Delapan belas

115 11 0
                                    

Tok tok tok.

Suara ketukan itu berhasil mengganggu kegiatan Mikayla yang sedang memasak di dapur, meski sedikit sibuk Mikayla tetap mematikan kompornya lalu melepas celemek yang ia pakai, kemudian berjalan menuju pintu.

"Arsya?" tanya Mikayla tak percaya saat tau siapa yang datang malam malam begini, Arsya langsung tersenyum manis menanggapi ekspresi terkejut Mikayla.

"Hai!" sapa Arsya ramah.

"Hai! "jawab Mikayla kikuk dan sedikit memakasakan senyumannya.

"Boleh aku masuk? "tanya Arsya sedikit ragu, Mikayla mengangguk pelan membuat Arsya tersenyum manis.

Mikayal membuka pintunya lebih lebar lagi untuk mempersilahkan Arsya masuk, setelah Arsya duduk di sofanya, Mikayla ikut duduk di single sofa tanpa berniat menutup pintunya.

"Kok gak ditutup?" tanya Arsya heran saat melihat pintunya ternganga lebar lalu mengalihkan pandangannya ke Mikayla, yang ditanyapun mendadak kikuk langsung menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memikirkan jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan Arsya barusan.

"Engghh! Anu? Kita kan cuma berdua, takutnya di bilang macem macem sama tetangga! "jawab Mikayla ragu.

Arsya malah mengerutkan alisnya, "Berdua? Mama papa kamu kemana? "tanyanya lagi.

"Mereka udah meninggal!" jawab Mikayla sambil menunduk agar air matanya menggenang tak jatuh di hadapan Arsya, ia tak mau terlihat lemah di hadapan orang lain, apalagi Arsya yang merupakan teman barunya, namun ia mengingat sesuatu.

"Lo tau dari mana rumah gue? "tanya Mikayla.

"Tau dari Dinda!"jawab Arsya santai sambil meletakan kedua sikunya di sandaran soffa kemudian ia juga meletakan mata kakinya lutut kaki sebelahnya, sedangkan Mikayla terpelongo melihat gerak gerik Arsya yang seolah menganggap ini adalah rumahnya sendiri, dan ia pun mulai sedikit curiga bahwa pria di hadapannya ini mempunyai kepribadian ganda.

"Terus tujuan lo ngapain kesini? "tanya Mikayla lagi, ia benar benar masih bingung dengan kedatangan Arsya yang tak pernah ia duga sebelumnya, dan itu sangatlah aneh.

"Gue cuma mau ngajak lo makan malam di luar! "

"Tapi gue lagi masak di dapur,"elak Mikayla, memang benar dirinya tengah memasak didapur namun berhenti sebab Arsya datang secara tiba tiba.

"Oh gitu ya? Ya udah! Kita makan nya disini aja! "ujar Arsya santai, sedangkan Mikayla malah terpelongo mendengar penuturan Arsya, ia semakin tak mengerti ketika Arsya berdiri lalu berjalan menuju arah dapurnya, cukup lama Mikayla terdiam di tempatnya yang masih bingung namun karna rasa penasaran nya terlalu tinggi, Mikayla memutuskan untuk pergi kedapur melihat apa yang di lakukan murid baru di kelasnya itu di dapur miliknya.

Dan, Mikayla semaki terkejut ketika mendapati Arsya tengah melanjutkan masakaan nya, bahkan dengan telaten pria itu memeras santan, setelah selesai, Arsya mengambil pisau di sampingnya dan mulai memotong bawang merah maupun putih, daun seledry bahkan sampai mengiris cabe hijau dengan rapi, tak sampai disitu ia juga membuka tutup panci yang nampaknya tengah merebus ayam, setelah air nya mulai mengering, Arsya mematikan kompor kemudian berjalan mengambil panci satu lagi yang lebih besar kemudian meletakannya di atas kompor.

Bagai di hipnotis, Mikayla malah tercengang melihat Arsya yang sedang memasak tanpa sadar ia terduduk di kursi meja makan tepat berada disampingnya, tatapannya tak lepas dari Arsya, entah mengapa ia menjadi terpesona sebab Arsya terlihat tampan saat memasak, bahkan Mikayla baru menyadari rupanya Arsya memakai celemek berwarna pink nya, Mikayla menjadi terkekeh pelan namun bukan nya terlihat lucu, pria itu malah terlihat semakin tampan.

Kini, Arsya tengah menumis bawang, lalu diikuti dengan bumbu lainnya, aromanya mulai menusuk hidung Mikayla membuat gadis itu semakin lapar, rasanya tak sabar untuk mencicipi masakaan Arsya.

Beberapa menit telah berlalu, masakaan Arsya hampir jadi, sebenarnya Arsya menyadari jika Mikayla terus menatap nya tanpa henti, bukannya risih Arsya malah senang di tatap seperti itu.

Setelah dirasa Arsya cukup, Arsyapun mematikan kompor dan mulai menuangkannya di dalam mangkuk dengan sangat hati-hati kemudian meletakannya di hadapan Mikayla yang nampaknya tergiur dengan ayam semur buatan Arsya.

Arsya mengambil tempat duduk di depan Mikayla langsung tersenyum saat melihat Mikayla dengan gesit membalikan piring dihadapannya kemudian mengambil nasi secukupnya, setelah itu mulai menyendok sepotong ayam serta menuangkan kuahnya, tanpa berlama Mikayla langsung memakan tanpa memperdulikan Arsya yang tersenyum melihat tingkahnya.

Mikayla begitu selera menyantap makan malamnya, kemudian Arsya ikut membalik kan piring di hadapannya lalu mulai melakukan seperti yang Mikayla lakukan, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang menghiasi makan mereka malam ini sampai melupakan ponselnya yang berada di atas nakas terus menyala menunjukan nama Zidan disana.

Acara makan mereka berakhir, kini mereka tengah berjalan menuju ambang pintu, setelah Arsya membantu Mikayla mencuci perlengkapan memasak dan peralatan makan mereka.

"Makasih ya, Sya! "ucap Mikayla tulus membuat Arsya yang ingin melangkah keluar menghentikan langkahnya lalu kembali menghadap Mikayla.

"Untuk?"

"Untuk masakaan nya! "jawab Mikayla.

"Justru gue yang mau bilang makasih, lo udah ngizinin gue masak di dapur lo! "kata Arsya sambil terkekeh, Mikayla ikut menyengir.

"Iya, sama-sama. Btw, masakaan lo emang enak banget! Sumpah! "Arsya tertawa saat melihat reaksi Mikayla yang mengacungkan kedua jempol nya kehadapan Arsya, Mikayla berani bersumpah, masakaan Arsya melebihi masakaan restoran manapun, sangat enak!

"Lo belajar masak dari mana? "

"Dari-"baru saja Arsya ingin menjawab. Namun, iya mengingat sesuatu hingga membuatnya menghentikan kembali ucapannya, ia tak boleh keceplosan mengatakan hal itu pada Mikayla.

Mikayla yang melihat Arsya kebingungan begitu membuatnya terkekeh, "Kok diem?"

Arsya mengerjap beberapa kali, "Enggh! Anu? Dari-dari internet, iya dari internet! "jawbab Arsya kikuk, Mikayla mendelik curiga, Arsya terlihat begitu susah menjawab pertanyaan gampang darinya, seperti ada yang di sembunyikan tapi Mikayla tak tau pasti, haruskah ia bertanya? Ia rasa tidak, mungkin itu ada privasi Arsya yang tak boeh di umbar, lagi pula siapa dirinya yang beraninya mencampuri urusan pribadi Arsya. Namun, satu hal yang membuat Mikayla bingung, mengapa Arsya selalu bersikap berubah-ubah, kadang konyol, kadang dingin, kadang berwibawa. Entahlah Mikayla bingung sendiri.

Mikayla[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang