Fortin

516 80 24
                                    

Malemnya, seperti biasa selesai sholat tarawih, kita berlima borong ciloknya Mamang yang gue nggak tau siapa namanya.

Mau nanya namanya, tapi gengsi.

Seperti rutinitas biasanya, kita juga nunggu para ciwi-ciwi itu sampai keluar dari masjid. Tapi, kayaknya nggak dengan Niall, itu bocah bener-bener bodoamat dan lebih milih obesitasin ususnya.

Entah ini gue aja yang sadar atau yang lain juga, malam ini kayak ada yang beda sama Harry. Kalau biasanya dia yang paling sok berani mimpin paling depan, kali ini dia keliatan gelisah kayak induk yang kehilangan itiknya.

"Eh, mereka dateng!" seru Liam semangat. Spontan kita semua langsung berdiri.

"Hai, Ele!" sapa Louis ke Eleanor. Buset, udah berani nyapa aja pria berhormon PMS ini.

"Eh, Loui," sapa balik Eleanor sambil nyengir. Para ciwi-ciwi itu pun sekarang berhadapan sama kita-kita, sebut aja kita GGT (Ganteng Ganteng Tampan).

Gue ngelirik Liam yang lagi mesem-mesem ngeliatin Cheryl sambil salah tingkah kayak habis kejatuhan ulet bulu.

"Lo Liam yang nelpon gue terus bilang mau nraktir gue cilok, kan?" tanya Cheryl agak ragu ke Liam, si Liam ngangguk sambil garuk-garuk perut. Cilok? Haha, nggak modal banget.

Bentar, gue bener-bener ngerasa ada yang aneh. Gue tengok Niall yang lagi nego ke Mamang cilok, dan itu nggak bikin gue heran. Lalu gue liat Harry... Nah, ini dia!

Tumben banget itu bocah cuma diem sambil mainin lidah yang di tonjol-tonjolin ke pipi *ngerti kan, ya? :')*. Matanya sesekali ngelirik ke arah ciwi-ciwi itu yang gue tebak antara Kendall atau Telor. But, gue bodoamat sama dia.

Karena jiwa kebucinan si Lilo lagi bereaksi, gue pun nggak mau lewatin kesempatan gold ini buat deketin my only hubbi. Perlahan tapi pasti, gue jalan dan berdiri tepat di sebelahnya.

"Hai, Gigi," sapa gue, nggak lupa gue tebarin pesona gue yang melebihi Ayah Yasser ini di senyum gue.

"Eh?" si Gigi antara kaget sama heran, mungkin saking gantengnya gue. "Kamu siapa? Mau nyopet mukenah saya? Iya?!" sentaknya sambil mundur selangkah.

Lah, lah? Ya, kali pencopet punya modal tampang macam bang Zayn Malik begini.

"Lah, lo lupa? Gue Zayn Tampan Malik, anak dari Yasser Malik dan Trisha Malik," sergah gue cepet-cepet.

Muka dia sedikit bingung lalu berubah sumringah, dia pun maju selangkah lagi. "Yaampun, kok kamu nggak bilang dari minggu lalu, sih."

Gigi berubah panik sambil nyatuin telapak tangannya di depan mukanya. "Maaf, ya, saya udah suudzon sama kamu. Saya jadi nggak enak, maaf banget, ya. Kamu maafin saya, kan? Saya janji nggak bakal pergokin kamu lagi bengong di jendela lagi, deh."

"Eh, Gi, santai aja elah. Nggak apa-apa kok, gue wajarin soalnya kadang copet-copet banyak yang pake muka gue," jelas gue nyengir. Sejujurnya gue bingung harus bereaksi kayak gimana.

"Beneran?" tanya Gigi mastiin kalau gue nggak marah sama dia.

Gue ngangguk, dan disambut sama senyuman manisnya Gigi. Someone tolong gue, gue meleleh. "Oh, iya, lo nggak perlu berhenti pergokin gue pas lagi bengong," ucap gue tanpa sadar.

"Emang kamu nggak malu saya liatin pas muka lagi nggak kekontrol?" Dia keliatan nahan ketawa. Oke, gue nggak mau kedip.

"Kan gue bengong liatin lo," celetuk gue masih tanpa sadar.

"Hah?" Gigi keliatan sedikit bingung. Lalu gue cepet-cepet nyadarin diri dan berusaha nyari alasan. Baru kali ini gue keceplosan sampai semalu ini.

"Ma- makksud gue, gue bengong liatin... itu.. apa tuh.. anu..." Mata gue jelalatan nyari alasan, dan berhenti di satu titik. "Liatin jemuran lo," sambung gue sambil ketawa garing.

"Jemuran saya?" Gigi naikin alisnya, lalu ketawa. "Kamu terlalu kurang kerjaan deh kayaknya."

"Bi-"

"AWWW!" Ucapan gue kepotong sama teriakannya si Harry. Otomatis kita semua noleh ke dia yang sekarang kakinya lagi diinjak sama Kendall.

"Minta maaf yang bener gak lo?!" Mata Kendall kayak udah mau keluar dari tempatnya saking lebarnya melototin Harry yang lagi ngelusin jempol kakinya yang sekarang udah segede kaki gajah.

"Kan gue udah minta maaf tadi," kata Harry keliatan nggak terima.

"Tap-" Kendall nggak ngelanjutin omongannya karena Telor yang di belakangnya narik-narik bajunya.

"Udah, lah, Ken, nggak usah diperbesar. Malu diliatin," bisik si Telor yang masih mampu gue dengar.

"Wah, nggak bisa gitu, Taylor! Gue yang nggak terima," sahut Kendall nyolot, lalu balik melototin Harry yang sekarang nelan ludah 1000 kali.

Kendall ngelipet tangannya di depan dadanya. "Gue kira cewek lo banyak karena lo cowok tulen. Taunya-"

"Gue emang cowok tulen!" tukas Harry tegas.

"Yaudah minta maaf yang bener!" bentak Kendall lagi.

Demi apapun, gue berasa nonton serial azab yang lebih dari 3D.

"Ya kali gue mesti sungkem di sini, bisa jatuh wibawa kejantanan gue," elak Harry sambil pelanin nada suaranya.

Kendall dengusin nafasnya kasar. "Lo pikir gue peduli?"

Liam maju selangkah. "Ini ada ap-"

"Ini urusan Harry, bukan lo. Kalo lo maju lagi, gue pastiin hidup lo nggak maju-maju," ancam Kendall yang bikin Liam tegang dan mundur lagi.

"Dah lah, Her, turutin apa maunya. Lo mau kita mendadak viral karena dikira ghibah di gerbang masjid?" bisik Niall yang kebetulan ada di deket Harry.

Harry gelengin kepalanya cepat.

"Yaudah, cepet sana!" Niall ngedorong Harry ke depan.

Harry pun perlahan ngedeketin Telor yang ada di sebelah Kendall. Sedangkan Kendall terus-terusan melototin Harry. Gue jadi yakin kalau tidur pun dia melek.

Harry ngulurin tangannya ke depan. "Gue tau gue salah. Maafin gue ya, Ras- astaga maksud gue, Taylor?" ucap Harry agak gelagapan.

Taylor jabatin tangan Harry dengan gemeteran. Gemeternya keliatan banget persis kayak gue pas jadi petugas pembaca undang-undang setiap upacara.

"Iya, aku maafin."

Lalu Harry ngelepas jabatan tangannya dan noleh ke Kendall. "Udah puas lo?"

"Sungkemnya?" tagih Kendall.

"Ken, udah," cegah Taylor.

Kendall muterin bola matanya. "Oke. Lo bebas sekarang."

"Ribet banget lo!" cibir Harry.

"Apa maksud lo bilang kayak gitu?" tanya Kendall nggak terima.

Kita semua saling liat, sama-sama mikir kalau mereka nggak bakal kelar  bahkan sampai bang Jarwo ngelamar Kak Ros. Gue ngangkat bahu gue ke mereka.

Akhirnya, Louis narik Eleanor buat pergi duluan, lalu disusul Liam sama Cheryl. Gue pun ikutan narik Gigi. Itung-itung kesempatan gandeng tangannya. Dan, gue rasa Niall sama Taylor juga ngikut di belakang kita.

Bahkan saat jalan menjauh dari masjid pun, gue masih dengar Harry sama Kendall saling ngeluarin urat leher masing-masing.

"Kira-kira mereka bakal akur nggak, ya?" tanya Gigi sambil terus jalan.

Gue ngangkat bahu. "Entah, gue nggak yakin. Tapi mereka ngingetin gue sama film-film yang biasanya nyeritain yang awalnya doyan baku hantam bisa jadi..."

Gue sama Gigi spontan berhenti dan saling liat. Gue yakin dia sepemikiran sama gue.

"... saling cinta," sambung gue dan Gigi barengan.

***

sorry, gue sempet hiatus dari dunia oranye ini karena something.

Keep reading,
Jangan lupa Vomment + Share <3

Love u,

-Rin

Our RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang