Sembilan belas

105 9 0
                                    

"Ya udah! Gue pulang ya? "pamit Arsya.

Mikayla mengangguk sebagai jawaban, sekali lagi Arsya tersenyum lalu berjalan menuju motornya yang berada di perkarangan rumah Mikayla.

Arsya men-stater motornya  membelokkan nya sedikit lalu melambaikan tangannya ke arah Mikayla sebelum menggas motornya untuk segera keluar dari perkarangan rumah Mikayla.

Mikayla yang melihatnya hanya tersenyum kikuk, walau ada yang aneh. Tapi apa perdulinya? Mikayla mengendikan bahunya acuh lalu kembali masuk ke dalam rumah lalu menutup pintunya.

•••

Ruangan perpustakaan memang sangat lah asri, itu terlihat dari banyak nya bunga bunga kecil yang di gantungkan dan banyak nya rak rak buku yang berjejer, semua orang pasti akan merasa nyaman di dalamnya.

Sebut saja, Arsya.

Meski ia anak baru. Namun, bukan rahasia lagi ia tau di mana tempat perpustakaan, sebab yang pertama kali diincarnya adalah perpustakaan lalu kelasnya.

Arsya bukan anak kutu buku,oh! Anggap saja begitu. Tapi ia sangat senang membaca sebab dengan membaca ia dapat melupakan kesedihan yang selalu melanda hatinya, pikirannya tak pernah tenang bahkan konsentrasinya terus rusak hanya karna wajah perempuan itu kembali melintas di benaknya.

Yap! Arsya yang sedang membaca buku biologi mendadak menutup kembali bukunya, sudah beberapa kali ia mengusap kasar wajah nya bahkan rambut pun sudah berantakan akibat di acaknya.

Arsya benar-benar frustasi sekarang, tawa perempuan itu kembali terngiang, wajah nya kembali muncul saat ia memejamkan matanya.

Mata Arsya langsung membulat saat teringat sesuatu, "Mikayla! "gumam nya pelan.

Dengan cepat Arsya berdiri lalu berencana beranjak. Namun, ia kembali berhenti saat hampir saja menabrak Mikayla yang baru saja memasuki perpustakaan, nafas Arsya tersenggal menatap Mikayla sayu, gadis itu hanya menautkan alis bingung melihat Arsya yang seolah di kejar sesuatu.

"Kenapa sih? "tanya Mikayla heran.

Arsya terdiam, matanya berusaha memalingkan ke arah lain. Tapi, sungguh ia tak sanggup, matanya kembali menatap Mikayla sendu, perlahan matanya mengembun, wajah Mikayla terasa nge-blur di pandangannya, Mikayla yang melihat langsung terpaku saat mendapati pipi Arsya membentuk aliran sungai kecil, Mikayla benar-benar bingung, apa dia buat kesalahan?

"Enghh! Sya? Lo kenapa sih? Jangan buat gue takut dong! "ujar Mikayla kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal.

Matanya beralih ke sekitar, ah sial! Semua orang menatap dirinya dan juga Arsya, lebih sial lagi jika orang menyangka jika Arsya menangis karna dirinya, ah lagi pun mana mungkin Arsya sampai menangis hanya karna dirinya, itu mustahil!

Tanpa berniat menjawab pertanyaan Mikayla, Arsya langsung beranjak pergi meninggalkan perpustakan, Mikayla terpelongo melihat punggung Arsya semakin menghilang dari hadapannya.

Sementara disisi lain Zidan yang datang dari arah belakang Mikayla hanya mengerutkan alinya sebab Mikayla terus menatap ke arah pintu.

"Kay! "panggil Zidan.

Mikayla tergelonjak kaget saat merasakan tepukan di bahunya spontan, ia menoleh kebelakang lalu mendapatkan Zidan tengah menatapnya bingung.

Mikayla[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang