6

87 49 53
                                    


06

  ----------------

Kini mereka sedang berada dikantin. Kantin itu berada disebelah kiri gedung statistika. Tempatnya agak kecil tapi nyaman. Apalagi mereka memilih bangku yang paling pojok. Dan senyum selalu terbit diwajahnya mereka. Karena itu banyak pasang mata yang mengira mereka punya hubungan.

"Kak, ternyata bener..." Regita mengantungkan ucapannya. Eza semakin bingung saat Regita menunduk dan senyum sudah menghilang diwajahnya. Eza ingin bertanya kenapa. Tapi dia membiarkan gadis itu bercerita sendiri. Eza masih menunggu.

Regita memainkan kedua ibu jarinya, "di semester dua..." Regita mengangkat kepalanya menatap Eza. Mereka saling menatap mengkunci tatapan itu. "Ternyata masih ada matematika."

Eza tersenyum lalu mengacak ngacak rambut gadis yang sempat membuatnya takut.

"Terlalu sibuk jadi ketinggalan pelajaran. Aku takut gak naik kelas!"

Eza terkekeh geli, "emang anak SD, gak naik kelas?!" Regita menatapnya malu. Dia lupa, kalau sekarang dia sudah duduk di bangku kuliah. Gak ada namanya gak naik kelas, paling juga mengulang. Dan mengulangnya pun hanya di mata pelajaran yang jelek saja. Bukan semua.

"Kakak mau bantu gak ajari aku?"

"Emang kamu sibuk apa? Cari jodoh yah." Regita cengengesan. Eza benar bahwa di semester ini dia sibuk dengan jodohnya yang belum menampakkan diri. Tapi selain itu dia sibuk dengan kegiatan himpunan mahasiswa, semacam OSIS bila di SMA.

Regita menatap ke sekelilingnya, "kalau orang didepan aku mau jadi calonnya sih, aku gak akan sibuk lagi." Di kata terakhir Regita melirik Eza yang tersenyum manis. "Gimana mau kak?"

Eza salah tingkah mendengarkan ucapan Regita. Lucu yah, ketika pria dua tahun lebih tua digoda ABG. Regita ini memang bisa menghidupkan suasana.

Dia mempunyai semacam magic yang membuat semua orang tertarik padanya. Jangankan Eza yang notabene adalah pria pemalu yang pintar. Iqbal sang manusia es bisa dia taklukan. Buktinya Iqbal bisa teriak teriak kerasukan kemarin.

"Ekhemmm."  Mendengar itu Regita melihat kearah suara. Vini rupanya.

Vini tersenyum sopan kepada Eza. Lalu duduk disebelah Regita. "Maaf yah ganggu acara nembak menembaknya."

Regita mengerutkan kening. Rupanya Vini sudah menguping dari tadi. Tapi kenapa dia bilang nembak. Ohhh, astaga. Sepertinya cewe ini salah paham dengan apa yang Regita ucap.

"Nembak?" Vini mengangguk. "Siapa yang menembak?" Vini menunjuknya ragu.

"Aku gak nembak!" Vini menatapnya tak percaya. "Aku lagi nanya kak Eza  bisa gak jadi guru matematika. Makannya kalau nguping jangan setengah setengah."

Vini ber'o ria. Sedangkan Eza tersenyum. Sepertinya apa yang dibayangkan tentang Regita yang menyukainya salah besar. Dia juga mengira apa yang Vini kira. Regita menembaknya.

"Gimana kak, mau gak?" Tanya Regita kembali. Eza mengangguk setuju.

"Kalau gitu gue juga ikut!" Vini menatap Eza antusias. "Nilai kuis gue ancur kak. Dosennya marah marah gara gara gue matematika dasarnya kurang." Alibi Vini.

"Yaudah Vini ikut aja!" Vini tersenyum kemenangan. Sebenarnya dia tahu kalau Regita sedang melancarkan misinya. Modus.

Kalau Regita memang kesulitan matematika. Dia pasti meminta bantuan para trio macan atau bahkan meminta Vini untuk mengajari. Vini juga tahu bahwa sahabatnya itu bukan orang yang bisa diremehkan. Walaupun terlihat seperti gadis lugu bahkan ekspresi bodoh sering ditunjukan. Dia gadis pintar.Bahkan Vini saat SMA sering meminta bantuan Regita untuk mengajarinya.

Vini, Bundo, Mamih, Makci, dan Regita adalah sahabat satu sekolah. Dari kelas sebelas mereka sering bersama. Kemana mana berlima. Walaupun sekarang mereka kuliah berpisah. Tapi Vini tidak lupa akan semua kenangan dan sifat mereka. Terutama Regita, si ratu modus, si baper, dan dengan si si yang lainnya.

Regita menatap garang Vini sambil mendengus setelah Eza berpamitan.
Vini tak mau kalah, dia menatapnya lebih garang.

"So, ngapain loe nyuruh gue kesini?!"

"Gak, iseng doang!" Regita menaikan kedua alisnya tersenyum kemenangan saat Vini mendengus sebal. Regita segera pergi sebelum macan mengamuk. Regita berlari kecil menuju motornya.

"Dahhhh Vini!" Regita melambaikan tangannya sambil melajukan motornya. Vini tersadar bahwa dia baru ditinggalkan segera berlari menyusul Regita.

"Regita....."

TBC

#wattys2019

Non InvitatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang