Dua puluh satu

115 10 0
                                    

Hari ini suasana kelas tengah ricuh, semua murid SMP berlalu lalang kesana kemari untuk menyalin tugas yang katanya akan di kumpul hari ini. Tapi, tidak untuk murid berambut cokelat pendek dan berponi tipis, ia malah tersenyum melihat seluruh teman temannya pada kelabakaan.

Seseorang mengambil posisi duduk di sampingnya, gadis itu menoleh kesamping, matanya berbinar saat menemukan seseorang yang sangat di tunggu di sekolah ini, siapa lagi jika bukan, Arsya.

Arsya yang melihat Sesil tersenyumpun ikut tersenyum pula, ia meletakan tasnya di atas meja lalu membuka reselting nya untuk mengambil sebuah buku dan pulpen dari dalam sana.

Setelah berhasil, Arysa mengembalikan tas nya ke belakang punggung nya lalu menatap Sesil dengan cengiran

Sesil paham maksud Arsya, pasti pemdua disampingnya ini belum siap tugas matematika kemarin, dengan senang hati Sesil mengambil alih buku dan pulpen milik Arsya dan tanpa berlama lagi, Sesil segera menuliskan jawaban nya tanpa melihat bukunya yang entah sudah di tangan siapa.

Sangat mudah bagi Sesil menjawab pertanyaan itu, ia cukup terkenal pintar dalam pelajaran matematika, terkadang ia juga heran mengapa teman-temannya tak menyukai pelajaran yang merupakan favoritnya sejak SD.

Sesil menggeser buku tipis itu beserta pulpen yang terselip didalamnya ke hadapan Arsya,

Arsya membuka buku itu, tugasnya sudah selesai dan terjawab rapi, Arsya kembali tersenyum, tangannya mengusap setiap tulisan khas dari Sesil, semakin hari ia semakin kagum dengan Sesil, tak hanya cantik Sesil juga pintar dan baik, itu mengapa Arsya semakin menggilai Sesil.

"Nanti pulang sekolah, temenin aku yuk! Nyari sepatu!" ajak Sesil bersemangat, Arsya menoleh lalu tersenyum lebar.

Kemudian ia mengangguk antusias sebagai jawaban.

Sesuai janji, mereka tengah berada di dalam Mall untuk menemani Sesil yang tengah memilih sepatu untuk acara pensi yang di adakan besok.

Sesil terlihat tengah melihat aksesoris yang berada di samping ruangan sepatu
Sedangkan, Arsta tengah melihat-lihat sepatu bagian cowok.

Mata Sesil berbinar saat menemukan sebuah kalung bermainan kerang, tangannya merambat untuk mengambil kalung itu, sebuah senyuman pun mengembang di bibirnya.

Setelah membayar, Sesil langsung menghampiri Arsya. Namun, kalung itu lebih dulu di sembunyikan di balik punggung nya.

Arsya menyadari Sesil sudah berada didepannya, iapun tersenyum pada Sesil.

"Engghh! Sya! Aku...? Mau ngasih kamu sesuatu!" ucap Sesil malu-malu.

Arsya terkekeh lalu mengadahkan tangannya, "Mana? Aku mau lihat! "tagih Arsya.

Sesil tersenyum lebar menampilkan deretan gigi nya yang mempunyai satu gigi ginsul di sebelah kanan. Ia mengeluarkan tangannya yang sempat sembunyi kehadapan Arsya.

Arsya belum bisa melihat apa isinya sebab kalung itu di sembunyikan di balik kepalannya lagi, Sesil seakan paham maksud Arsya langsung membuka perlahan kepalannya hingga munculah sebuah kalung bermainan kerang.

"Kalung kerang?" tanya Arsya heran.

Sesil mengangguk semangat lalu memajukan tangannya lagi supaya Arsya mengambil kalung itu dari tangannya.

Arsya langsung paham, ia mengambil kalung itu lalu memakainya sendiri, "Kalungnya bagus! "puji Arsya.

"Sepatunya udah dapet? "tanya Arsya.

Sesil mengangguk, "iya udah dapet kok! "

"Pulang yuk! Udah sore," ajaknya.

Sesil mengangguk sebagai jawaban, Arsya langsung menggandeng tangan Sesil possesive lalu menariknya untuk keluar dari Mall itu.

Kini mereka tengah berada di jalanan yang cukup ramai sebab hari yang semakin sore, mereka terus tertawa di atas motor tanpa memperdulikan bahayanya, bahkan sempat beberapa kali motor itu mencoba hilang keseimbangan. Namun, dengan sigap Arsya dapat mengendalikan motornya.

