤

Aku Kamu dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang