Enam belas

131 10 0
                                    

Flashback on

"Lo sendiri ngapain tadi lari lari sampe nabrak gue? "tanya Mikayla balik, terlihat Zidan mengernyit seolah mengingat sesuatu sementara Mikayla kebingungan melihat gelagatnya yg aneh, tak lama Zidan menepuk jidat nya kencang membuat Mikayla terkejut hampir melompat, ia memegang dadanya lalu mengusapnya untuk menenangkan jantungnya yang hampir copot akibat ulah Zidan.

"Oh iya? gue lupa!" Mikayla menatap Zidan datar saat pria itu ingin mengatakan sesuatu tapi bagai tertahan di kerongkongan.

"Kenapa??"tanyanga kebingungan

"kebelet pipis! "ucap Zidan polos lalu berlari terbirit birit menuju toilet,sedangkan Mikayla melongo sikap seorang most wanted di sekolah terkenal dengan tampan dan pintar bisa bertingkah lucu seperti itu, tanpa sadar Mikayla tertawa sendiri bak orang gila.

Kelegaan tiada tara yang di rasakan Zidan saat ia baru saja keluar dari biliknya, namun langkah nya yang ingin beranjak mendadak di hentikan saat mendengar suara orang memgobrol dari balik tembok toilet, Zidan berusaha memasang telinga nya baik baik sambil mendekati asal suara itu dan ia berhenti di ujung toilet, Zidan sangat yakin ada orang yang tengah berada di balik belakang toilet.

Suaranya tak begitu terdengar akhirnya Zidan mencari cara agar bisa mengintip siapa pelaku yang sebenarnya, setelah berfikir keras akhirnya Zidan menemukan ide yaitu dengan memanjat bak besar yang sengaja di buat lengkap dengan selang yang di arahkan keluar ruangan untuk menampung air hujan.

Meski dengan susah payah sebab pinggirannya yang begitu kecil tapi tak membuat Zidan mudah menyerah lihatlah dengan gesit ia terus menaikir bak itu hingga berhasil dengan berpegangan erat pada jaring jaring yang menutup jendela kecil.

Mata Zidan menangkap dua orang gadis disana, yaitu Kanaya dan Resty temannya, disana Zidan mulai mendengar pembicaraan yang mengejutkan dari keduanya.

"Jadi lo serius? Deketin Zidan cuma gara gara challengs dari anak anak club? Hadiahnya lo bakal dapetin om-om berdompet tebel? "tanya Resty tak percaya, sedangkan Kanaya malah tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya menandai ucapan Resty adalah benar.

Disisi lain, Zidan terpatung mendengarnya, pegangan nya hampir saja lolos jika ia tidak gesit memegang nya kembali namun sialnya itu malah menghasilkan suara gaduh, Zidan meringis pelan menyadari tindakan bodohnya, bahkan Kanaya s dah beranjak untuk melihat apa yang terjadi dengan suara gaduh itu.

Zidan buru buru turun dari bak dan langsung keluar dari toilet secepat mungkin sebelum Kanaya melihatnya, dan berhasil! Zidan lebih dulu bersembunyi di menempelkan punggungnya di balik tembok sambil mengawasi gerak gerik Kanaya yang sedang di tarik Resty untuk segera pergi dari kamar mandi.

"Gak ada apa apa kok, Nay! Udah yuk! Balik aja gue takut! "rengek Resty yang terus menarik-narik tangan Kanaya.

"Bentar dong, Res! Gue takut kalo ada yang dengar omongan kita, bisa bisa Zidan marah sama gue bahkan bisa aja dia benci sama gue!"

"Udah lah,Nay! Gak ada siapa siapa kok! Kucing kali! "Resty terus merengek ketakutan namun Kanaya yang melihat tak ada siapapun terlebih Resty selalu menarik tangannya membuatnya menyerah lalu ikut di tarik Resty keluar dari toilet.

Disisi lain, Zidan merogoh saku celannya dan mengeluarkan sebuah cincin, di tatapnya cincin itu sayu sedikit raut kekecewaan terlihat di wajahnya.

Flashback off

"-Lo gak tau kan? Hari itu gue berencana buat nembak elo! Tapi sayangnya tuhan masih sayang sama gue sehingga tuhan berhasil menyadarkan gue kalo lo itu adalah seorang JALANG!"ucap Zidan sarkastik.

Kanaya masih mematung mendengar ungkapan Zidan, ia sungguh tak percaya jika waktu itu Zidan berencana menembaknya pada dua bulan yang lalu, menyesal bukan lagi alasannya sekarang.

Zidan tersenyum puas melihat Kanaya yang terus merutuki dirinya sendiri, seandainya ia tak mendengar perkataan Kanaya dan Resty waktu itu, mungkin ia akan menjadi mainan Kanaya, kemudian Zidan memutuskan beranjak dari sana meninggalkan Kanaya yang masih terpelongo mengingat kejadian waktu itu.

•••

Bel sudah berbunyi 30 menit yang lalu, wajar jika Zidan menatap seluruh koridor sudah sunyi tak ada satu siswapun yang berkeliaran lagi, dengan santai Zidan berjalan menuju arah kelas Mikayla bahkan berani menyelonong masuk ke kelas padahal ada guru yang sedang mengajar di sana.

Mikayla tergelonjak kaget saat menyadari Zidan sudah berada di depan mejanya, matanya menangkap bahwa semua teman temannya tengah menatapnya bagai pajangan yang tak serasi.

Pak Fajar yang merasa ada yang aneh dengan kelasnya langsung berbalik dan mendapati Zidan yang tengah berdiri di salah satu meja muridnya.

"Zidan? Ngapain kamu disini? "tanya pak Fajar keheranan, Zidan mengubah posisi nya menjadi menghadap pak Fajar.

"Pak, saya pinjem salah satu muridnya ya pak? Entar saya pulangin dengan selamat sentosa!" izin Zidan sambil terkekeh, semua murid mendadak tertawa dengan cara ngomong Zidan yang menyeleneh.

Tapi tidak bagi pak Fajar, ia malah mendelik curiga ke arah Zidan yang tak biasanya seperti ini.

"Kamu salah minum obat ya? Kamu kira murid bapak barang apa yang bisa di pinjam dan di pulangin?" ujar pak Fajar dengan terkekeh sedikit, Zidan ikut terkekeh.

"Sebentar doang pak!"

"Ya udah sana! Jangan lama lama ya? Ada materi yang harus bapak sampaikan, ngomong ngomong, siapa yang bakal kamu pinjem? "

"Mikayla pak! Yuk kay! "ajak Zidan sambil menggenggam erat tangan Mikayla dan membawanya keluar dari kelas tentunya tanpa penolakan dari Mikayla.

Sepergian keduanya, kelas kembali seperti semula, mereka menlanjutkan pelajaram yang sempat terhenti.

Disisi lain, Zidan terus membawa Mikayla sampai mereka berhenti didepan pagar belakang sekolah.

"Kita ngapain kesini?"tanya Mikayla.

"Aku mau bawa kamu ke tempat yang menarik."

"Tempat menarik? "ulang Mikayla heran.

"Udah kamu ikut aja!"Zidan menarik tangan Mikayla untuk memanjat pagar yang tak terlalu tinggi, awalnya Mikayla menolak namun Zidan berusaha meyakinkan Mikayla untuk dirinya yang lebih dulu memanjat kemudian di susul Zidan di belakang.

Kini mereka sudah berada di luar sekolah, tanpa ketahuan siapapun mereka telah berhasil melewati pagar itu, tanpa berlama lagi Zidan kembali menarik tangan Mikayla untuk berlari meninggalkan tempat itu.

Kini mereka berada di tengah hutan,Mikayla menarik tangan Zidan untuk berhenti, dan berhasil. Zidan menoleh ke arah Mikayla dengan tatapan bingung.

"Kita mau ngapain ke hutan? "tanya Mikayla dengan nada ketakutan.

Udah kamu ikut aja! "

"Kamu gak macem-macem kan? "tanya nya lagi.

"Enggak macem-macem kok! Percaya deh! "

terdiam beberapa saat menimang apakah ia harus percaya dengan omongan Zidan atau tidak, jujur ia sedikit takut di tambah dengan suasana hutan yang sedikit menyeramkan, tetapi ia juga percaya jika Zidan tak mungkin berbuat jahat padanya.

Zidan yang melihat Mikayla melamun membuatnya menghela nafas lelah, tangannya di gerakan menuju dagu Mikayla dan mengarahkan nya untuk menatap dirinya, Mikayla hanya menurut tanpa berniat memberontak.

"Aku cuma mau bawa kamu ke sungai dekat sini, "ujar Zidan berusaha meyakinkan kemudian di balas anggukan lemah.

Mikayla[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang