2

130 64 82
                                    


02

  -----------------------

"Hahaha..."

"Jadi, Gita bawa makanan sebanyak ini hasil dari jual loe?"

Mamih melempar squishy yang berada dihadapannya kearah Makci. Makci teman kos Mamih dan Gita. Ada satu penghuni lagi, panggil saja Bundo.

"Bukan jual gue, jual nomor atas nama gue!" Jelas Mamih.

"Waw,, kontaknya nambah dong? Ada pria tua gak?" Bundo bersuara.

"Bundooooo..."

Perlu diketahui. Bahwa mamih saat mode marah akan mengeluarkan teriakan dan jurus bahasa gaulnya.

"Git jelasin, ke mereka!"

Regita melirik Mamihnya itu, disaat Regita khendak menyuapkan batagor. Setelah itu, dia kembali menatap sepiring batagor dan memakannya lagi.

"Git.." paksa Mamih. Kesal karena tak dihiraukan, mamih mengambil piring dan sendok Regita. Lalu dia memakan batagor tersebut.

"Jadi yang gue kasih ke mang mang stand itu bukan nomor Mamih." Jelas Regita.

"Siapa dong?" Bundo penasaran.

"Bundooooo." Regita dengan wajah jahilnya tersenyum lebar. Bundo memasang ekspresi macan yang siap mengamuk kapan saja.

"Regita!"

Regita mengangkat dua jarinya. "Bercanda.." dia menggaruk-garuk hidungnya yang sedikit gatal. "Aku kasih nomor kak Iqbal!"

Bundo dan Makci saling menatap. "Iqbal anak ITB?"

"UNPAD?" Tanya mereka bergantian.

"ITB.."

Di bawah meja makan Makci menendang kaki Regita pelan. Regita yang mempunyai sifat agak lebay meringis kesakitan hanya karena tendangan itu.

"Wahhhhh Ci, jiwa pelakor tumbuh nih!" Kompor Bundo.

"Ihh.. aku bukan pelakor!" Bela Regita untuk diri sendiri.

"Iqbal yang kalian maksud itu, Iqbal yang seprodi sama makci?"

Makci mengangguk angguk. Mamih melihat kearah Regita, mencari kebenaran. Regita tersenyum, membenarkan semuanya.

"Kalian suka sama orang yang sama?"
Tanya Mamih.

"Sekarang udah enggak! Si Iqbal buat Regita aja."

Regita tidak menanggapi perkataan Makci, dia malah asik membuka plastik bening yang berisi sop buah.
Dia menuangkan sob buah kedalam mangkok, lalu memakannya.

Menurut Regita menyukai orang yang sama dengan sahabatnya bukan masalah besar. Makci pun berpikiran sama dengannya. Walaupun terkadang dia kesal melihat Regita yang sangat akrab dengan Iqbaal. Tapi dia tidak menjadikan alasan itu sebagai pemutus persahabatan.

"Heh! Loe berdua makan mulu,"

"E..nakk oalnya.. (enak soalnya)" Mamih berkata dengan mulut yang penuh makanan. Saking penuhnya makanannya sampai keluar dari mulutnya. Bundo yang berada didepan Mamih mengambil squishy lalu melemparnya. Mamih menelan makanannya, lalu tersenyum kearah Bundo.

Non InvitatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang