Dua puluh delapan

203 10 0
                                    

Zidan menggunakan mobil nya sebagai transportasi nya kerumah sakit, setelah meletakan Mikayla disamping kemudi, Zidan bergegas menuju kursi kemudinya dan langsung menancap gas menuju rumah sakit, tak butuh waktu lama untuk kesana, mobil Zidan berhenti tepat didepan pintu rumah sakit lalu segera membawa Mikayla masuk kedalam.

Disana, ia berteriak pada suster untuk segera menangani Mikayla yang sudah hampir pingsan demi menahan sakitnya itu, sang perawat pun langsung sigap mengambil brankar lalu Zidan meletakan Mikayla diatasnya, dan mereka mulai mendorong brankar itu menuju ruang persalinan.

Zidan ikut serta didalamnya untuk menemani Mikayla, disana Mikayla berjuang mati matian demi melahirkan buah hati mereka berdua, Zidan terus menenangkan Mikayla dengan sekuat tenaga tak peduli wajah dan rambutnya terus di cakar maupun di cubit, yang ia utamakan adalah keselamatan Mikayla dan juga bayinya.

Mikayla terus terusan menarik napas seperti arahan sang dokter, hampir sedikit lagi bayinya keluar, Mikayla tak mau nyerah meski tenaganya sudah habis, ia terus mengeluarkan tenaganya sekuat mungkin, dan...

Ooekkk....

Mata Zidan berbinar saat melihat bayi mungil yang berada di tangan dokter yang masih berlumuran darah.

Sedangkan, Mikayla sudah sangat lemas, matanya seperti mengantuk ingin tidur membuat perawat yang menyadari itu langsung menghampiri Mikayla.

"Mbak! Jangan tidur ya! Usahakan jangan sampai terpejam! Agar mbak bisa bertahab hidup! "nasehat perawat itu hanya di balas anggukan lemah dari Mikayla.

Zidan tengah bersama dokter sedang memandikan bayi tersebut, setelah diselimutkan kain,Zidan langsung beranjak menuju Mikayla diruangannya.

Mikayla pun sudah dibersihkan, ia sudah memakai baju rumah sakit, disana Mikayla tersenyum lemah saat menyambut kedatangan Zidan dan juga bayinya.

"Anak kita perempuan, Kay! Lihat cantik banget ya! Mirip kamu! "ucap Zidan sambil tersenyum gelu memandangi wajah sang bayi.

Mikayla tersenyum samar, sudah tak ada tenaganya lagi, bahkan matanya sangat ingin terpejam tapi ia mengingat ucapan sang perawat sehingga ia terus berusaha membuka matanya.

"Aku mau kamu nikah sama Kanaya, terus rawat anak kita, kasih di nama Zilla"pesan Mikayla. Namun, Zidan tak terlalu mempedulikan perkataan Mikayla ia pikir buat apa menikah dengan Kanaya, ia yakin bersama Mikayla ia sudah bahagia.

"Aku adzanin ya? "tanya Zidan, Mikayla mengangguk mengiyakan.

Zidan meletakan si bayi di samping tubuh Mikayla lalu membuka kaosnya hingga ia bertelanjang dada kemudian di gendongnya lagi si bayi dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang satu lagi untuk menggenggam tangan Mikayla.

Ia mendekatkan bibirnya ke telinga sanga bayi lalu mulai mengadzankannya.

(٢x) اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x)

(٢x) أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ

Asyhadu allaa illaaha illallaah. (2x)

Mata Mikayla sudah sangat berat bahkan hampir tertutup.

(٢x) اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah. (2x)

(٢x) حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ

Hayya 'alashshalaah (2x)

(٢x) حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ

Mikayla[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang