🍁Ini bukan akhir sampai benar-benar berakhir
Begitu momen ini berlalu, apakah menjadi seperti tidak pernah ada apa-apa?
Didalam takdir yang sudah terjerat
kau tidak akan bisa keluar dengan kekuatan sendiri
Sekali lagi, seperti saat itu.. bersama k...
Aku membalik halaman sketsa satu per satu. Kami tersenyum bersama di markas yang tadinya ruang kelas, di terowongan, dan dengan latar belakang laut. Jungkook sedang berbaring sendirian di jalan aspal. Darah mengalir di jalan. Bulan besar menggantung tinggi di langit malam.
"Apa kau terluka?"
Aku menoleh ke belakang dan melihat Jungkook masuk ke kamar pasien. Aku tetap menari dengan pergelangan kaki ku dibalut perban, dan sekarang gips di sekitar pergelangan kaki ku.
"Sepertinya aku dalam kondisi yang lebih baik daripada kau."
Aku dengan sengaja menunjukkan reaksi dramatis terhadap kata-katanya dan mengatakan bahwa kesehatannya tidak terkalahkan. Jungkook mengatakan dia akan menjalani pemeriksaan menyeluruh minggu depan dan bisa pulang setelah itu jika tidak ada masalah.
Aku memutuskan kalau kita harus mengadakan pesta dengannya. Kami mengadakan pesta di kontainer Namjoon pada hari Jimin melarikan diri dari rumah sakit, dengan hamburger, cola, dan kue yang dibawa Seokjin. Kami bertengkar tentang siapa yang harus memakai topi pesta satu-satunya sampai hancur. Kami mengolesi kue mahal itu di wajah masing-masing.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Namjoon mengeluh bahwa dia harus membersihkan semuanya sendirian. Tapi itu menyenangkan. Kami bertujuh akhirnya berkumpul untuk pertama kalinya setelah kami meninggalkan sekolah menengah. Kami menertawakan setiap kata dan setiap gerakan. Setiap menit bersama sangat menggembirakan dan menggairahkan meskipun kami tidak banyak bicara atau berbuat banyak. Aku ingin membuat hari seperti itu lagi. Suatu hari kami akan bertemu dan tertawa bersama lagi.
"Hei, malam itu .." Jungkook mulai berbicara saat kami turun dari lift dan menuju pintu depan rumah sakit. Pandangannya tertuju pada sesuatu diluar. Dia sepertinya tidak benar-benar melihat apa pun. Dia hanya mengedipkan matanya seolah berusaha menggali kenangan lama.
"Apa Seokjin berbicara tentang malam itu? Maksudku, apa dia mengatakan bahwa dia melihatku, atau ..?" Jungkook berhenti berbicara.
"Seokjin? Melihatmu? Dimana?" Aku bertanya, tapi dia tidak membuka mulut lagi.
"Kau orang yang baik, bukan?" Jungkook bertanya padaku sebelum kami berpisah.
"Berhenti bicara omong kosong." Aku menepuk pundaknya dengan main-main dan melambaikan tangan.
Aku dengan cepat menekuk langkahku. Apa aku orang baik?
Saat aku tumbuh dewasa, aku diberitahu bahwa aku adalah anak yang cerdas dan ceria. Dulu aku diberi tahu bahwa aku sensitif dan mudah terpengaruh. Apa itu berarti aku adalah orang yang baik? Aku tidak pernah memikirkan sebelumnya. Aku melihat ke belakang dan melihatnya masih berdiri di pintu masuk dan menatap langit yang berawan.