-Keesokan paginya. Hari raya idul Fitri. Selesai sholat id...
Kita semua sekarang lagi perjalanan pulang ke rumah dari masjid. Sholat id baru aja kelar. Dan yang imamin sholat id di masjid tadi adalah Bang Ashton. Selain soto cekernya, ternyata suaranya juga kane.
Pas lagi asik ngebuli Niall, tiba-tiba ciwi-ciwi manggil kita. Kita pun berhenti.
Gue cuma fokus ke Gigi yang keliatan manis banget sama kerudung yang nutupin rambut barunya yang dipirangin kayak rambutnya Gemma dulu. Gigi jalan ke sebelah gue sambil malu-malu.
Tanpa gue sangka, Gigi salim tangan gue, dan dia cium tangan gue. CIUM TANGAN GUE WOY! Kayak laki-bini aja. Siapapun tampungin iler gue sekarang juga!
"Saya minta maaf kalo saya punya salah sama kamu, ya, Zayn," kata Gigi setelah selesai cium tangan gue, tapi gue nggak rela lepasin tangannya.
Rasanya gue nggak bisa ngomong saking saltingnya. Lalu gue merasa kepala gue ditempeleng sama peci yang ternyata Louis yang ngelakuin. "Diem-diem bae lo!" sentak dia.
Gue pun agak gelagapan. "Eh, iya, Gi. Gue juga minta maaf." Gue garuk-garuk leher bentar. "Gue masih nunggu konfirmasi dari lo," ujar gue sambil ngedipin satu mata ke dia.
Gigi cuma senyum malu-malu curut. Lalu perhatian kita semua beralih ke Harry sama Kendall yang lagi adu congor, gue rasa bentar lagi mereka gelud.
"AWW!" tuh kan, jempol kakinya si Harry selalu jadi sasarannya Kendall.
"Ini apaan sih? ngerusak suasana banget. Heran," kata Liam. Dia sama Cheryl sekarang lagi gandengan tangan kayak orang mau nyeberang sawah.
"Tauk nih," timpal Niall yang lagi nyemilin kurma bareng Hailee. Emang pasangan yang nggak bisa jauh dari makanan, nanti bisa aja maharnya mereka samyang campur indomie.
"Ini nih, si Kenny. Gue cuma nyuruh dia salimin tangan gue malah kaki gue diinjek," adu Harry sambil mberengut. Kendall cuma muterin bola mata jengkel, as usually.
"Lagian gue nggak habis pikir sama lo berdua. Udah pacaran aja masih gengsi-gengsian. Gimana kalo udah kawin coba? Nanti mau bikin anak masih debat dulu mau punya anak dua atau lima?" oceh Louis. Eleanor yang di sebelahnya noyor kepala Louis.
"Jangan ngarep lo!" tuding Kendall ke Harry.
"Gue cuma pengen soswit kayak Zayn sama Gusi apa susahnya sih, Ken?" tanya Harry kesel.
Kendall mungkin mulai ngerasa jengah. Lalu dia mesem-mesem tipis, dan dengan gerakan cepat dia nyium pipinya Harry. "I appologise," katanya lalu ngacir duluan.
Kita semua melongo ngeliat mereka. Lalu Harry megangin pipinya sambil bengong. "Epriwan tampol gue sekarang."
Dengan sigap, kita semua dan pasangan-pasangan kita plus Taylor pun nampol kepala Harry pakai sajadah kita semua.
Harry meringis lalu mesem lagi, "Sakit njir!"
***
Setelah makan bareng, kita duduk nyantai di ruang tamu. Niall porsinya banyak, seperti biasa. Pas kita protes tentang porsinya, dia cuma bilang "Makan itu jangan secukupnya. Kalo lo makan secukupnya, berarti hidup lo pas-pasan."
Atas ide Liam, kita semua plus ciwi-ciwi tentunya, keliling ke rumah tetangga buat minta THR. Nggak lah, buat salam-salaman. Beberapa tetangga ada yang nggak kita kenal, tapi kita masukin aja rumahnya dan lumayan dapet nyemilin jajan.
Tapi bagian ternyesek adalah, pas kita barengan sama bocah-bocah SD ke rumah tetangga, bocah-bocah itu enak banget dikasi THR walaupun cuma goceng. Sedangkan kita cuma dapet senyuman.
Akhirnya, pas habis dari rumah pak RT, kita balik ke rumah gue. Kita duduk di sofa semua. Kecuali Harry yang tiduran di karpet.
"Capek gue. Padahal gue ngarepin goceng," keluh Harry.
Kendall narik tangan Harry buat bangun, lalu mereka duduk berdua di karpet.
Nggak lama kemudian, ada suara mobil dari luar. Jangan bilang itu rombongannya Bunda.
Gue pun keluar buat ngecek, dan bener aja. Ada empat mobil keparkir di depan rumah gue. Gue meringis ngeliat banyaknya orang yang keluar dari mobil itu. Lebih dari sepuluh orang, njir! Bahkan ada anak kecil satu.
"Udah dateng, Zayn?" tanya Harry yang ada di belakang gue. Gue cuma ngangguk. Lalu, gue denger Liam, Louis, sama Niall ngikut gue di depan pintu.
"Kok gue kayak kenal, ya?" gumam Niall sambil nyipitin matanya.
"Gue juga," lanjut Liam.
"Assalamualaikum!" salam Bunda.
"Waalaikumsalam," jawab kita. Kita semua pun segera salim ke Bunda, gue juga minta maaf lahir batin sama Bunda.
Lalu orang-orang yang tadi sibuk sama barang-barang di mobil pun perlahan jalan ke belakang Bunda.
"Enyak? Babeh? Bang Greg? Mbak Denis? Theo?" Spontan gue noleh ke Niall yang melongo ke orang-orang itu.
"Bapak? Emak? Mbak Ruth? Mbak Nicol?" Itu Liam.
Oke, gue bingung.
"Ohh dadi awakmu neng kene, toh, le?" kata ibuk-ibuk di sebelah Bunda. (ohh, jadi kamu di sini, toh, nak?)
"Dia anakmu, Maura?" tanya Bunda. Ibuk-ibuk yang namanya Maura itu ngangguk. "Iyo, iku Niall anakku seng tak omongne wingi," katanya sambil nunjuk Niall. (iya, itu Niall anakku yang tak omongin kemarin.)
"Kamu juga disini, Yem?" tanya ibuk-ibuk satunya di samping Bunda ke Liam.
Bunda ketawa. "Ternyata kalian ini ternyata saudara, toh."
"Saudara?" bingung gue.
"Assalamualaikum!" tiba-tiba Tante Jo alias nyokapnya Louis dateng bareng keluarganya.
"Walaikumsalam, nah udah deh makin lengkap semua ngumpul sekeluarga," ujar Bunda bikin gue makin bingung.
"Maksud Bunda?" tanya gue masih berusaha mudeng.
"Lola banget lo!" sahut Kak Doniya sewot. Lalu dia ngomong sesuatu yang bikin kita berlima terbengong-bengong.
"Jadi lo sama empat temen lo itu saudara, Zayn."
WHAT THE...
-end-
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Ramadhan
Fanfic[COMPLETED] [One Direction Alternative Universe Story] Ramadhan-nya para idiot. Seperti yang kita tahu, Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah. Dimana bulan yang tepat untuk menyucikan diri juga jiwa. Namun, apa jadinya jika para kaum adam kur...