22. Kamar 1201

1.2K 109 39
                                    


Aku  masih mengingatmu dengan sangat detail. Bagaimana kabarmu?

Detail. Ingatan tentang Janet sangat membekas, bahkan hal terkecil dari gadis itu, selalu tersimpan dalam satu kotak temuan, melebihi kota beharga. Bukan hanya pakaiannya, namun setiap tutur kata dan satu kalimat yang di keluarkan, Mic dengan mudah akan berkata, ia telah menghafal semua yang pernah Janet ucapkan di kamar 1201.

"Sial!"

Mic terlihat mengutuk kotak pesan. Karena Janet belum memblas pesannya.

Berguling dengan nafas yang mulai terasa  tersendat dalam satu tarikan. Mendapatkan pesannya saja, sudah membuat ia gemetar, apalagi bertemu langsung. Ia tidak bisa membayangkan reaksi jantungnya nanti.

Deg!

Sudah lama menunggu. Pesan balasan belum masuk. Ia menghubungi nomor ponsel yang mengirim pesan. Dering tulalit  terdengar, menandakan ponsel tidak bisa di hubungi.

Apa aku sedang dikerjai lagi?

Mic memeras wajahnya sendiri, seakan  menyadari logikanya akhir-akhir ini berada di belakang perasaannya. Seharusnya, logika dulu, baru perasaan.  Tetapi kali Albert Einstein benar.

Gravitasi tidak berpengaruh kepada mereka yang jatuh cinta.

Mic memegang dadanya sendiri, karena kali ini ia mengakui kebenaran hukum gravitasi  - hukum tarik menarik tidak berperan terhadap orang yang jatuh cinta. Einstein benar, pikirannya lari dan tidak bisa  di batahkan logika, kini ia bertindak impulsif , bisa menjadi bodoh dalam hitungan detik karena ia tergila-gila dengan Janet. Menentang logika untuk pertama kali. Kini ia percaya dengan namanya cinta pada pandangan pertama.

Dari mata turun ke hati-- dulu baginya omong kosong, kini itu rumus paten.

Mic mengatur  nafasnya. Memegang dagunya sebentar, baru kemudian membuka laptop dan membuka akses mengecek lokasi yang mengirimnya pesan.

Menunggu beberapa menit. Satu tampilan gambar foto udara muncul.

Di atas bukit. Tepatnya hutan, dan lokasi sangat terisolasi, hanya sebuah helikopter ataupun jet pribadi untuk mencapai sana.

Blam!!

Laptop ditutup cepat.

"Tenang,Mic --" erangnya tak berdaya pada dirinya sendiri, mengapa perasaannya menuntutnya kesana, tetapi logika menekan dirinya, jangan sampai hal ini sia-sia, satu sisi dirinya mulai memberi dukungan.

Lupakan gadis Einstein.Lupakan gadis Einstein.

Mantera dalam hati terpanjat begitu saja naik merayap di tenggorokan, namun tidak bisa lolos dari lubang mulutnya. Mic,  menolak untuk melupakan. Kembali ia mengambil ponsel, satu teka teki mungkin bisa membuatnya berhenti berpikir sejenak.Mengasah logika menumpulkan perasaan.

Mengasah logika menumpulkan perasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang