#2 Ugly

2.6K 162 6
                                    

Sean merasa terbuai di sana, ia bahkan melupakan jika gadis yang tengah ia cium, seorang gangguan mental. Ia melupakan hal itu.

Brakk..

Sebuah kursi mengayun di atas kepala Sean.

Ciuman itu terhenti. Terlepas.

Kepala dengan mata Hazel itu menoleh ke belakang. Melihat seseorang yang berani memukulnya.

Dewi..

Sean memegang bagian kepala belakangnya, menarik tangannya segera ketika merasakan cairan basah yang menempel di tangannya.

Darah..

Sean menggelap akan marah, namun pandangannya perlahan berkunang, Dewi terlihat menjadi sangat banyak, dan lambat laun ia jatuh ke belakang.

Janet berdiri menyambutnya, di saat itu penjaga baru datang pergi memeriksa.

"Ah, apaan sih loe kan akhirnya jadi gini. Kan bule luka gini. Mau ngomong apa kita ma pengacara dia nanti? " Semprot penjaga bersegaram putih dengan wajah ketakutan.

"Nggak usah banyak ngomong Tong. Kita antar dulu ke UKS. Mana gue tau, kita kan cuma dapat duit biar ni cewe gila yang dapat luka " Seru penjaga yang lain telah membopong Sean bersama penjaga lainnya ke UKS, dan yang Tong menyeret Janet mengikuti ke ruang UKS.

Sesampai di UKS

"Dia luka gini, gimana Bri?" tanya Tong cemas, setelah membaringkan Sean dengan posisi tengkurap di atas ranjang UKS.

"Panggil Dokter?" Usul salah satu.

"Nanti kita lapor di bagian depan"

"Janganlah" Cegah Tong.

"Yang lepasin Dewi kan elo" cerca Tong.

"Tapi yang makan duitnya, kita semua" Sengit Bri membentak.

"Lalu gimana ini ?"

"Kita bilang aja orang gila baru ini yang mukul bule. Beres"seru seseorang yang lain tiba masuk kemudian dengan mendorong Janet ke dalam UKS dengan sangat kasar.

Janet ingin protes ketika mengetahui dirinya di kambing hitamkan. Namun ia berpikir dua kali untuk protes, bisa saja mereka nanti kembali melepaskan Dewi untuknya.

Maria dan Angel seperti tidak akan membiarkan dirinya hidup dan bernafas dengan baik walaupun di rumah sakit jiwa seperti ini. Ia akan memikirkan caranya untuk lepas dari siksaan fisik dan mentalnya sekaligus jika terus berada di sini.

"Biarin aja, orang gila mana bisa ngeluh Tong. Tinggalin aja, biar keajaiban yang nyembuhin tuh bule" Jawab Bri yang kemudian menarik keluar pertama di susul temannya yang keluar berurutan, dan menutup pintu UKS.

Janet linglung.

Mendekat.

Menyentuh rambut hitam pria itu.

Sentuhan basah di telapak tangannya.

Janet menarik tangannya kembali, ia melihat darah di telapak tangannya.

Deg..

Janet merasa terkejut dan cemas. Seberkas pengetahuan medis yang pernah ia baca sekali melintas. Janet segera mencari sesuatu, di saat yang tepat matanya menangkap kotak medis.

Ia tampak berdiri ragu awalnya. Namun kemudian mengambil beberapa alat medis septik yang terlihat asing namun nama alat medis itu cukup familiar di otaknya. Setidaknya ia pernah membacanya sekali.

Janet melakukan tindakan pertamanya menggunting rambut sehingga terlihat botak di bagian tertentu terlihat luka yang terbuka, karena rambut yang lebat menghalangi pergerakan lengan Janet.

Janet pun mulai memangkas rambut pria tersebut, dan mencukur keseluruhannya.

"Anda sekarang sangat cutie" gumam Janet menahan gelinya, kemudian perlahan ia membersihkan luka, memasang infus larutan glukosa dan memberikan suntikan bius dan seakan ia yakin akan observasi terhadap luka tersebut, dengan yakin bahwa tidak memiliki cidera internal berat, ia pun mulai menjahit luka ternganga tersebut.

Langkah terakhir memberikan plester antiseptik. Janet mengelap peluh keringatnya, melepas sarung tangan dan membuangnya, dengan hati-hati membalik tubuh pria itu dengan memberikan posisi miring.

"Orang gangguan mental juga manusia" pandang Janet pada Sean, rona merah mendadak naik ke permukaan wajahnya. Menjalar dengan sensasi menggelitik di bibirnya.

I once kissed a man with a mental disorder..

"oweeekkkk " Jijik Janet ingin muntah, kemudian kesal ia menjatuhkan diri di sofa, dan merasakan lengan sofa sebagai bantal yang keras.

Ia biasa memiliki tempat tidur dan bantal yang sangat empuk. Namun kali ini ia harus terbiasa.

Berganti posisi, berbalik kiri dan kanan, dan akhirnya ia terpejam setelah sekian jam frustasi, matanya lelah,mengabaikan kerasnya lengan sofa di lehernya.

Dalam hitungan ke sepuluh. Matanya terpejam dan sekitarnya terlihat gelap, namun di sisi lain mata Sean perlahan terbuka dan mengeryit saat menangkap sinar lampu yang menyialaukannya.

Ia bangun, namun selang infus menghalangi pergerakannya. Ia melirik ke selang infus tersebut, dan mulai mengingat apa yang terjadi.

Dewi... crazy..

Sean duduk segera, memeriksa kepala belakang. Ia telah menerima perawatan. Ia cukup lega. Ia mencoba bangun, namun semua masih terlihat sangat bergoyang. Namun sosok gadis lembut yang tertidur di Sofa, sekejap membuat dirinya menjadi Fokus.

Sekejap telapak tangan Sean mengambang di udara dan memukul wajahnya sendiri.

Adegan di antara mereka berdua terlihat, jari telunjuk Sean segera menggesek menghapus jejak dan sensasi yang menempel di sana.

How do I instead enjoy the kiss of a crazy girl..

Kutuk Sean yang dengan tangan kirinya menggaruk kepalanya sendiri.

Ia garuk kembali. Makin ia merasa ada sesuatu yang ganjal.

Sensasi di kepalanya dingin dan seiuk.

Di saat itu ia mulai menyadari, ia telah kehilangan rambutnya. Ia telah botak.

Sean melepas paksa selang di tangannya. Ia tidak mempedulikan darah yang jatuh mengalir.

Ia menemukan cermin.

Wajahnya terpantul.

"Kyaaaaaww" teriak Sean terkejut.

Ia telah botak. Hampir saja ia akan jatuh pingsan sekali lagi.

"Dokter mana yang berani membotaki rambut saya? " Gerutu Sean geram memegang sisi bankars miliknya.

Sean segera merogoh ponsel dari saku celananya. Ia tidak peduli waktu telah menunjukan pukul tiga dini hari.

Ia terus memanggil pengacaranya, dan mengumpat agar pria itu segera bangun.

"Damn!!! "Maki Sean ketika panggilan tersambung.

Pria di seberang sana baru saja membuka matanya, dan mengecek nama di layar ponsel. Mulutnya ingin histeris, segera akan meminta maaf karena terlambat menerima telepon, namun suara di seberang sana bergetar marah.

"Perkarakan..perkarakan...siapa yang telah membuat saya menjadi botak"

Tidak menunggu jawaban. Sean mematikan teleponnya. Ia kembali memindai dirinya ke kaca.

"Now I am very ugly" sedihnya, melihat ia telah kehilangan rambutnya. Seakan kesempurnaan wajahnya telah lenyap.

****

Next jangan lupa vote coment yah setelah baca ...






Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang