Semua terjadi saat aku berhitung sampai empat. Aku menghitung beberapa buah, mungkin tomat atau melon. Aku tidak yakin.
"Empat."
Setelah aku mengatakannya, sebuah kenangan dari masa kecilku muncul di depan mataku. Aku berpegangan tangan dengan seseorang.
Itu adalah hari dimana aku pergi ke taman hiburan dengan Ibu. Aku terpesona oleh bendera dan deretan toko yang penuh warna. Orang-orang berpakaian seperti badut melambai padaku dan musik yang bergema di setiap sudut. Ibu berhenti didepan komidi putar. Kuda-kuda putih berputar dibawah lampu yang berkilauan. Aku baru saja akan bertanya,
"Bu, apa kita kemari untuk menunggangi ini?" Lalu seseorang memanggilku.
"Hoseok." Aku mendongak.
Itu guruku. Teman-teman sekelasku menatapku bingung. Kenangan masa kecilku menghilang. Guruku mendesakku untuk melanjutkan hitungan. Lima. Enam. Ibu muncul lagi didepan mataku. Dia tampak persis sama dengan semenit yang lalu. Wajahnya yang teduh saat dia berdiri didepan cahaya, dan semilir angin yang mengibas rambutnya. Ibu memberiku sebatang coklat.
"Hoseok, tutup matamu rapat-rapat dan jangan membukanya sampai kamu menghitung sampai sepuluh ya."
Tujuh, Delapan. Sembilan.. Aku berhenti. Guruku memberi isyarat untuk melanjutkan. Teman-teman sekelasku menatapku lagi. Aku membuka mulut, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Wajah ibu kabur. Rasanya seolah dia tidak akan pernah mencariku jika aku menyelesaikan hitungan sampai sepuluh. Dan aku jatuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOVEL VER) 화양연화 HYYH THE NOTES BY BTS
Random🍁Ini bukan akhir sampai benar-benar berakhir Begitu momen ini berlalu, apakah menjadi seperti tidak pernah ada apa-apa? Didalam takdir yang sudah terjerat kau tidak akan bisa keluar dengan kekuatan sendiri Sekali lagi, seperti saat itu.. bersama k...