Sweet

767 104 9
                                    

Sssstttt! 2 bayi kita udah dewasa disini wkwkwk

***







Jiheon tidak mengerti.

Bukan, bukan tentang soal-soal yang tertera di depannya sekarang ini. Tapi tentang pola pikir lelaki yang menyukai benda yang sering dihisap dan mengeluarkan asap yang berbau tajam, kalau Jiheon hirup gadis itu bisa bengek seketika.

Iya, rokok.

Seumur hidup Jiheon, salah satu hal yang paling dibencinya adalah rokok.

Gak si bomin kakaknya, gak pacarnya si Jeongin, sama-sama ingin cepat-cepat mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara yang salah.

Jiheon udah berkali-kali kasih tau tentang komposisi rokok, dari mana aja bahannya, akibat dari merokok, dll.

Tapi responnya gini,

"Sssttt. Mekdi mau gak? Abang yang bayar." Kata Bomin waktu itu.

Jiheon gak berdaya buat nolak.

Kalo Jeonginㅡ

Dia punya cara yang berbeda.

***

"Udah berapa kali?"

"Baru sepuluh kali."

Jiheon merengut. 10 KALI?! Jiheon gak ngerti lagi harus gimana. Jeongin termasuk orang terkuat dalam urusan nyebat. Sehari bisa 1 sampai 2 bungkus kalo lagi candu. Tapi Jiheon sudah mewanti-wanti, Jeongin bisa aja berhenti nyebat, asal cowok itu punya kemauan.

"Mana sini."

Jeongin menyerahkan bungkus marlboro yang keluar dari saku jaket bombernya. Untuk urusan ini, Jeongin memang menuruti kemauan Jiheon, menurutnya itu baik dan ia berpikir untuk berubah.

"Nih, aku ganti sama yang manis-manis," Jiheon memberikan satu bungkus permen yang berbeda-beda rasanya.

Gadis itu juga sudah memakan permen mint dua. Jiheon suka sekali permen.

"Kamu kan ribut asem mulu mulutnya kalo gak ngerokok kan. Nah, daripada nyebat mending kamu makan permen aja kan sama-sama manis."

Jeongin hanya memperhatikan gadisnya yang sekarang ada dihadapannya. Tersenyum memperlihatkan eyesmilenya membuat pemuda itu merasa gemas ingin menggigit pipi tembamnya.

"Kamu tau darimana permen bisa ngilangin asem di mulut?"

"Aku tau dari kak nakyung."

Jeongin menganggukkan kepalanya. Ngomong-ngomong soal manis, pemuda itu berpikir sesaat, sedetik kemudian dirinya tersenyum miring.

"Kamu salah. Ada yang lebih manis dari permen."

Jiheon mengernyit. Memangnya ada yang lebih manis dari gula-gula? Pikirnya.

"Hah? Apaan tuh?"

"Coba sini deketan, biar aku kasih tau," Jeongin memberikan arahan kepada Jiheon agar lebih dekat dengannya, padahal mereka dipisah dengan meja bundar.

Jiheon mendekat. Tapi menurut Jeongin kurang dekat.

"Kamu deketan lagi sini,"

Jiheon deketan lagi.

Sampaiㅡ



Cup!


Sebuah material basah menyentuh bibir ranum gadis itu sampai dirinya tidak berkutik. Pemuda di depannya itu mencuri satu lumatan lembut dan segera melepaskannya.

Takut terjadi hal yang iya-iya.

Padahal udah iya-iya.

"Itu baru manis, lebih manis dari permen."

"..."

"Aku minta ya tiap hari." Ucapnya sambil tersenyum manis seolah tak terjadi apa-apa. 

Jiheon mengerjapkan matanya. Gadis polos itu menyadari bahwa bibirnya sudah tidak suci lagi. Sedangkan oknum tersangkanya hanya memakan permen dengan santai sambil tersenyum jahil.










"JEONGINNNNNN!!"













Fin.

[2] Amore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang