[5] Tercupu

633 154 19
                                    

Kedatangannya di SMA Nusantara disambut baik oleh teman sekelas. Jangan heran mengapa Ravien Altair diperlakukan seperti itu.

Hal pertama yang dinilai anak-anak adalah penampilan Ravien yang modis. Mulai dari arloji, sepatu kets, merk ponsel yang tak ketinggalan zaman, serta transportasi yang ia kendarai cowok berparas memikat tersebut. Gayanya khas anak ibukota, menambah first impression di mata mereka.

Sebenarnya, Ravien bukanlah sosok yang suka pamer kekayaan dan sok berkuasa. Di SMA lamanya, ia tak pernah seperti itu, justru menjadi sosok yang 'terlalu menikmati masa remaja'.

Cowok bergurat timur tengah tersebut sengaja menyamakan karakter dengan yang lain agar diterima di kasta borju. Itulah alasan utamanya.

Sungguh, ia juga tak bermaksud menyakiti perasaan gadis cupu barusan dengan kata-kata sarkatis seperti tadi.

Dia hanya terpaksa.

"Rav." Seorang cowok yang ia ketahui bernama Ziadan tiba-tiba merangkul bahunya sok akrab. "Kantin, yuk," ajaknya diikuti tiga cowok yang lain.

Ravien mengangguk, berusaha menikmati perannya. Setalah hasil penyelidikan di akun lambe_smantara, salah satu kiriman akun tersebut memaparkan empat tingkatan yang tidak tertulis di sini. Yaitu borju, holkay, menengah, missquen. Dan benar saja, baru satu langkah Ravien menginjakan kaki di parkiran SMA Nusantara, sudah terjadi aksi penindasan oleh kasta borju.

Salah satunya, kasta missquen yang sedang berjalan kaki dari parkiran menuju gerbang utama diciprat semprotan air---Ravien menduganya air kobokan---oleh kasta borju yang menyetir mobil sambil berteriak. "Gembel! Emang enak!?"

"Lo 'kan anak baru, nih, rencana mau gabung ekskul apa?"

Ravien tersentak. Lamunannya seketika buyar. "Err ... nggak ngerti."

"Lah." Dahi Kevin menyerngit. "Di SMA lo yang lama ... ikut ekskul apa emangnya?"

"IPTEK."

"Ekskul apaan, tuh?"

"Ikatan Pelajar Tanpa Ekskul," jawab Ravien sekenannya yang disambut gelak gawa teman-teman baru dari kasta borju.

Ia memaksakan seulas senyum tipis.

Sabar, Rav, sabar. Lo cuma perlu jadi kasta borju, bikin onar, bolak-balik BK, panggilan orang tua selesai! Mami yang mentingin gengsi setinggi langit bakal malu sama kelakuan, lo dipindahin sekolah lagi. Gue bakal maksa ke sekolah deket SMAN 68 Jakarta!

Sesampainya di kantin yang mirip kafetaria, mereka berempat segera menuju fasilitas pengambilan makan siang. Ravien berdecak kagum. Pantas saja sekolah ini biayanya jauh dari kata murah, selain luas tanahnya yang mencapai luas lima hektar, fasilitas GOR, gimnasiun, Nusantara Mart, kolam renang, kelas full AC dan tiap kelas dilengkapi wifi, serta beberapa fasilitas menunjang lainnya.

Dengan nampan masing-masing berisis satu porsi chicken katsu, mereka berangsur mencari tempat yang kosong di antara hiruk pikuk kafetaria ketika istirahat. Stev adalah orang pertama yang mendaratkan pantat saat dilihatnya kursi panjang kafetaria tak berpenghuni. Ravien menyusul, ia memilih tempat yang menghadap langsung ke arah kolam air mancur mini di tengah taman kecil.

Investigasi Jeng MinceunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang