[10] Ter-jijique

546 124 2
                                    

"Raviennn."

Entah bagaimana ceritanya, Monica sudah berdiri di sebelah kanannya seraya gelendotan manja. Berkali-kali gadis setengah etnis Tionghoa itu menampakan wajah centilnya seraya pamer belahan dada di hadapan Ravien.

Alih-alih tertarik seperti cowok mesum pada umumnya, cowok itu justru misuh-misuh dalam hati.

Sedangkan gadis bekacamata tersebut, mundur perlahan tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ini merupakan peluang emas untuk ngacir duluan sebelum Ravien bertanya aneh-aneh perihal foto tersebut. Bodohnya dia juga, sih. Kenapa harus berlarian di koridor sambil membawa foto target lambe smantara?

"Dih! apaan, sih," sentak Ravien, risih. Fokusnya jadi bercabang, antara foto milik Eflata dan tindakan seenak jidat Monica. Cowok beralis tebal itu berusaha menepis lengan cewek tersebut gusar.

"Rav, gue sayang banget sama lo. Berkat kehadiran lo, gue jadi percaya adanya first love."

"Gue nggak." Ravien mendengus sebal. "Lepasin, ah."

"Gue serius, Ravien. Gue sayang sama lo."

"Bodo amat." Setelah berhasil terlepas dari genggaman Monica, Ravien segera ngacir ke mana saja kakinya melangkah.

Sial. Ia kehilangan jejak Eflata. Cewek berkacamata bulat itu cepat juga larinya.

Sebenarnya, Ravien tak pernah se-kepo ini pada suatu hal. Akan tetapi, foto yang dibawa cewek bernama lengkap Eflata Rania Alfy mampu membuat bertanya-tanya.

Ada tiga hal janggal dalam foto tersebut.

Satu, di dalam jepretan tersebut, tampak dua siswa SMA Nusantara yang sedang merokok gudang tak terpakai sekolah.

Dua, letak posisi foto ini diambil di belakang kardus-kardus gudang---yang artinya, potret ini pasti diambil secara sembunyi-sembunyi.

Tiga, Eflata tampak gugup setengah mati waktu Ravien menanyakan ini foto siapa. Berarti, foto itu merupakan rahasia terbesar seorang Eflata Rania Alfy.

Sudah jelas 'kan mengapa ke-kepoan Ravien Altair bisa membludak?

Tapi, yang bikin dia penasaran tingkat maksimal adalah, untuk apa Eflata menyimpan itu?

Foto unfaedah. Kalau foto yang berisi pose Eflata sendiri, sih, oke tidak ada yang mencurigakan. Tetapi ini justru foto siswa lain yang sedang melakukan pelanggaran sekolah?

Ada dua kemungkinan berarti.

Satu, Eflata the real gabuters yang sengaja mengabadikan momen siswa SMA Nusantara.

Kedua, Eflata seorang mata-mata. Si pengintai. Investigator. Oh damn! He is so cool.

Sepertinya, opsi kedua lebih masuk akal.

"Kalau Eflata beneran si Pengintai, kayak admin lambe smantara dong!?"

Eh.

Admin lambe smantara!

"Apa Eflata dan Jeng Minceun adalah orang yang sama?"

Tidak-tidak, Ravien tidak mau membuat kesimpulan melalui satu data saja.

Maka, mengenyampingkan aksi kamuflasenya, ia siap mencari tahu identitas Minceun.

Liat saja. Jika ia berhasil membuka kedok Minceun, aksi membuat onarnya tak akan diluput oleh akun fenomenal tersebut.

~

Hal apa yang menurutmu paling menyebalkan?

Ditinggal gebetan pas lagi sayang-sayangnya? Atau, dijodoh-jodohin sama temen sekelas lalu pada akhirnya suka beneran? Yang paling miris lagi, terjebak friendzone tanpa mau mengungkapkan?

Bagi cewek bernama lengkap Eflata Rania Alfy, ketiga opsi di atas bukanlah hal yang paling menyebalkan. Hal yang paling menyebalkan baginya ialah: terbongkarnya identitas Minceun karena kecerobohannya sendiri.

Eflata mendengus sebal. Dilepaskannya sepatu kets hitam milikmya sebelum membuka pintu rumah. Tak menunggu waktu lama, pintu reyot itu akhirnya menjeblak lebar diiringi dengan aroma lembab selepas hujan tadi malam.

Sunyi. Itulah yang ia rasakan ketika menginjakkan kaki di rumah kontrakan ini. Tak ada siapapun yang tinggal di sini selain dirinya semenjak nenek meninggal dua tahun silam.

Di pandang dari sisi mana saja, bangunan ini terlihat suram. Cat temboknya terkelupas, selalu beraroma lembap, dan sempit karena terlalu banyak perabotan. Eflata tak pernah mengeluh. Memang begini jalan hidupnya. Ibunya harus mendekam di panti rehabilitasi, abangnya di penjara selama belasan tahun, dan bapaknya menghilang entah ke mana setelah menjadi buronan polisi. Tinggal tersisa dirinya yang harus memperbaiki kerasnya hidup. Maka, untuk mencukupi segala kebutuhan Eflata bekerja menjadi tutor les privat untuk anak-anak SD, admin lambe smantara, terkadang jika liburan sekolah ia akan bekerja full time menjadi penjaga distro pakaian.

Eflata melemarkan tasnya asal ke sisi tempat tidur. Lalu, merebahkan tubuh di sana dengan tangan telentang.

"Mampus gue, kalo sampe Ravien curiga gimana?" Cewek berkacamata itu mengingit bibir bagian bawahnya.

"Bisa dipecat jadi admin lambe smantara gueee."

Ah, masalah admin di lambe smantara, sebenarnya ia juga ditawari oleh Kak Nadia menjaga akun itu selama ia lulus SMA. Waktu itu, Eflata mengiyakan karena ia tak tahan melihat penindasan dari kasta borju di SMA Nusantara.

Memiliki ideologi yang kuat untuk mengubah kehidupan keluarganya, Eflata belajar semaksimal mungkin agar diterima di SMA Nusantara melalui jalur beasiswa akademik. Tentu saja beasiswa, jika tidak ... siapa yang akan membayar SPP bulanan di SMA Nusantara yang selangit?

Keluarganya tak akan mampu. Dirinya apalagi. Maka dari itu, sudah sewajarnya di SMA Nusantara didiami oleh anak-anak kasta borjuis. Pendidikan di sana saja menerapkan kurikulum Cambridge! Tak heran ia akan membuat essay ilmiah di akhir masa SMA-nya.

Setelah berhasil lolos seleksi ketat Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Nusantara, Eflata lantas menjalankan misinya meruntuh sistem kasta. Berbekal penampilan nerd, ia menyamar menjadi Jeng Minceun yang super update terkait berita terkini. Namun, penyamarannya selama ini terancam lolos berkat kecerobohannya barusan di hadapan Ravien.

"Mati gue!" decaknya panik.  Sesaat kemudian, tanpa senagaja tatapan cewek itu tertumpuk pada jam dinding di tembok kamarnya. Jarum jam tersebut menunjukan pukul empat kurang lima belas menit.

Tiba-tiba, ia tersentak.

Empat kurang lima belas menit. Begitu jarum jam menggulir pukul empat tepat, dirinya harus mengisi kelas bimbel privat di daerah Pulo Gading.

Gawat! Dia bisa terlambat.

Dengan tergesa, gadis itu mencangklong tas ranselnya kembali. Lalu, memelesat keluar rumah sesaat setelah mengunci kenop pintu.

"Duh, ah! Gara-gara mikirin Ravien gue jadi lupa harus ngajar ke murid baru!"

Investigasi Jeng MinceunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang