[COMPLETED] [One Direction Alternative Universe Story]
Ramadhan-nya para idiot.
Seperti yang kita tahu, Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah. Dimana bulan yang tepat untuk menyucikan diri juga jiwa. Namun, apa jadinya jika para kaum adam kur...
Gue sekarang lagi di jembatan Ancol buat nyari setan.
Nggak deng. Gue lagi di jembatan di atas sungai deket masjid. Tadi, daripada gue nggak ada kerjaan di rumah, jadi mending gue teraweh.
Rajin kan gue? Nggak kayak 4 dedemit yang lagi doyan ngebucin level dewa. Terutama si Zayn, dia yang nyuruh gue mutusin mantan-mantan gue, tapi sekarang dia sendiri yang berduaan mulu sama si Gusi.
Pemandangan di atas jembatan sini lumayan bagus. Bokapnya Justin sama Shawn alias Pak RT ngebuat lampu-lampu hias di atas jembatan. Jadi kalau gue selfi di sini pencahayaannya warna-warni gitu.
Tapi sayangnya mood gue bener-bener suntuk. Nggak tau gimana bisa, tiba-tiba gue keinget sama temen perempuan masa paud gue yang sering ngajak gue main masak-masakan pakai tepung pasir. Ini pernah dibahas sama Zayn di chapter 5 kalau lo lupa.
Yang bikin gue suntuk, pas lagi nginget-nginget namanya malah mukanya si Sendal lagi ngupil yang muncul.
Bukan cuma sekali, tapi hampir tiap hari. Awalnya gue mikir mungkin karena gue kesel sama itu cewek jadi-jadian. Tapi walaupun dalam sehari gue nggak ketemu dia pun, dia tetep muncul di kepala gue. Ya kali gue demen sama Kendall?
Badan gue tegak seketika, mata gue bulet kayak donat. "Ken," gumam gue.
Gue inget sekarang siapa nama temen perempuan masa paud gue. Iya, gue bener-bener inget sekarang. "Kenny, iya Kenny!" seru gue kelewat seneng. Akhirnya gue bisa inget namanya setelah nginget-nginget di kamar mandi sambil boker.
"Ngapain lo teriakin nama gue?"
Njink. Gue kaget pas tiba-tiba si cewek sarap udah berdiri di sebelah gue sambil nyemilin kacang goreng. Gue jadi inget si Kenny, dia setiap sekolah dulu selalu nyemilin kacang goreng yang dia bawa dari rumah dan biasanya dia nawarin gue, nggak kayak cewek satu ini.
"Apaan sih lo?! Gue neriakin nama Kenny, bukan Sendal."
Dia tiba-tiba injek kaki gue. Ini udah ke 345 kalinya dia nginjek kaki gue, dan nyerinya selalu kerasa. "Sakit, bego!" ringis gue.
"Nama gue Kendall, bukan Sendal," ketus dia.
"Lo pikir gue peduli?"
Kendall muterin bola matanya, be like :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nama gue juga Kenny, asal lo tau," kata Kendall tiba-tiba pas gue sama dia saling diem lama.
"Lo pikir gue percaya?"
Dia mau nginjek kaki gue lagi, tapi gue berhasil ngehindar duluan.
"Gue serius. Keluarga sama temen-temen gue manggil gue Kenny," jelas Kendall.
Seketika seolah ada yang bisikin ke gue kalau Kendall itu Kenny. Tapi gue nggak percaya. Bisa aja kebetulan sama, kan?
"Banyak orang namanya Kenny. Jadi gue nggak khawatir kalo lo Kenny-nya gue dulu," ucap gue tanpa liat dia. Gue lirik bentar dan liat mukanya dia yang agak negang, tapi cepet-cepet dia balikin kayak awal.
"Kenny-nya lo?" bingung dia. Tapi entah kenapa nada suaranya kedengeran kalau dia udah tau apa yang dia tanya.
"Temen cewek masa paud gue. Dia selalu ngajak gue main masak-masakan di deket sekolah sambil nyemilin kacang goreng," jelas gue sambil nunjuk kacang goreng di tangannya dia.
"Nama temen lo emang Kenny?" tanya Kendall. Gue natap dia sinis tapi dianya b aja.
"Gue tau namanya pas nyokapnya neriakin nama dia dan bilang kalo bekelnya ketinggalan," kata gue sambil nginget-nginget masa paud gue, dan anehnya gue inget.
"Gue nggak sekelas sama dia. Tapi entah kenapa hampir setiap hari gue main sama dia. Sampe akhirnya waktu kenaikan TK, dia pindah nggak tau kemana, dan kita nggak ketemu sampe sekarang." Gue nunduk nginget yang satu itu.
Kendall mendadak diem. Karena penasaran, gue coba nengok ke dia yang sekarang lagi melototin gue.
"Ngapa lo? Kesambet kolor oren?"
"Harrold," kata dia tiba-tiba. Lalu dia nunjuk gue. "Temen lo itu manggil lo Harrold, kan?"
Buset. Kok ini cewek tau panggilan gue dari Kenny. "Kok lo tau?"
Dia langsung natap sungai dan senyum yang gue nggak tau apa artinya. "Lo bahkan udah ketemu Kenny-nya lo."
"Maksud lo? Gue nggak ngerasa pernah ketemu Kenny," bingung gue. Karena emang bener.
"Lo begonya kebangetan, ya?" Si Kendall ketawa miris. "Gue kira lo bakal tau sendiri tanpa harus dikasih tau."
Gue diem buat mikir maksud ucapan dia. Dia tau kalau si Kenny manggil gue Harrold. Dia suka nyemilin kacang goreng. Lalu, tadi Kendall bilang keluarganya dia manggil dia Kenny. Gue baru ngeh kalau ternyata...
Kendall itu Kenny-nya gue. Pantesan aja pas gue lagi mikirin Kenny, mukanya Kendall yang muncul. Program otak gue emang nggak salah dari awal, tapi gue aja yang nganggep salah.
"Lo bercanda," kata gue ke dia, tapi gue nggak bisa ketawa.
"Terserah lo." Kendall baru mau pergi tapi gue tahan.
"Lo inget gue dari awal?"
Kendall senyum miring. "Kalo gue nggak inget, nggak mungkin gue yang ingetin lo, dugong!"
"Terus kenapa lo nggak bilang sama gue dari awal?"
"Ya karena gue sama kayak lo sekarang. Awalnya gue nggak percaya, tapi ternyata itu semua bener."
Lalu selama beberapa menit kita sama-sama diem.
"Kenny," gumam gue lalu noleh ke dia. "Lo Kenny."
Kendall senyum. Dan ini pertama kalinya gue liat dia senyum. "Harrold."
"Kenny?"
"Apa?"
"Jadi pacar gue, yuk!"
Kenny langsung melotot. "Sembarangan lo!"
"Sembarangan gimana?"
"Lo nyuruh gue jadi pacar lo kayak ngajak makan. Nggak romantis!"