Gue perhatiin Harry yang lagi bolak-balik buku kecil di tangannya. Mulutnya komat-kamit udah kayak dukun mau nyantet orang.
Karena gue penasaran setengah hidup, gue pun coba intip dari belakang. Ternyata isinya deretan nama-nama cewek. Buat apa coba? Cewek yang mau dia jadiin target pacar? Atau target pembantu di rumahnya?
"Ngapain lo nyatet nama cewek-cewek?" tanya gue yang gue rasa sebenarnya nggak bikin kaget. Tapi Harrynya aja yang lebay, sampai loncat dari kasur.
Harry nyengir sapi. "Ohh, ini. Yang ini nama-nama cewek gue, Jen."
Anjai. Ternyata bukan target lagi, tapi korban. Banyak banget lagi. Berapa tadi? 20- eh bukan, 30- eh nggak, oh iya 40-an. Terkejoed bukan kepalang diriku maz.
Lalu dia buka di lembar pertama, dan nggak beda jauh dari yang sebelumnya. Tapi jumlahnya lebih banyak, ada 134 nama. Apa lagi ini? Nama bininya dia?
"Nah, kalo yang ini, nama mantan-mantan gue." Ucapnya bangga.
Gue nggak percaya punya sepupu stres kayak dia. Tapi apa daya gue kalah saing sama dia. Dia punya mantan berlusin-lusin.
Lah gue? Punya, sih, satu. Tapi itu pas jaman-jaman kalau mau ngomong harus pakai surat. Dan, gue lupa muka sama nama itu cewek. Yang gue inget, dia putusin gue karena dia bilang dia mau fokus ujian, tapi besoknya udah ayah-bundaan sama anak lurah. Tapi tenang, gue pas itu bodoamat karena gue pacarin dia cuma karena dia kasih gue cilok gratis setiap hari. Intinya, itu udah bertahun-tahun yang lalu, Ferguso!
Kalau sekarang, boro-boro punya mantan. Target satu aja gue nggak tau namanya. Padahal gue suka sama dia udah dua tahun. Iya, dua tahun. Dua tahun.
"Terus lo ngapain kumur-kumur gitu?" tanya gue pas ngeliat dia lagi komat-kamit kayak tadi.
"Gue lagi hafalin nama cewek-cewek gue buat gue sebut semua dalam doa gue. Gimana? Baik, kan, gue?" katanya sambil naik turunin alisnya.
Astaga ini bocah. Saking banyaknya, dia sampai nggak hafal? You must be kidding me, Harold!
Gue tarik sehelai rambut keritingnya. "Heh, bocah kribo! Lo cukup sebut satu nama cewek yang bener-bener mau lo tekunin dari hati lo. Kalo sampe banyak kayak gini, Allah jadi bingung mau jodohin lo sama yang mana. Yang ada lo dijodohin sama spesies mimi sihir-"
"Mimi peri, Jen." Koreksi dia.
"Yaudah, itu maksud gue," ralat gue. "Gimana? Mau lo?"
"Ya kagak lah!" Sahut dia cepat dan sewot. Woy, santai dong lo.
"Tapi, gue bingung yang mana, Jen." Ucap Harry, kelihatannya dia cukup frustasi. Makanya, masih bocah aja hobi ngoleksi cewek.
"Ya-"
"Assalamu'alaikum!"
Baru gue mau ceramahin si Harry lagi, tiba-tiba ada yang teriak di depan rumah gue. Kayaknya sih laki-laki, dan bukan cuma satu orang.
Anjir. Gue tegang seketika. Gimana kalau My only Hubbi ngelaporin kejadian tadi ke Pak RT? Terus warga-warga pada ngelabrak? Terus gue sama Harry disuruh kawin? Lah?
"Jen, ada tamu tuh. Buka buru!" Suruh Harry sambil dorong badan gue keluar kamar.
Ini anak nggak peka sama keadaan banget, sih. Dengan langkah nggak pasti, gue pun turun ke bawah buat buka pintu. Pas gue megang gagang pintu, gue berhenti buat baca doa, surat-surat pendek, ayat kursi, sama surat yasin.
Sambil nelan ludah dan merem, gue buka pintunya. Siapa tau warga mau langsung lemparin duit ke gue.
1 menit. 2 menit. 3 menit. Kok nggak ada suara? Gue juga nggak ngerasa dilempar apapun. Akhirnya perlahan gue buka mata.
Dan yang gue lihat bukan para warga, tapi 3 cowok asing yang lagi natap gue seakan gue ini cowok bego. Ya, emang bego sih gue. Tapi gue lega, karena ini bukan penggerebekan. I love you, My only Hubbi.
Gue berdeham ala-ala cowok cool. "Wa'alaikumsalam. Cari siapa, ya?" tanya gue. Gue yakin, mereka bukan warga kampung sini.
Mereka kedip-kedip nggak jelas lalu nyengir yang nggak kalah nggak jelas. Apaan, sih?
"Kenalin, Bang, nama gue Louis. Gue anak Bu Johannah yang merantau ke gurun pasir, tapi sekarang balik ke sini lagi." Ucap cowok berambut cokelat berantakan yang berdiri di tengah-tengah.
Bu Johannah? Ohh, si Ibu yang punya kost di sebelah rumah. Jadi, ini anaknya? Tapi, apa harus mereka ke sini cuma buat kenalan sama gue? Ya, bukan apa-apa, maksud gue bawa bingkisan kek, atau apa kek.
"Yang di sebelah kiri gue namanya Niall, Bang," katanya sambil nunjuk cowok pirang bermata biru cerah di sebelah kirinya. "Kalo yang ini, namanya Liam. Mereka temen seperjuangan gue, Bang." Lanjutnya lagi sambil nunjuk cowok berambut cokelat juga tapi lebih rapi. Matanya cokelat kayak punya gue, cuma punya dia cerah, punya gue gelap, kayak hidup gue tanpa My only Hubbi.
Oke. Louis, Niall, Liam. Tapi gue nggak nanyak, dan nggak perlu tau, sih, Lou.
"Panggil gue Zayn aja, nggak usah pake 'Bang'." Ucap gue masih agak bingung.
"LO ZAYN?! ZAENUDIN MALIK ANAKNYA OM YASER?!" teriak Niall tiba-tiba yang bikin gue, Louis, dan Liam kaget hampir kejang-kejang.
Eh, ini anak kok tau nama Ayah? Pakai buka-buka nama aib gue lagi. Padahal itu tuh lebih secret dari dokumen negara.
"I-ya. Itu gue. Kok lo tau nama bokap gue?" Sahut gue yang sekarang tambah bingung. Sumpah, gue nggak tau apa-apa.
"Ya ampun, Jen. Akhirnya kita ketemu lagi!" Niall memekik girang. Emangnya dia udah kenal gue? Gue nggak kenal dia soalnya.
"Lo udah kenal sama Zayn, Yel?" bisik Louis yang masih bisa gue dengar.
"Lou, Li, Jen, kalian lupa? Kita dulu sekolah di paud yang sama!" kata Niall kelewat semangat.
Paud? Gue aja lupa kalau gue pernah paud. Eh, tapi gue kayak ingat sesuatu-
"Anjir, gue baru inget!" pekik Louis, suaranya ternyata lebih keras dan cempreng dari Bunda.
"Gue juga!" Gua sama Liam ikutan teriak.
Karena saking senangnya, kita berempat pun berpelukan kayak teletubbis sambil loncat-loncat. Dan nggak lupa kita lomba teriak-teriak sampai burung-burung depan rumah pada kaget dan berakhir ikutan teriak.
"Abdi sono pisan ka maraneh!" teriak si Harry. Lah, ini bocah kapan gabungnya?
Kita berlima terus pelukan sampai kucing gue kawin sama ayam tetangga.
***
Yeee my boys berpelukan :)))
Abdi sono pisan ka maraneh = Gue kangen banget sama kalian.
Hatur thankyou teteh Ranti_Sulastri28 udah mau jadi translate bahasa sunda berjalan-nya akuu :* Baca ceritanya dia guys, keren-keren!Hope u enjoy with this awkward story and keep reading!
Jangan lupa Vomment + Share <3Love u,
-Rin
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Ramadhan
Fanfiction[COMPLETED] [One Direction Alternative Universe Story] Ramadhan-nya para idiot. Seperti yang kita tahu, Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah. Dimana bulan yang tepat untuk menyucikan diri juga jiwa. Namun, apa jadinya jika para kaum adam kur...