"KALEAN DAH PADA SIAP BELOM?!" teriak gue dari bawah.
"BENTAR, LAGI SEJAM!" balas nggak tau siapa. Tapi kayaknya si Niall, keliatan dia teriak sambil ngunyah.
"Etdah, masih pada ngapain coba?" Gue geleng-geleng horan.
"Make up dulu dong, Zen," sahut Harry sambil merosotin tangga. Eh, nurunin maksud gue. Niall sama Liam juga. Louis masih di rumahnya btw.
"Gimana? Ganteng nggak?" tanya Liam sambil rapihin sarung sama baju koko lalu pakai peci yang gue lelangin buat mereka bertiga.
Gue cuma natap mereka bertiga datar. "Ganteng banget, mirip crocodile."
"Iyaa lah," sahut mereka bertiga kompak dan bangga.
Emang udah pada geser otak kalian. Gue rasa cuman gue yang waras. Ya, nggak? Harus iya!
"Kuy jemput Louieh!" seru Niall sambil nyemilin jajan. Heran, ada aja yang dia makan.
Akhirnya kita bertiga jalan ke rumah Louis. Dan sekarang kita udah sampai.
"Tante Jo!" teriak Harry.
Gue langsung jitak kepala dia pakai sajadah pink gue. "Ngapain lo malah manggil nyonya kost, Bambank?"
Harry cuma nyengir. "Masih mulus, cuy," bisik Harry.
Gue cuma bisa sabar walaupun gue sebenarnya setuju.
"LOUISSSSSSS!" teriak Niall keras banget. Kaca rumah sekampung sampai pada pecah. Dan...
'BUGH!'
"Wadaw!" ringis Niall bersamaan dengan botol baygon yang terbang dan mendarat mulus di kepala Niall.
"Sekali lagi lo teriak, gue bunuh lo!"
Seketika kita semua noleh ke arah pintu rumah si Louis. Ternyata si Lottie yang ngelempar itu baygon.
"Buset, galak amat," kata Harry sambil bengong ngeliatin Lottie.
"Bilang apa lo?!" tanya Lottie sewot ke Harry. Nah, jemput ajal lo, Her.
"Eh, kaga, itu si Bejo nggak bisa diem, ngejar si Beji mulu, padahal udah ditolak berkali-kali," oceh Harry tanpa beban sambil nunjuk sangkar burung yang nyatanya Bejo sama Beji lagi pada molor.
"Dasar sinting!" maki si Lottie lalu masuk ke dalam rumah lagi.
"Lebih sadis dari Gemma, anjir." Harry bergidik ngeri.
"Lebih ubanan dari mbah gue, anjay," lanjut Niall yang sekarang jidatnya benjol kedut-kedut sepuluh senti. Gue baru ngeh kalau rambut si Lottie tadi warna silver.
"Lebih serem dari valak, anju," lanjut Liam.
"Lebih cantik dari kakak gue, subhanallah," timpal gue yang langsung dapet tatapan nggak normal dari 3 manusia di samping gue.
"Hai, kawan-kawan seperjelekan!" seru Louis sambil jalan ke arah kita.
Mata gue hampir keluar dari tempatnya liat penampilan dia. Dia pakai gamis -gamis cowok-. Iya, gamis. Gamis, anjir. Demi apa ini lo, Lou?!
Kayaknya Harry, Niall, dan Liam juga sama nggak percayanya sama gue. Karena ekspektasi gue dia bakal pakai baju koko, minimal celana pendek gitu lah.
"Syar'i sekali kamu, akhi," ujar Liam sambil berdecak-- ehm, gue bingung itu decakan kagum atau heran.
"Ingin rasanya kupulang ke rahim Ibu," kata Harry saking nggak kuatnya liat pemandangan termitos di depan mata.
"Baju siapa lo pake, Lou?" tanya Niall yang sekaligus ngewakilin gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Ramadhan
Fanfiction[COMPLETED] [One Direction Alternative Universe Story] Ramadhan-nya para idiot. Seperti yang kita tahu, Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah. Dimana bulan yang tepat untuk menyucikan diri juga jiwa. Namun, apa jadinya jika para kaum adam kur...