Unexpected

672 82 2
                                    

"Kepada siswa bernama Giyashi Jiheon Nandira dan Yunara Maharani kelas XI IPA 1, harap ke ruang bimbingan konseling sekarang juga. Terima kasih."

Gadis itu menghela napasnya lelah. Sudah ia duga sih dia bakalan dipanggil, karena kejadian kemaren bikin gempar satu sekolahan. Apalagi sempat dijadikan bahan gosip sekolah.

Hadeh. Berasa artis yang lagi viral.

"Kenapa lo berdua? Ada masalah apa? Kok gue gatau?" Tanya Yujin beruntun. Wajar dia nanya, soalnya dia kemaren gak masuk karena sakit.

"Kok kalian malah dipanggil? Bukannya kemaren udah selesai masalahnya?" Tanya Jisung.

Jiheon menggelengkan kepalanya pelan. "Gapapa gengs, gue kesana dulu sama Yuna. Nanti kita ceritain Jin. Ayo yun,"

Mau tidak mau Jiheon dan Yuna sebagai murid yang patuh harus menghampiri pusat suara. Jiheon dan Yuna sebenernya santai aja sih, cuma ya gimana, masih capek masalah kemaren udah dipanggil lagi.

"Sorry ya Ji, lo jadi terseret masalah gue." Sesal Yuna.

"Yaelah. Santai kali Yun, tuh cewek yang salah kok. Dia kan yang nyari masalah duluan."

"Ck. Gue takut nih kalo sampe dipanggil orang tua. Bisa diomelin abis-abisan sama bang atuy :("

Iya. Yuna sebegitu takut sama abangnya. Masalahnya hukumannya gak tanggung-tanggung. Pernah Yuna bikin masalah terus sama bang atuy didiemin selama sebulan.

BAYANGIN! SEBULAN!

Masalahnya, kehidupan Yuna itu 100% dipegang sama abangnya, mama papanya lagi sibuk kerja, jadinya mereka berdua percayakan bang atuy ngerawat Yuna.

"Tenang aja, nanti kita omongin masalahnya bareng-bareng sama bang atuy. Yakali dia percaya sama tuh cewek,"

Jiheon sebenernya juga agak grogi sih, cuma dia menutupi itu semua. Lebih parah dia malah, karena bakalan ada sangkut paut sama dia.



Cklek!

Yang Jiheon lihat pertama saat membuka pintu adalah pak galih (guru BK), satu cewek tengil menatapnya remeh, dan satu lagi seorang ketua osis.

"Silahkan masuk, Jiheon Yuna."

Jiheon dan Yuna masuk ke ruangan BK, santai sih tapi gugup juga. Tapi yaudah gitu. (Apasi gajelas)

"Kalian tau kenapa dipanggil kesini?"

"Bapak mau nyuruh kita beli makanan pak?" Ucapan Yuna mendapatkan deathglare dari Jiheon dan tatapan datar pak galih.

Stoopid banget emang nih anak satu.

"Hehehehe bercanda pak,"

"Udah deh pak, saya sebagai korban disini pengen nih anak dua di keluarin dari sekolah. Saya gak mau tau." Ucap gadis tengil tadi, namanya fanny.

Jiheon dan Yuna mendelik ke arahnya, apa-apaan dikeluarin? Emangnya dia siapa? Anak yang punya sekolahan?

"Tidak bisa kamu seenaknya berkata seperti itu, Fanny. Saya ingin mendengar kronologis ceritanya langsung dari orangnya," jelas pak Galih dengan tenang.

"Bapak gak bisa gitu dong! Udah ada buktinya kemaren Jiheon nampar saya terus saya ditumpahin es teh! Padahal saya gak ngapa-ngapain!"

"Gak ngapa-ngapain apanya?! Eh cabe! Gue udah muak ya sama mulut sampah lo yang seenaknya nuduh kita. Jelas-jelas lo yang duluan numpahin es jeruk ke gue kan!" Seru Yuna.

"Bohong tuh pak! Heh setan merah! Gausah ngada-ngada lo ya jelas-jelas--"

Brak!

"CUKUP! Kenapa kalian saling ribut?! Mau saya kenakan poin?!" Pak Galih sudah hilang kesabarannya dikit lagi bung.

[2] Amore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang