[18] Terakhir - Epilog

879 158 42
                                    

"Penyadap?"

"Oke."

"Kamera tersembunyi?"

"Aman."

"Target masuk?"

"Bentar lagi." Di dekat meja barista salah satu club malam daerah Kemang, seorang pria berkacamata hitam memfokuskan diri pada pesan suara serta objek penyelidikan di hadapannya.

"Lukas udah masuk, tangkep fotonya, Tha! Tangkep!"

Tanpa diperintah dua kali, Eflata yang menyamar seperti seorang pria segera mengambil gambar Lukas yang tak sadar karena efek alkohol.

"Kalo udah buruan balik. Gue tunggu di luar." Pria berjas hitam itu segera melenggang pergi sesaat setelah tersenyum puas.

***

@lambe_smantara goyang dolo goyang dolo 💃

Gudang sekolah yang tak terpakai itu menjadi saksi bisu dua manusia yang tengah tertawa lebar.

"Mampus lu! Mampus lu!" geram Eflata puas menyaksikan aib Lukas yang terbongkar dalam akun Instagram tersebut. Ravien mengangguk, mengiyakan.

Berselang satu minggu sejak Eflata menghubungi Nadia perihal rekruitmen anggota baru Investigasi Jeng Minceun, dengan berat hati Nadia mengiyakan lantaran risiko kehancuran akun lambe SMANTARA ada di tangan Ravien. Jika Ravien tidak diterima, besar kemungkinan akun yang telah dikelolanya sejak SMA itu dibubarkan.

Satu minggu berselang pula, Eflata sedikit demi sedikit mengenal Ravien. Ravien kamuflase. Sama seperti dirinya yang berkamuflase, cowok itu pun berlagak congkak seperti kaum borjuis. Jadi, bekerja sama dengan Ravien tidak terlalu buruk.

Mereka saling melengkapi. Mereka saling bekerja sama menegakkan keadilan. Mereka saling menguatkan meski keduanya baru saja kenal. Terbongkar atau tidaknya kedok Jeng Minceun, itu belakangan. Karena keduanya tengah bersiap untuk kamuflase, lagi.

Selesei

a/n

Maaf banget kalo epilognya mengecewakan :(
Ini buat project menulis EAT, jadi buatnya buru-buru dikejar deadline. Maaf bangetttt.

Jangan lupa mampir di ceritaku yang lain.

Salam Sayang,
Diffean

Investigasi Jeng MinceunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang