Mr. (Part 1)

579 59 2
                                    

Jika melihat keramaian, disitulah kita menghamburkan kelebihan. Akan tetapi, tidak selalu keramaian menimbulkan akibat yang berarti dan banyak orang yang tidak peduli.

Misalnya, di stasiun kereta atau halte bus. Semua orang tidak mengenal satu sama lain dan terkunci dengan kesibukan masing-masing.

Namun, keramaian yang berarti seperti apa?

Pesta.

Jika pesta memungkinkan dirimu untuk berbaur dengan semua orang tanpa tahu bahwa orang itu mengenalmu atau tidak, mungkin tidak ada masalah. Bagaimana jika itu sebuah permulaan?

Permulaan akan sebuah kejadian.

"Ji, are you okay?"

Jiheon tidak pernah merasa sebebas ini saat kemarin-kemarin. Dia merasa lega sesaat mungkin? Karena selama 3 bulan belakangan, ia merasa 'terkunci'.

Jiheon menarik kedua sudut bibirnya kecil untuk memberikan kode kepada gadis cantik di sebelahnya yang menemani dirinya sejak tadi.

"I'm okay, yun. Aku cuma harus beradaptasi di tengah banyak orang sebentar,"

"Serius? Muka lo pucet. Mau pulang aja?" Shin yuna menunjukkan raut wajah yang khawatir sekali, sambil memegang pundak jiheon yang sempat limbung.

"Nggak, yun. Aku gak mau balik ke rumah itu lagi. Plis, sebentar aja aku disini dulu. Aku gapapa kok, gak usah khawatir."

Yuna ingin sekali memaksa jiheon, namun gadis itu mengurungkan niatnya, karena ia tau jiheon akan semakin tertekan bila lebih lama di rumah.

"Yaudah, kita cari aja kursi aja yuk mendingan. Biar kalian gak capek berdiri."

Jiheon menganggukan kepalanya pelan. Entah kenapa, kepalanya sedikit demi sedikit merasa pusing.

Yuna menuntun jiheon ke meja paling belakang yang jauh dari keramaian orang-orang yang berpesta. Tubuhnya ia sandarkan ke kursi, kepalanya semakin memberat.

"Gue panggil kai dulu ya sebentar. Biar dia ikut jagain lo disini. Tunggu disini. Jangan kemana-mana." Perintah yuna dengan tegas, tanpa menunggu kalimat jiheon, yuna segera pergi dengan cepat untuk menuntaskan tujuannya.

Sekarang jiheon sendirian.

Kepalanya sudah mulai terasa ringan, meskipun sedikit. Gadis itu merutuki kejadian kenapa ia harus mengalami hal itu. Tapi ia baru ingat, karena ini juga miliknya sendiri. Jiheon ingin sekali mengumpat, namun apa boleh buat, keadaannya sekarang yang melarang tidak boleh menyumpahi garis takdir.

Cukup lama yuna tidak segera menghampiri jiheon, dan masih meninggalkan gadis itu seorang diri. Itu memancing berbagai orang untuk menghampirinya.

"Jiheon?"

Seseorang memanggilnya dari arah kiri. Jiheon berusaha mengingat wajah orang yang memanggilnya itu. Seketika netranya melebar.

"Su-sungwon?"

"Jiheon, kamu ngapain disini?" Ternyata itu salah satu teman jiheon saat kuliah. Jiheon cukup kaget dengan keberadaan sungwon disini, di tempat ini.

"A-aku..."

Bibir jiheon kelu. Dia ingin sekali menceritakan semuanya ke sungwon dan meminta sungwon jika bisa, andaikan ia mempunyai keberanian mungkin ia tidak terjebak di pesta ini.
"Kamu sama siapa kesini?" Tanya sungwon dengan nada yang pelan.

"Aku sama temen... Kamu ngapain disini?"

Sungwon melihat sekeliling, dan melihat apakah ada seseorang yang mencurigakan disini atau tidak.

[2] Amore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang