#5 Kamar Mandi

2K 129 18
                                    

Janet mengambil kepala Rene,ia biarkan jatuh ke bahunya. Pelan ia menyapu rambut gadis itu.

Beberapa hari kemudian...

Makan minum yang seadanya dan berbagi bersama. Melihat kondisi Rene lumayan bagus di ajak berbicara, Janet langsung berbicara pada inti penasarannya.

"Mengapa anda menyadari saya tidak gila?" Tanya Janeth.

"Gue tau, karena mereka membicarakan loe. Satu lagi yang masih normal di antara kita, pria bule itu. Namun ia susah di dekati" keluh Rene.

Bule.

Hanya satu pria asing. Pria itu yang melecehkan bibirnya waktu itu.

Uinseann Adrian Poldi

Karena kecerdasannya. Daya ingat Janeth akan nama pria itu masih menempel ketat di otaknya.

"Apa loe punya rencana? Gue takut di sini..setiap hari paman bejat itu melecehin gue..hiks gue takut?"

Janet menggelengkan kepalanya. Ia memiliki rencana, namun setelah ia  mempelajari sirkulasi keluar masuk dan penjagaan lingkungan Rumah Sakit ini, ternyata berada di atas bukit, bangunan tepencil jauh dari keramaian, sekeliling bahkan hanya hutan.

"Argh" keluh Rene memegang dadanya.

"Gue takut, klo gue terus di sini, dan gue hamil. Bagaimana?"

Janet menggelengkan kepala. Jangankan menolong oranglain, masalah dirinya saja sudah sangat rumit. Ia tidak bisa menggunakan otak cerdasnya sementara ini.

"Buat pria jahat itu, saya punya cara"

"Apa itu?"

Janet lantas membisiki Rene. Rene tersenyum puas dan terlihat bersemangat.

"Gue pernah lihat satu penjepit tikus" gumam Rene antusias. Pria itu coba memasuki dirinya, maka bersiaplah agar milik pria itu terjepit dan terpotong selamanya.

Janet tersenyum dalam diam. Rupanya Rene, gadis yang cukup memiliki kekuatan mental yang sangat hebat, ia tetap ceria walaupun banyak derita yang ia dapatkan.

Kret....

Ruangan gelap mereka mendapatkan cahaya. Seorang perawat datang. Perawat ini, perawat yang di utus menyiksa Janeth semalam. Ia tampak berdiri di ambang pintu dan berkata manis dengan niat jahat tersembunyi.

"Sangat menyenangkan"

Janet memandang nama yang tercantum di dada perawat tersebut.

Hartina.

Segenap hati Janet membenci perempuan tua namun berwajah masih terlihat sangat segar seperti usia tiga puluh tahunan. Banyak uang kotor pastilah ia terima untuk merawat wajahnya. Apalagi tubuh perawat tersebut sangat terlihat langsing di usia menjelang menopouse. Sudah di pastikan ia telah beberapa kali melakukan sedot lemak.

"Kalian berdua boleh makan malam bersama di aula" persila Hartina.

Janet ingin muntah mendengar kata manis wanita ini.

Janet bangun bersama Rene. Namun gerah di tubuhnya merasa tidak nyaman sekali. Seharusnya ia lebih dulu mandi daripada makan.

"Saya ingin mandi lebih dulu"

"Gue juga"

"Silahkan" ucap Perawat kemudian mempersilahkan mereka keluar dari ruang isolasi.  Wajah melunak tersebut terlihat licik menyembunyikan sesuatu.

Janet menjadi sangat curiga.

"Kalian masih mengingat letak  kamar mandi dimana? Saya tidak perlu mengantar, saya rasa otak kalian masih sangat bagus"

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang