Awalnya diselamatkan dari godaan om-om mesum, kemudian hilang kontak, tidak sengaja bertemu lagi, dan sekarang laki-laki ini mengaku sebagai pacarnya?!?!?!
A Pluemon Fake Dating! AU
[Cerita ini murni fiksi dan untuk keperluan hiburan semata.
Tokoh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul 4.30 pagi.
Seorang laki-laki duduk sendirian di kursi besi ruang tunggu bandara yang dingin. Deretan kursi tersebut kosong selain tas jinjing besar serta ransel hitam yang menempati kursi sebelahnya.
Begini nasib menjadi mahasiswa. Mau pulang saja harus mencari tiket termurah. Akibatnya, ia harus menahan kantuk naik penerbangan subuh.
Pluem tidak berani tidur hari ini karena pesawatnya berangkat pukul 6.30 pagi. Ia beruntung bisa menemukan stop kontak gratis yang tersembunyi di balik pot palem besar. Lumayan, ia bisa nonton 1 film tanpa harus kehabisan batere. Belum lagi maskapai yang ia tumpangi tidak dilengkapi TV dan musik, jadi ia harus siap sedia dengan gadget yang terisi penuh jika ia tidak bisa tidur di pesawat nanti.
"Permisi, colokannya masih dipakai?" sapa seorang laki-laki muda yang menyadarkan Pluem dari kantuknya.
Ia mengalihkan perhatian dari game yang sedang ia mainkan sambil setengah sadar. Laki-laki itu tampak lebih muda darinya. Tubuhnya kurus dan raut wajahnya ramah. Ia mengenakan hoodie putih kebesaran yang membuatnya terlihat polos. Mungkin ia masih sekolah atau kuliah.
"Oh, silakan pakai saja," jawab Pluem. Laki-laki itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia mengeluarkan charger dan duduk di lantai.
"Hei, kamu nggak mau duduk di kursi saja? Saya bisa pindah kok," ucap Pluem sambil menggeser barang-barangnya.
"Boleh?"
"Tentu." Pluem tersenyum dan kembali memperhatikan game-nya setelah laki-laki itu duduk. Setelah charger-nya masuk, ia meninggalkannya begitu saja di atas lantai. Pasti baterenya habis total, pikir Pluem.
Dari sudut matanya, laki-laki ini sesekali memperhatikannya.
"Mau pergi ke mana?" tanya Pluem sambil menyimpan telepon genggam di saku celananya.
Laki-laki itu terkejut. Tertangkap basah sedang melirik Pluem. "Ehm, ke Bangkok. Kalau kamu?"
"Wah, saya juga. Penerbangan jam berapa?"
"Jam 6.30."
"Kebetulan, saya di penerbangan yang sama." Pluem memberinya senyum santun. Laki-laki itu segera mengalihkan pandangannya, sungkan menatap Pluem terlalu lama.
"Kamu penerbangan dari mana?"
"Saya dari Seoul. Kamu sendiri?" balas Pluem.
"Sama."
Pluem mengangguk. Mereka sama-sama diam. Jujur saja, Pluem bukan tipe yang bisa banyak berbasa-basi. Canggung, laki-laki itu memeriksa telepon genggamnya yang sudah menyala. Pluem pun kembali melanjutkan game-nya.
Pengumuman boarding yang menggelegar membuyarkan kecanggungan mereka.
"Ayo," ajak Pluem. Tersadar, laki-laki itu segera membereskan charger-nya dan beranjak. Mereka berjalan beriringan dan mengantri bersama melewati pemeriksaan paspor dan tiket. Di belalai menuju pesawat, roda kopernya sesekali menyenggol kaki Pluem.