Dua puluh lima

159 10 0
                                    

Pagi ini Mikayla tengah bersiap kesekolah. Namun, saat Mikayla ingin mengancingkan seragamnya ia agak kesulitan, bajunya mendadak sangat sempit, bahkan ia harus bersusah payah agar bisa terkancing setelah berhasik perut Mikayla terasa sangat sakit, seperti di tekan sesuatu.

Mau tak mau Mikayla kembali membuka kancing seragamnya, Mikayla baru menyadari bahwa perutnya semakin lama semakin buncit, dan tak lama lagi pihak sekolah akan tau jika ia sedang hamil, itu akan berakibat buruk untuknya.
Terpaksa Mikayla memutuskan untuk berhenti sekolah mulai hari ini, lagipun ia juga tak sanggup membayar uang spp belum lagi uang kontrakaan nya yang harus ia bayar, ini sudah lewat lima bulan sejak Zidan membayar uang kontrakaannya.

Mikayla teringat sesuatu, ia beranjak menuju nakas lalu membuka lacinya, disana ia mengambil sebuah kertas yang ia dapat di pinggir jalan setelah terkena angin.

Kertas itu bertuliskan sebuah rumah dengan sewa yang murah, Mikayla memutuskan akan pindah kontrakaan yang lebih murah saja.

Setelah bertemu dengan sang pemilik rumah baru, Mikayla mengemas seluruh barang barangnya dan dengan sumbangan dari warga sekitar yang prihatin padanya, ia sanggup menyewa beberapa orang dan satu mobil pick up untuk mengangkut barang barangnya yang besar, seperti ranjang, lemari, tv serta beberapa sofanya.

Setelah melewati 3 hari untuknya bisa memindahkan barang barang nya kerumah itu yang tak terlalu jauh dati rumah lamanya.

Mikayla pun menyewa seorang pembantu untuk mengatur barang-barangnya, sebab ia sudah tak sanggup bekerja sendirian, semenjak masa kehamilannya Mikayla sering merasakan kelelahan bahkan sedang tidak melakukan apapun.

Ia pun sering menggunakan dress longgar agar perutnya tak terlalu kelihatan dan juga ia tak sanggup jika harus memakai celana.

"Mbak! Kerjaan saya udah selesai,  barang-barang semua udah rapi! "lapor wanita yang tak terlalu tua itu, mungkin masih berumur 30 an.

Mikayka yang sedang melihat tamannya langsung menoleh, "Oh iya buk! Ini gajinya, makasih ya udah mau bantuin! "ucap Mikayla ramah sambil memberikan sebuah amplop putih ke pada wanita itu.

Wanita itu mengangguk senang sembari menerimanya setelah itu ia pun pergi menggunakan bajaj yang kebetulan lewat didepan rumah Mikayla.

Mikayla berjalan masuk kedalam rumahnya untuk menikmati rumah baru yang akan ia tempati mulai sekarang.

Sementara disisi lain, Zidan bingung dengan ketidak hadiran Mikayla selama seminggu ini, tak ada surat atau berita tentang Mikayla, bahkan Zidan sudah mencoba mendatangi rumah gadis itu. Namun, tetangga lama Mikayla mengatakan jika gadis itu sudah pindah, terkejut bukan main saat Zidan mendengarnya, ia tak menyangka jika Mikayla akan pindah rumah.

Namun, sayangnya sang bapak tak tau menahu tentang kepindahan Mikayla kemana ia menjadi frustasi sendiri sekarang, kemana ia akan mencari keberadaan Mikayla?

•••

Setelah mencari pekerjaan kemana-mana Mikayla memutuskan untuk bekerja sebagai tukang cuci-gosok, hanya itu yang mau menerimanya, lagipun ia harus bisa merawat anaknya sendiri tanpa bantuan Zidan, ia harus bisa membesarkan anaknya sendiri, ia juga yakin Zidan tak mau bertanggung jawab atas kehamilannya.

"Kay! Ini tolong di brush ya! Soalnya nodanya susah hilang kalau di mesin cuci! "perintah majikan Mikayla sambil meletakan sekeranjang cucian kotor ke hadapan Mikayla yang tengah berjongkok untuj mencuci pakaian di kamar mandi.

"Oh iya buk! Akan saya brush yang bersih! "ujar Mikayla sambil tersenyum ramah.

"Ya udah! Saya tinggal ya? "sang majikan pun tersenyum ramah, setelah mendapat anggukan dari Mikayla, wanita itupun pergi meninggalkan Mikayla sendiri di kamar mandi.

Mau tak mau, Mikayla harus bekerja lebih keras, ia tak mau kehilangan pekerjaan nya ini hanya gara gara kecapekan,sering kali Mikayla berhenti sebentar untuk mengelus perutnya yang semakin menonjol.

"Yang sabar ya nak! Mama janji akan terus bahagiain kamu! "ucap Mikayla sambil tersenyum menatap perutnya, akhir akhir ini Mikayla senang mengobrol dengan anaknya meski ia juga yakin anaknya tak dapat mendengar perkataannya. Namun, ia bahagia setelah melakukannya.

Rasa capeknya mulai berkurang, Mikayla kembali melanjutkan pekerjaan nya yang sempat terhenti.

Setelah selesai, Mikayla langsung menjemurnya di luar, hari nampak begitu cerah cocok untuk menjemur pakaian, lalu Mikayla juga menyetrika pakaian yang sudah kering, meski keringat nya bercucuran. Namun, tak mematahkan semangat Mikayla untuk lebih giat lagi bekerja, semuanya demi sang buah hati tercinta yang akan segera lahir, tujuan hidup Mikayla sekarang adalah membesarkan anaknya dengan baik, ia tak ingin anaknya akan bernasib sama sepertinya, ia ingin anaknya kelak alan bahagia meski harus tanpa ayah.

Semua pekerjaan nya sudah kelar,saat nya Mikayla untuk pulang, tapi sebelum itu ia ingin berpamitan dengan sang majikan yang berada diruang tv.

"Buk! Semuanya udah beres! Mikayla pamit pulang ya buk!"izin nya.

Sang majikan mendongak ke arah Mikayla, tatapannya seakan ragu mengizinkan Mikayla untuk pulang, tangannya menarik tangan Mikayla untuk duduk disampingnya.

Mikayla menurut tanpa berniat membantah ia menatap majikan nya itu dengan tatapan bingung.

"Ada apa ya buk? "

"Kamu udah dua bulan bekerja sebagai cuci-gosok, tapi apa kamu gak kasihan sama bayi kamu? Dia gak boleh kecapekan lho!"Mikayla merenungkan ucapan peringatan dari bu Asri,sang majikan.

Memang benar, sering kali ia merasakan kecapekan belum lagi mualnya yang belum hilang, bu Asri mengetahui ia hamil sejak ia tercyduk muntah-muntah saat sedang bekerja, dari sana bu Asri terlihat lebih perhatian padanya bahkan sering bu Asri memberi uang lebih untuk membeli makanan yang di idamkan Mikayla.

Bu Asri adalah janda tak punya anak, ia cerai dengan suami karna tak bisa menjaga kandungannya, alhasil sang suami pergi bersama wanita lain, bu Asri bekerja sebagai dosen di sebuah kampus ternama di jakarta dan juga pengajar les privat, maka tak jarang Mikayla ikut belajar untuk menambah ilmunya yang tak bisa ia dapat karna putus sekolah oleh sebab itu bu Asri selalu menjaga Mikayla dengan baik karna ia tau rasanya kehilangan anak yang belum sempat lahir itu sangatlah menyakitkan.

Mikayla terkekeh sejenak, "Gak papa kog bu! Kan bayinya didalem, lagi pula kata dokter kandungan aku sehat dan kuat jadi bayinya gak bakal kenapa-kenapa! "ucap Mikayla sambil tersenyum geli, bu Asri sangat possesive padanya dan Mikayla sangat mensyukuri itu, masih ada orang yang peduli padanya.

Bu Asri berdecak malas, "Mau sehat kek, mau kuat kek, yang namanya kandungan itu masih renta, kalau kamu kurang menjaga nya kamu bisa kehilangan dia seperti saya, kamu mau? "ucapan menyindir bu Asri membuat senyuman Mikayla luntur, ia turut prihatin dengan bu Asri yang pernah kehilangan bayinya, Mikayla tak mau kehilangan harta satu satunya, sudah cukup ia kehilangan kedua orang tuanya dan Zidan, bayi ini jangan!

Mikayla mengelus perutnya lalu memeluknya sendiri, bu Asri tersenyum miris ia tau Mikayla tengah mencerna ucapannya, semua ia lakukan agar Mikayla sadar untuk menjaga bayinya dengan baik, Mikayla pun sudah di anggap sebagai anaknya sendiri.

"Ya sudah jangan terlalu dipikirkan, yang penting kamu jaga baik-baik jangan lupa minum susu hamilnya dan sering-sering makan buah, kamu mau makan apa aja ambil aja di kulkas, jangan di tahan-tahan, ibu sering lho lihat kamu nelan ludah lihat makanan yang ada di kulkas, asal kamu tahu? Ibu beli itu semua buat kamu, ibuk mah mana doyan makan begituan ,kayak coklat, kue bolu,cemilan, itu semua buat kamu! "mata Mikayla berbinar mendengarnya, sudah lama ia ingin makan makanan yang ada di kulkas, tapi ia sadar itu bukan hak nya.

"Beneran bu? "

"Iya bener! "

"Makasih ya buk! "tanpa sadar Mikayla memeluk majikan nya dengan erat, ia begitu bahagia dengan bu Asri yang sangat baik padanya,bu Asri hanya tersenyum senang sambil membalas pelukan Mikayla.

Mikayla[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang