[12] Teramsyong

493 113 4
                                    

@lambe_smantara Eflata? Siapa tuh? Jeng Minceun nggak kenal.

Balasan dari akun lambe smantara beberapa menit yang lalu membuat senyuman asimetrisnya terkembang. Ravien menatap lurus punggung kurus Eflata yang bergerak mengetikan pesan di bawah kolong meja ketia jam kosong tengah berlangsung.

Dasar kurang hati-hati, batin Ravien sambil berdecak. Cewek itu tidak merasa ketika Ravien menatapnya dengan sorot mata berkilat curiga. Ia memang belum yakin seratus persen jika Eflata itu Jeng Minceun, tetapi ada satu hal yang menguatkan dugannya.

Balasan dari akun lambe smantara terkirim bersamaan dengan gerak-gerik Eflata yang mencurigakan di kolong meja. Ketika Ravien intip, ternyata cewek itu sedang membalas DM-DM Instagram.

Kurang jelas apalagi?

Kesalahan fatal memang terletak pada Eflata. Kenapa gadis itu dengan cerobohnya membuka akun lambe smantara di sekolah?

Ravien menggeleng iba. Tapi, tidak sepenuhnya yakin. Bisa saja Eflata tengah membuka akun Instagramnya 'kan?

"Guys, bolos, yuk." Stev tiba-tiba bangkit. Cowok itu mengedarkan pandangan ke sejumlah murid kasta borju tak terkecuali Ravien. "Bosen parah gue kalo jamkos begini."

"Ke mana?" celetuk Eggy yang sibuk bermain game online di atas meja Kendra.

"Kantin."

Mau tidak mau, Ravien mengiyakan. Demi kamuflase. Cowok itu sebenarnya malas pergi kantin karena takut bertemu si Cewek Genit alias Monica. Sementara, ia juga harus mengawasi gerak-gerik Eflata yang sepertinya Jeng Minceun.

Sepanjang perjalanan ke kantin, kondisi masih dinyatakan aman. Tidak ada Monica. Untuk saat ini, Ravien bisa bernapas lega. Akan tetapi, saat langkah cowok bermata hazel itu menampak lantai kafetaria, Monica hadir dan tahu-tahu mencekal pergelangan tangan Ravien.

"Rav? Kita bisa ngomong sebentar?" mohon Monica sambil memelas. Cewek dengan dua kancing kemeja teratas dibuka tersebut mengerling ke teman-teman Ravien, yang dibalas dengan anggukan antusias.

"Wah! Kampret lo pada." Ravien hendak menoyor Eggy, akan tetapi cekalan Monica yang mengerat membuatnya memutar bola mata sebal.

"Rav, ayo dong!" Dengan satu kali hentakan, Monica membawanya ke GOR belakang sekolah yang jarang terjamah murid-murid. Kendra melambaikan tangan ke arahnya yang terlihat pasrah. Teman-temannya tanpa dikomandoi meluncurkan derai tawa yang sukses membuat Ravien ingin menelan cewek centil yang satu ini hidup-hidup.

"Gue cinta banget sama lo, Rav."

Ravien berdecak. "Terus?" Cowok itu melipat tangannya di depan dada. Menatap Monica dari atas sampai bawah sambil membatin.

Nih cewek posesif banget. Fanatik lagi sama gue.

"Gue nggak bohong."

"Ya! Ya! Supaya lo seneng."

"Lo mau bukti?" Monica mendekat beberapa jengkal.

***

Perut Eflata terasa melilit. Gadis itu mengigit bibir bagian bawah, meringis menahan sakit. Bisa dipastikan, maag menyebalkan itu hadir kembali.

Tadi pagi, ia terburu-buru berangkat ke sekolah karena harus mengejar waktu menjadi penguntit Irvan. Sialnya lagi, cewek itu juga lupa membawa bekal makanan.

Alhasil, mau tak mau Eflata melangkahkan kaki menuju kafetaria dengan kepala tertunduk.
Ia menghiruakan tatapan tajam kasta-kasta borju.

Akan tetapi, tinggal beberapa langkah lagi dirinya mencapai area kafetaria, indra pendengarannya tanpa sengaja mendengar desisan dari seseorang.

"Gila lo!"

"Gue nggak gila. Gue sayang sama lo."

Insting penguntitnya tersentuh. Eflata menaikan sebelah alisnya. Langkah panjangnya kontan terhenti. Gadis itu mengarahkan atensi pada sumber datangnya suara tersebut.

Diam-diam, Eflata mengeluarkan ponsel---sekaligus senjata ketika menjadi Jeng Minceun---setelah memastikan kondisi di sekitarnya aman. Kebolehannya dalam mengendap-endap dan mencuri dengar pembicaraan sedang diuji.

GOR belakang sekolah.

Tidak salah lagi. Desisan tajam itu berasal dari sana.

Tanpa berlama-lama lagi, Eflata segera menuju TKP, dengan tangan kanan masih menggengam ponsel, tentunya. Gadis itu memilih tempat di bangku-bangku reyot yang diletakan di dekat area GOR belakang sekolah, untuk menghindari kecurigaan terhadap target.
Telinganya terbuka lebar, kedua matanya memicing menatap dua sejoli SMA Nusantara. Target yang bagus, begitu pikirnya. Pasti akan seru jika diliput.

Eflata semakin mendekat. Merangsek agar mendapatkan angle yang lebih jelas. Akan tetapi, betapa terkejutnya cewek itu ketika mengetahui siapa dua sejoli tersebut. Kedua bola matanya membeliak dengan tangan kanan yang membekap mulutnya sendiri.

Itu Ravien! Tidak salah lagi!

Dengan jam tangan hitam di pergelangan kirinya, rambut yang tanpa pomade yang sedikit berantakan, seragam SMA Nusantara yang masih kinclong karena baru, dan hidung mancungnya yang dari samping bak perosotan anak TK.

Sementara ceweknya? Itu Monica! Ketua color guard yang terkenal seksi.

"Waduh-waduh! Tercyduk parah! Lagi ngapain, tuh?" Eflata mendekatkan ponsel ke arah target.

Monica menatap Ravien lamat-lamat. Mengincar bibir merah alami Ravien yang ranum nan menggoda. Saat di dapatnya kesempatan yang tepat, Monica menautkan bibirnya di sana. Mengatupkan mata, lalu menikmati momen tersebut.

"Ini sebagai bukti kalo gue serius sama lo, Rav," bisiknya tanpa melepaskan ciuman dadakan tersebut.

***

Investigasi Jeng MinceunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang