03
-------------------
Bundo memasuki rendang kedalam kantong plastik bening. Tak lupa dengan sayur dan sate kambing yang masuk juga kedalam kantong itu."Bund, kebanyakan itu!" Regita berbisik sambil menggoyangkan bahu Bundo. Orang yang bersangkutan hanya melirik sambil melotot, memerintah untuk tidak ikut campur.
Regita tersenyum malu kepada pager ayu yang sedang melongo melihat tamu undangan yang serakah. Pasti tak enak jadi dirinya. Dia ingin menghentikan tamu serakah tersebut tapi takut kalau tamu itu tersinggung. Tidak menghentikannya, makanan yang dia jaga pasti ludes.
"Kresek lagi.." pinta Bundo. Regita hanya memandang tangan Bundo yang sedang meminta. Karena tak mendapat apapun, Bundo mengambil piring yang ada didepan Regita. Mengambil dua porsi wajar untuk dirinya dan Regita.
Bundo memberikan kedua piring tersebut yang sudah terisi kepada Regita. Bundo tersenyum, lalu mengambil piring lagi.
"Buat temen saya didepan."
Regita sudah berada pada batas malunya. Dia pergi meninggalkan Bundo saking malunya.
Teman yang mana coba? Regita sangat yakin bahwa dia kemari dengan Bundo. Hanya dia. Rasa sesal menyelimutinya, tahu begini dia tidak akan mengajak Bundo kepernikahan.
Pernikahan siapa? Dia tidak tahu. Tadi sempat melihat nama mempelainya, tapi sudah lupa. Rencananya Regita tidak akan pergi ke pesta pernikahan manapun hari ini. Tapi saat dia khendak mencari warteg untuk makan siang, dia melihat janur kuning. Dan tibalah dia disini dengan rasa malu yang tak tertahan.
Semenit yang lalu Bundo telah duduk disampingnya. Tanpa rasa malu dia memakan dua piring sekaligus. Bangku sebelahnya yang kosong dipakai untuk menyimpan buah buahan dan air minum yang sama banyaknya.
"Bund.." panggil Regita.
"Gak usah protes!"
Bundo sudah paham betul dengan isi kepala Regita. Dia pasti protes dengan penjarahan yang dilakukan. Padahal Minggu lalu dia melakukan hal yang serupa.
"Bund, kalau mau jarah itu yang pestanya digedung!" Saran Regita.
"Salah!" Tolak Bundo dengan tegas. "Mau digedung kek, rumah kek, jarah mah jarah aja!" Sahut Bundo cuek.
Regita membenarkan apa kata Bundo didalam hatinya. Kenapa kalau menjarah harus digedung saja, kalau ada yang dirumah seperti ini boleh yah lakukan saja.
"Lagian kalau digedung malu kita double, git. Kalau disini.." Bundo melirik pager ayu tadi. Pager ayu yang sedang tidak melayani apapun melihat kearah Bundo dan tersenyum. Bundo pun tersenyum. "Rasa kekeluargaan kental." Lanjutnya.
Keluarga embah mu! Ujar Regita dalam hati.
Mereka disana bukan siapa siapa. Keluarga bukan, teman bukan, apalagi mantan. Mereka hanya dua tamu tak diundang yang menumpang makan.
Tamu tak diundang yang ada disebelahnya kini sudah menghilang. Regita mencari keberadaannya. Kini dia melihat Bundo pergi kearah panggung.
"Bundooo...." Teriak Regita. Percuma saja, sebesar apapun Regita bersuara suaranya kalah saing dengan mbak mbak dangdutan didepan sana.
Apa salah dan dosaku, sayang 🎵
Cinta suciku kau buang-buang 🎵
Lihat jurus yang kan ku berikan 🎵
Jaran goyang, jaran goyang 🎵
Tadinya Regita hendak menyusul temannya. Tapi saat melihat temannya kerasukan, Regita berbalik arah. Membalikkan kursi yang tadinya menghadap panggung.
Dia mengambil piring yang dia simpan dikursi tersebut, lalu dia duduk. Dia tidak mau mengotori matanya, karena melihat teman gilanya sedang berjoget disana. Bundo berjoget sambil mengacungkan selembar uang seribu, kearah biduan dangdut.
Didepan Regita, kini ada pria tampan yang sedang melihat kearahnya. Regita mengacuhkannya. Dia melakukan kegiatan makannya dengan tenang.
Sudah biasa diriku ditinggalkan 🎵
Diacuhkan dan dicampakan 🎵
Oleh orang yang kucinta 🎵
Menyakitkan tapi tak ku rasakan 🎵
Kupasrahkan semua pada Tuhan 🎵
Yang telah mengatur semua jalanku 🎵
Dan juga jodohku dimanapun 🎵
Kapanpun itu 🎵Rupanya biduan dangdut itu sudah mengganti lagu. Kini dia menyanyikan lagu selow dari Wahyu. Dia menyanyikan lagu ini dengan versi Wahyu tidak dibuat jadi koplo. Regita berpikir. Pasti saat ditengah dijadikan koplo. Dan benar rupanya.
Karna ku selow sungguh selow 🎶
Regita terkejut terheran heran. Kalian pasti tahu kelanjutannya. Pokonya dia terkejut mendengar suara itu. Selama empat tahun bersahabat dia tidak dan tak akan lupa pada suara ini. Bundo sedang bernyanyi dengan suara cemprengnya.
Sangat selow tetap selow 🎶
Santai santai jodoh gak akan kemana 🎶
Regita mengutuk siapa saja yang memperbolehkan wanita kerasukan untuk bernyanyi. Regita membayangkan, Bundo yang sedang bernyanyi dan berjoget dipanggung. Sungguh itu memalukan.
Karna ku selow sungguh selow 🎶
Sangat selow tetap selow 🎶
Santai santai ku yakin tuhan 🎶 berikan gacoan 🎶
"Stop! Stop! Stop!" Musik pun berhenti. Regita melihat sekelilingnya yang tadi merasa terganggu sekarang mereka bernafas lega.
"Rasanya gak afdol kalau gue nyanyi bareng penyanyi cantik, sedangkan teman gue yang cantik sedang murung disana!" Bundo berbicara dengan mix tapi dia tetap berteriak-teriak sehingga membuat dengungan yang cukup memekakkan telinga.
Regita jangan memperdulikan, kalau kau melirik semua orang akan tahu kau bersamanya.
"Bukan teman! Bukan teman! Bukan teman!"
"Jangan melirik! Jangan melirik! Jangan melirik!"
Regita terus melafalkan dua kalimat tersebut. Dia juga memohon restu dan doa, semoga hari ini cepat berakhir.
"Hey! Temen gue yang disana!"
"Jangan peduli! Jangan peduli! Jangan peduli!"
Regita memakan makanannya dengan cepat, saking cepatnya dia langsung menelannya.
"Yang lagi menghadap ke mas ganteng.."
Regita menegang saat banyak orang yang meliriknya termasuk mas ganteng dihadapannya. Regita melihat mas ganteng tersebut tersenyum kepadanya. Saat melihat itu, Regita kesal. Dia tahu arti senyuman itu pasti untuk mengejeknya.Regita memalingkan wajahnya, hingga Bundo bisa menatapnya.
Gawat!
"Heh tukang modus, kesini loe!" Tunjuk Bundo. Regita menyengir dan bernyanyi dalam hati untuk menghilangkan rasa malunya. Kira kira lagunya seperti ini.
Apa salah dan dosaku, Bundo 🎵
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Non Invitato
Teen FictionRegita, anak kos yang memiliki kebiasaan unik yaitu datang ke acara orang tanpa di undang. Menurutnya itu tidak jadi masalah asal si empunya acara tak mempersoalkan. Dan, untungnya dia selalu diterima secara terbuka. Tapi berbeda dengan malam ini. D...