Still Niall's POV
Gue udah selesai makan dan berdiri mau ke kamar buat ganti baju.
"Gue duluan, boys," kata gue ke yang lainnya.
Gue ngerasa semua tatapan heran mengarah ke gue. Apa gue terlalu tampan?
"Kenapa pada liatin gue kayak gitu?"
"Tumben lo nggak nambah?" heran Zayn, dianggukin sama yang lainnya.
Gue cuma nyengir-nyengir aja lalu segera naik ke kamar. Di depan lemari, gue diem ngeliatin baju-baju (yang sebenernya punya Zayn, tapi lo jangan bilang-bilang dia) yang ditata rapi, bingung mau pakai yang mana. Yang sekiranya nggak kayak orang bloon di depan Hails.
Akhirnya gue pakai kaos item polos dengan luaran kemeja merah maroon dan bawahan ripped jeans item. Gue ngaca dan ngambil pomade punya Zayn.
"Zayn, gue minta pomade, ya!" teriak gue pelan.
"Iya, pake aja sampe rambut lo botak!" sahut gue juga dengan suara yang sengaja gue buat-buat.
Setelah selesai ngolesin sedikit pomade ke rambut glowing gue, gue terdiam setelah ngeliat ke kaca. Betapa indahnya anak mama buatan papa ini.
Gue liat jam ternyata udah jam setengah tujuh lebih. Gue pun keluar kamar dan turun ke bawah dimana cuma ada Harry sendirian di ruang tamu sambil mangku Whitening-nya Zayn.
"Mau kemana lo?" tanya Harry pas gue lewat di depannya. Harry ngeliatin gue dari atas sampai bawah dengan mata yang sok disipitin. "Tumben banget lo klimis, jangan bilang lo mau ngamen."
Gue ngelus rambut yang di atas kuping gue sambil bersiul singkat. "Ada urusan bentar," kata gue sambil nunjuk pintu keluar.
"Yang lain mana?" tanya gue sambil celingukan.
"Biasa, malming," jawab Harry sambil muterin bola mata. "Lo serius mau keluar? Nggak teraweh? Terus gue sendirian di rumah?"
"Kan ada Whitening," jawab gue santai.
"Ya kali gue mau teraweh sama Whitening," sungut Harry.
Btw, kita berlima dari dua hari yang lalu mulai buat penawaran setiap malming nggak wajib tarawih yang disetujuin sama Zayn. Jelas lah, Zayn juga doyan ngebucin sekarang.
"Yaudah sih, lo bisa ngajak Sendal-nya lo," goda gue.
"Ngomong lagi, gue colok lo!"
Gue cuma ketawa lalu ngedipin satu mata gue ke dia dan pergi ninggalin dia yang komat-kamit nggak jelas.
***
Gue ketuk pintu warna cokelat di depan gue. Nggak lama kemudian pintu kebuka dan nongolin Hails yang lagi masukin pisang ke mulutnya.
"Hai," sapa gue agak canggung sambil senyum.
Dia agak kaget lalu cepet-cepet nelen pisang yang udah dia kunyah. Lalu dia senyum. "Eh lo. Cepet banget. Bentar, gue ambil tas dulu, lo tunggu di sini." Lalu dia masuk setelah gue anggukin.
Dua menit kemudian Hails keluar tanpa bawa tas.
"Katanya lo mau ambil tas?" bingung gue.
Dia nyengir. "Jugaan di dalem tas gue nggak ada apa-apa. Hp sama duit gue taruh di kantong aja deh, biar nggak ribet juga," jelas dia sambil nunjukin kantong samping celananya.
Gue cuma manggut-manggut. "Yaudah, ayo."
"Bentar," kata dia. "Ipinnnn! Gue berangkat, ya!" teriaknya ke Griffin yang ada di dalem rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Ramadhan
Fanfiction[COMPLETED] [One Direction Alternative Universe Story] Ramadhan-nya para idiot. Seperti yang kita tahu, Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah. Dimana bulan yang tepat untuk menyucikan diri juga jiwa. Namun, apa jadinya jika para kaum adam kur...