11
-------"Ahhhh..." Regita menatap teman yang sedang merentangkan kedua tangan. "Gue kenyang banget deh, Git!" katanya sambil mengusap mengusap perut.
"Loe emang bener. Ternyata makan di kondangan itu lebih enak berkali lipat dibandingkan makan di cafe manapun."
Regita terkekeh. "Pasti gara gara gratisannya?" tebak Regita.
Cahaya, teman Regita. Gadis itu memalingkan wajah sambil tersenyum ke bawah. "Kita gak makan gratisan juga kali, Git. Kita kan ngamplop."
"Walau iyuran," lanjut Cahaya.
Regita menanggapi nya dengan senyuman. Mereka terus berjalan beriringan di trotoar jalan. "Ca?!" panggil Regita.
"Hm,"
"Aku mau cerita."
"Apa?"
"Aku lagi kesel, Ca!" Cahaya mengeryitkan keningnya. "Kamu harus tahu. Kemarin aku jatuh ke kloset huaaaa aku masih kebayang rasanya jijik jijik gimana gituu ishhhhh."
Cahaya melebarkan matanya.
"Bentar, bentar. Loe jatuh?"Regita mengangguk. "Loe jatuh?" Cahaya kembali mengulang pertanyaanya. Regita kembali mengangguk. "Pas ke lubangnya banget?" Bibir bawah Regita maju sedikit, matanya berkaca kaca, dia mengangguk singkat. "Semua badan loe masuk ke lubang? Emang, muat?"
"Ishhh enggak, Ca! Yakali badan segede ini bisa masuk ke lubang jahanam itu," sewot Regita. "Yang masuk tuh cuma kaki kiri aja."
"Pantesan dari tadi gue mencium bau bau tai. Ternyata dari loe, Git." Cahaya buru buru menutup hidungnya. Diapun berjalan lebar menjauhi Regita. "Sana, loe! Jangan deket deket nanti baunya nular lagi," usir Cahaya.
Regita mendengus kesal, dia berlari kecil mengejar langkah Cahaya. Berhasil mengejar Cahaya yang memang lebih tinggi darinya. Regita melancarkan aksi berupa menginjakan kaki kirinya ke kedua kaki milik Cahaya. "Nih, nih, rasain. Biar nular wanginya."
"Woyy!" sorak Cahaya tak terima. "Ish, sepatu gue baruuu nih," terangnya.
"Hahahaha," Regita tertawa. "Puas. Wleee. A-a-ah SAKIT, Ca!" Cahaya balas menginjak sepatu Regita dua kali lipat dengan tenaga dua kali lipat.
Cahaya tipe tipe cewek pembalasan dendam. Kalau misalnya ada orang yang melempar batu dia balas orang itu dengan melempar granat. Semboyan mata dibalas mata tidak berlaku di kamusnya. Kalau bisa, mata dibayar nyawa. Emang sadis sih, nih cewek. Makanya kudu hati hati!
Mereka melanjutkan jalannya. "Btw nih, Git! Kok loe bisa jatuh ke lubang kloset? Tuh mata di taro di mana sih?! Bisa sembrono gitu!"
"Gak tahu! Kejadiannya cepet," jawab Regita. "Sebelum aku jatuh. Ada yang nyumpahin orang jatuh ke lubang kloset kenceng banget." seru Regita.
Cahaya diam menyimak.
"Aku lagi ngelamun tuh. Kamu tahu kan, yah? Kalau orang lagi ngelamun, terus tiba tiba ada suara kenceng kek gitu. Bisa menyebabkan kaget."
"He'em, he'em," angguk Cahaya mengerti maksud Regita. "Loe kaget. Terus loe jatuh?" tebak Cahaya. Regita mengiyakan.
"Aku tuh jatuh. Tapi belum sampai kedaerahan lubang nya itu loh. Itu tuh sakiiiiiiiiiiit banget." ucap Regita dengan sedramatis mungkin. "Nah, aku coba berdiri kan?! Aku coba berdiri ehhh bukannya berdiri aku malah kepeleset. Terus kaki kiriku malah masuk ke dalam lubang. Ishhhhh aku jadi merinding ngebayangin kejadian kemarin."
![](https://img.wattpad.com/cover/185158287-288-k881484.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Non Invitato
Teen FictionRegita, anak kos yang memiliki kebiasaan unik yaitu datang ke acara orang tanpa di undang. Menurutnya itu tidak jadi masalah asal si empunya acara tak mempersoalkan. Dan, untungnya dia selalu diterima secara terbuka. Tapi berbeda dengan malam ini. D...