09
------Gedubrak!
"Huaaaaa emaaaak."
Tanpa dikomando mereka berempat menghampiri kamar mandi satu satunya yang berada didalam kamar. Bundo lah yang pertama kali sampai dan mendorong dorong pintu yang terkunci dari dalam.
"Eh?! Ini? Gimana ihhhhh gak bisa ke buka?" ujar Bundo panik. "Regita jangan mati di dalem ya,"
"Woyyy! Tanteu loe masih hidup kan?"
"Heh! Koneng¹! Awas bokong loe jadi tepos."
"Regita kamu gak papa kan?"
Diantara keempat kalimat yang terlontar cuma kalimat Mamih saja yang benar benar normal sampai detik ini. Berbeda lagi setelah beberapa detik tak ditanggapi Regita. "Bener kata Bundo. Kamu jangan mati di dalem. Ntar rumahnya jadi angker. Terus kita ngungsi kemana? Yang lain kosan pada mahal cuyyyy."
"IIIH MALAH DOAIN YANG ENGGAK ENGGAK."
"CEPETAN BANTUIN AKU AUWWW SAKIT INIII!!"
"Gimana mau bantuin? Pintunya aja ke kunci," ujar Bundo yang senantiasa berusaha membuka pintu tersebut walaupun hasilnya nihil. "Gii! Buka dulu pintunya, baru kita bisa bantu."
"HUAAAA BUNDO AKU JUGA MAUNYA GITUU! TAPI INI PANTAT KU GAK BISA DIGERAKKAN BUNDOOOO!"
Mereka saling bertatap tatapan. "Gimana ini?" tanya Mamih. Tak tahu apa fungsinya Mamih menempelkan daun telinga di pintu kamar mandi. Ya siapa tahu Regita cuma pura pura jatuh kan?
"Coba kamu berdiri pelan pelan!" intruksi Mamih pada Regita. "Masa iya sihhh, cuma jatuh aja sampe gak bisa berdiri?"
Didalam sana Regita mencoba untuk bangkit. Tapi sialnya lantai yang dia pijak terlalu licin sehingga dia—
Gedubrak!
—jatuh lagi.
"Auww," ringis Regita di dalam sana. Mamih mendengar Regita kembali jatuh lantas membuat dia menjedotkan kepalanya sendiri ke pintu. Vini bergidik ngeri. Bundo menghela nafas. Sedangkan Makcin tertawa lepas.
"Hahaha, makanya punya pantat jangan ke gedean. Jadi berat kan?" Mamih mendengus menatap Makci tak terima. Ini yang disindir siapa yang tersindir siapa. Makci hanya tersenyum lebar sambil mengangkat jarinya membentuk huruf 'v'.
"ISHHHH PANTAT AKU GAK GEDE!"
"TOLONGIN AKUUUU HUAAA!"
"Awas ahh minggir!" Pinta Vini pada semua untuk minggir dari pintu tersebut. Vini mundur kebelakang, untuk mengambil ancang-ancang. Sebelum melakukan apa yang ada dipikirannya. Dia melakukan pemanasan, merenggangkan otot lehernya kanan kiri dan juga tangannya sampai berbunyi tulang bergesek.
Sadar apa yang akan dilakukan sahabatnya itu. Mamih coba untuk menghadang. "Eh, eh, eh jangan coba coba loe ngerusak pintu gue. Awas aja loe sampe berani!" Bundo yang berada dibelakang Mamih menarik paksa dirinya untuk menyingkir.
Selesai mengambil ancang-ancang. Vini berlari kecil sebelum menggunakan sebelah kakinya untuk mengobrak pintu tersebut.
"Ti—"
Brak!
"—dak!"
Vini tersenyum lebar, sekali hentakan pintu itu sudah terbuka lebar. Saat pintu itu terbuka yang terlintas dipikiran Bundo dan Makci adalah menghampiri Regita. Sedangkan Mamih meratapi keadaan pintu yang sepertinya rusak total. "Pintu gueeee," lirih Mamih sedih seraya mengusap ngusap pintu itu dengan sayang.
"Ini gimana ceritanya loe bisa nyungsep kesini?" tanya Makci sebagai orang pertama yang melihat keadaan Regita, mengenaskan! Regita jatuh dalam kloset dengan sebelah kaki yang jatuh tepat di lubangnya.
"Setelah loe jatuh mengenaskan di sawah, kolam ikan, got, sekarang loe memecahkan rekor baru?" Makci menggeleng geleng prihatin, "Ckckck ka-si-an."
Mata hitam milik Regita memerah. Dia siap mengeluarkan cairan bening dari pelupuk mata diiringi dengan suara meleking tinggi bak seorang bayi.
"Huaaaa! Tolongin aku," rengek Regita.
Vini datang menghampiri. "Huahahahahaha," tawanya pecah seketika. "Si Koneng hahahaha beneran ngambang hahaha,"
"Aduuuuuh ini siapa yaaah yang eek gak di siram? Kamu yah Ceu?" tuding Bundo pada Vini. "Sebelum ada loe disini bersih bersih aja!"
Sial! Masa aku dianggap eek?!, bantin Regita bersuara. "Huaaaaaa emaaaak!"
"Iya dedek eek," jawab Vini dengan muka sok polos.
"Idiiih! Geulis geulis² jorok iwh," sahut Makci. "Bersihin ahhh ngewa katingalina³"
"Tenang Mak!" ujar Vini. Dia berjalan mengambil gayung didalam ember sayangnya disana tidak ada air. Diapun memutar keran terdekat lalu menampung air yang keluar. Dan,
Byuuuuur!
Mereka serempak tertawa melihat Regita yang kini basah kuyup. Miris sekali nasibnya. Sudah jatuh tertimpa air pula. Ini namanya bully bukan sih?! Kalau iya awas saja mereka bertiga! Regita akan melaporkan ke Kakek Seto, Komnas HAM, RT, RW, Bupati, sampai Presiden sekalian. Biar tahu rasa mereka.
Ihhhhh, bikes!
Regita mengedip ngedipkan matanya lucu. Saking lucunya mimik muka dia. Vini gregetan untuk membully nya lagi.
Byuuuur!
"Huaaaaaa mamiiiiiiiih," panggil Regita. "TOLONGIN ANAK MU INI!" Yang dipinta tolong malah asyik mengusap ngusap pintu lembut. Seolah olah teriakan Regita bagai angin lalu. Dan, dunia ini hanya milik berdua.
Dia dan
Pintu.
"Sayang," ujar mamih.
——————————————————
1. Kuning.
2. Cantik cantik.
3. Gak enak kelihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Non Invitato
Teen FictionRegita, anak kos yang memiliki kebiasaan unik yaitu datang ke acara orang tanpa di undang. Menurutnya itu tidak jadi masalah asal si empunya acara tak mempersoalkan. Dan, untungnya dia selalu diterima secara terbuka. Tapi berbeda dengan malam ini. D...