Seperti sekarang ini, Sesil tengah sibuk mencubiti pipi Arsya dari belakang, Arsya terus tertawa sambil melepaskan cubitan itu meski tak serius.

Namun, karna Arsya menoleh ke kaca spion hingga Arsya tak melihat adanya mobil yang melaju cepat ke arahnya, dan?

Brakk.

Motor Arsya terguling, begitu pula dengan pemiliknya, Arsya terlempar bersama motornya ke arah kanan sedangkan Sesil terlempar ke arah kiri. Arsya berusaha kuat untuk bangkit melihat keadaan Sesil. Namun, tubuhnya kembali melemas saat melihat tragis nya kepala Sesil terlindas mobil truk yang melaju kencang.

Flashback off

"Jadi? Sesil meninggal karna kecelakaan itu? "lirih Mikayla tak percaya.

Arsya mengangguk lemah, tatapan sendunya tak bisa ia sembunyikan dari Mikayla di tambah lagi wajah Mikayla mengingatkan nya pada Sesil, sang cinta pertama nya.

"Gue minta maaf! Kalau gue udah ngingatin lo sama Sesil, tapi kalau lo rindu sama Sesil, lo boleh kok ngelampiasinya ke gue! "ujar Mikayla dengan senang hati, mata Arsya melebar kaget, sungguh ia tak sangka jika Mikayla memberi izin padanya jika ia merindukan Sesil, sungguh selama ini ia selalu merindukan Sesil setiap detiknya namun itu hanya bisa di obati dengan wajah Mikayla dari kejauhan.

"Boleh aku peluk kamu? "izin Arsya dengan nada kelirihan, Mikayla semakin tak tega dengan Arsya, ia tahu betul bagaimana kehilangan orang yang sangat ia sayangi, tanpa berfikir Mikayla langsung menangguk mengiyakan.

Arsya tersenyum lebar, ia langsung berdiri dengan semangat, Mikayla pun ikut berdiri di depan Arsya.

Perlahan, Arsya mendekat. Mikayla menahan nafas saat pertama kalinya di peluk seseorang selain papanya dan Zidan itupun dua bulan yang lalu.

Mikayla merasakan sensasi aneh yang menjalar tubuhnya saat merasakan tangan kekar itu melingkar di pinggangnya, beban kepala itu terasa berat di bahunya, cukup untuk beberapa detik mereka saling merangkul satu sama lain.

"Aku sangat mencintaimu!"ujar Arsya terang-terangan. Tapi, Mikayla sadar itu bukan untuknya melainkan Sesil.

Mereka melepaskan rangkulannya, meski keadaan teras yang remang remang. Namun, Mikayla dapat melihat jelas jika Arsya menitikan air matanya, bahkan wajahnya pun ikut memerah, mungkin ia terlalu rindu dengan gadis yang mirip dengannya, siapa lagi jika bukan Sesil.

"Maaf yah! Udah ganggu malam-malam, aku pamit pulang dulu! "izin Arsya.

Mikayla mengangguk lengkap dengan senyuman yang sedikit di paksakan, setelah mendapatkan jawaban, Arsya beranjak menuju motornya, lalu menstater motornya dan pergi dari pekarangan rumah Mikayla.

Tanpa mereka berdua sadari, di balik pohon dekat pagar rumah Mikayla, ada Kanaya yang mengintip semua pembicaraan mereka bahkan tak segan untuk meng-video tepat di posisi Arsya memeluk Mikayla sangat erat.

Kemudian video singkat itu di kirim pada Zidan,hanya sebatas Arsya memeluk lalu mengucapkan kata 'aku sangat mencintaimu! 'selebihnya, Kanaya tidak merekamnya.

Kanaya tersenyum senang melihat hasil karyanya, tak sia-sia ia mengikuti Arsya ke rumah Mikayla jika mendapatkan makanan yang menyenangkan, Kanaya sangat yakin pasti Zidan tengah merutuki keduanya karna berpelukan di belakang Zidan.

Dan, benar saja! Zidan yang berada di kamar pun menggeram kesal saat melihat sebuah video singkat masuk ke ponselnya.

Tangannya mengepal, wajahnya memerah menahan emosi yang akan siap meledak kapanpun ia mau, rahang kokohnya semakin mengeras, tak tahan Zidan langsung beranjak mengambil jaket nya yang tergantung di balik pintu kemudian pergi dari rumah itu menggunakan motornya.

Mikayla[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang