1

861 54 9
                                    

Iris Bellvania Nicholson, seorang wanita berusia sembilan belas tahun yang cantik dengan postur tubuh proposional bak model, yang merupakan anak dari pemilik perusahaan batu bara Nicholson Company. Kehidupan mewah yang selalu dia dapatkan sejak kecil membuat dirinya selalu bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan. Tapi walaupun begitu, Iris bukanlah seorang wanita yang sombong, serakah nan manja. Dia adalah seorang wanita yang baik hati, yang selalu membantu orang terdekatnya maupun orang yang tidak dia kenal sekalipun. Selain itu Iris adalah seorang wanita yang sangat mandiri. Semenjak lulus sekolah menengah atas, dia langsung memutuskan untuk tinggal sendiri dan mengurus semua keperluan kuliahnya sendiri. Dia tidak mau ada bantuan apapun dari keluarganya. Selain itu dia memilih untuk bekerja paruh waktu di sebuah restoran ketimbang menerima uang saku jutaan dollar dari kedua orang tuanya.

Iris tinggal disebuah apartment sederhana di kawasan Manhattan. Kehidupannya saat ini sungguh jauh berbeda dengan kehidupannya jika dia memilih untuk tetap tinggal bersama kedua orangtuanya. Dengan dia menjalani kehidupan seperti itu, terkadang membuat kedua orangtuanya, terutama ibu nya, memohon kepada Iris untuk kembali ke rumah. Menurut ibu nya, kehidupan yang Iris jalani itu bukanlah kehidupan yang normal. Tapi menurut Iris, inilah kehidupan normal yang sebenarnya, di mana tidak ada kekangan yang membatasi kehidupannya.

**

"Iris, tolong antarkan pesanan untuk meja nomor dua puluh empat!" Teriak seorang wanita dari arah meja pemesanan.

Iris yang sedang membereskan sebuah meja segera menyelesaikan pekerjaannya, dan melangkah menuju meja pemesanan.

"Meja dua puluh empat." Ulang wanita itu.

"Ok." Balas Iris dengan begitu bersemangat, lalu segera mengantarkan pesanan itu.

Sampai di meja yang dimaksud, dia segera meletakan pesanan itu ke atas meja tersebut. "Ini pesanannya. Selamat menikmati." Ucapnya sambil tersenyum ramah pada seorang pengunjung pria yang duduk di meja tersebut.

Baru dia ingin melangkah pergi, pria itu kembali memanggilnya. "Maaf, nona?"

Dengan segera Iris membalik tubuhnya. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Bisa aku meminta nomor ponselmu? Siapa tau kita bisa lebih dekat setelah ini." Ucap pria itu sambil memberikan tatapan yang menurut Iris menjijikan.

Dengan tersenyum tipis Iris membalas ucapan pria itu, "maaf tuan, tapi saya masih ada banyak pekerjaan. Jadi permisi."

Tapi lagi-lagi pria itu membuat Iris harus berhenti melangkah dengan menahan tangannya. "Ayolah, kau tidak perlu jual mahal. Aku ini seorang pengusaha terkenal, aku bisa memberikanmu banyak uang. Aku tau kau menginginkan itu untuk memenuhi kebutuhan hidupmu."

"Maaf tuan, tapi saya bukan wanita yang seperti ada di dalam pikiran anda. Jadi dengan sangat saya meminta anda untuk lepaskan tangan saya."

"Oh ayolah..." ucap pria itu lagi, sambil mulai menarik tangan Iris agar mendekat ke arahnya.

"Tuan, tolong lepaskan tangan saya!" Ucap Iris, dengan penuh penekanan kepada pria itu.

"Tidak akan sebelum kau memberikan nomor ponselmu kepadaku."

Hal yang terjadi saat ini pun mulai menarik perhatian banyak orang, termasuk manager restoran. Tapi kemudian tanpa diduga datanglah seorang pria yang lain yang menahan tangan pria itu, yang mana semakin membuat banyak mata tertuju pada mereka.

"Tidakkah kau dengar dengan yang dia katakan tadi? Lagipula, kau berada di tempat yang salah jika kau memang ingin mencari wanita yang seperti itu." Ucap pria itu, yang kontan membuat pria yang memaksa Iris tertegun.

The Fault (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang