Twentifor

455 76 31
                                    

Nggak nyangka, hari ini terakhir puasa, besok udah lebaran.

Iya. Bener-bener besok.

Rasanya bulan puasa taun ini penuh cerita nggak berfaedah banget. Tapi karena itu gue bisa dapetin hati calon kakak iparnya Waliyha sama Safaa.

Btw, sekarang gue lagi telfonan sama Bunda. Bunda bilang mereka bakal balik besok siang. Habis sholat id. Dan nggak sendiri.

"Sama Tante Anne sekeluarga plus kucingnya, Bun?" tanya gue nyoba nebak.

"Iya. Tapi, bukan mereka aja," kata Bunda.

"Lah, terus?"

"Anak-anaknya bude Bunda yang dari adiknya nenek Bunda juga," jelas Bunda yang nyatanya nggak jelas, karena gue rada nggak mudeng.

"Ribet banget, Bun."

"Maksud Bunda, sepupu-sepupu Bunda, Zayn," ujar Bunda.

Ooooooooooo. Bilang dari kemarin napa, Bun.

"Banyak nggak, Bun, saudaranya?" tanya gue. Karena gue mesti mastiin keadaan sama jumlah orang di rumah gue sekarang. Ya, siapa lagi kalau bukan empat bocah setan itu.

"Sepupu Bunda ada tiga, udah termasuk tante Anne. Kalau dihitung sama keluarganya, mungkin paling sedikit ada sepuluh orang, Zayn," jelas Bunda lagi. 'paling sedikit' ya Bun... oke.

Buset. Gue baru tau kalau gue punya saudara sebanyak itu :')

"Oh iya, anak-anak mereka beberapa ada yang di Jakarta, lho, Zayn," lanjut Bunda. Ajegile, masih ada lagi?

"Itu saudara sedarah atau saudara sesama muslim dah Bun? Kenapa nggak sekampung aja sekalian? Biar dunia tercengang."

"Hush! Kamu ini ngaco sekali." Bah, dikatain ngaco lagi.

"Gini, lho, Bun. Kan Bunda tau kalo temen-temen Zayn lagi numpang nginep di sini sementara."

"Terus masalahnya di mana? Rumah kita bakal cukup kok, tenang aja. Kalo nggak cukup, kalian berlima tidur di dapur deket mesin cuci aja. Jadi, kalo Bunda nyuruh bikin minuman, kalian bisa langsung gercep," jelas Bunda buat yang ke sekian kalinya.

It's ok, Bun. Zayn udah biasa diginiin :')

***

Para GGT sama ciwi-ciwi udah sama-sama bikin plan buat masakan apa yang bakal kita santap bareng-bareng besok. Dan pilihan kita ujung-ujungnya ke opor ayam sama rendang sapi doang. Oh iya, nggak lupa ketupat.

Siang tadi, kita semua udah bagi tugas. Harry, Kendall, Liam, Cheryl, Niall, Hailee bertugas belanja bahan-bahan semua masakan di pasar ataupun di kerfur. Gue, Gigi, Louis, Eleanor, Taylor bertugas bersih-bersih rumah dan belanja jajan ciki sama minuman di warung sebelah pak RT.

Dan sore ini, tugas kita semua udah pada kelar. Tinggal masak, terus besok tinggal diangetin. Semua para ciwi bertugas masak di dapur. Sedangkan kita para cowok nonton bola sekaligus nunggu hasil sidang isbat. Kali ini Harry sama Kendall sengaja nggak kita satuin, karena mereka masih doyan gelud.

"Njing! Gue masih kesel sama wasitnya. Sebenernya tadi itu bukan pelanggaran. Ah wasit jan-"

Sebelum congornya Louis lebih ganas, gue lebih dulu tutup mulutnya pakai kaos kakinya Niall.

"Lo doyan makan bawang, ya, Yel. Busuk banget!" kata Louis sambil jepit idungnya.

"Gue nggak doyan tuh," sahut Niall. "Tapi kalo malem nggak ada cemilan, ya bawang gue cemilin."

"Eh, eh," sela gue sebelum perdebatan semakin hot. Semua tatapan mengarah ke gue. Ah jadi malu.

"Besok keluarga besar gue ke sini anjir."

Our RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang