Merasakan sedikit silau karena berkas cahaya mulai merangsek masuk, kedua mata Iris pun mulai mengerjap beberapa kali berusaha untuk menyesuaikan. Sedikit meregangkan tubuh, dia mulai merasakan ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya. Menoleh ke belakang dia baru sadar kalau Xavier memilih untuk menginap semalam.
Sedikit memindahkan tangan pria itu, Iris berusaha untuk membalik tubuhnya menghadap Xavier. Menatap wajah tertidur Xavier, lalu secara perlahan Iris menggerakkan tangannya untuk mengelus pipi pria itu yang terasa lembut di tangannya.
"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan, Xavier? Kau membuatku khawatir." Gumamnya begitu pelan agar tidak membangunkan Xavier dari tidurnya.
Kembali terdiam, dia pun hanya terus menatap wajah Xavier sampai akhirnya pria itu mulai sadar. Mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu Xavier tampak mengernyit menatap Iris. "Hey, selamat pagi." Sapanya dengan suara paginya yang khas dan dia segera bergerak mendekati wajah Iris untuk mengecup bibirnya.
"Selamat pagi, sleepy head." Balas Iris membuat Xavier tampak sedikit tersenyum.
"Kemarilah." Xavier mulai menarik tubuh Iris agar masuk ke dalam pelukkannya. "Tidur lagi. Ini masih terlalu pagi untuk bangun." Ucapnya seraya mengelus area punggung Iris.
Iris yang saat ini menelungkupkan kepalanya pada dada telanjang Xavier, hanya tersenyum kecil seraya menikmati kehangatan yang berikan dari dekapannya.
Ting nung! Ting nung!
Mendengar suara bel dengan segera membuat Iris ingin bangkit dari posisinya untuk membuka pintu. Tapi Xavier tidak membiarkan dirinya melakukan itu. "Biarkan saja, Iris. Mungkin hanya orang yang mengetes bel." Ucap dengan matanya yang tertutup.
Iris pun sedikit terkekeh. "Tidak mungkin orang di luar sana hanya mengetes bel, Xavier."
Ting nung! Ting nung!
Dan bel kembali berbunyi.
"Xavier, aku harus membukanya."
Xavier pun sedikit menggeram. "Oh, baiklah." Dengan begitu dia melepaskan tubuh Iris darinya, dan dengan segera Iris bangkit dari tempat tidur untuk bergegas membuka pintu.
Setelah membukanya, dirinya langsung dihadapkan oleh sosok Anais. "Hi, selamat pagi!" Serunya dan langsung saja melangkah masuk.
"Anais, apa yang kau lakukan di sini, eh?!" Ucap Iris dengan sedikit kencang, seakan sebagai kode untuk Xavier yang ada di dalam kamarnya.
Mendengar suara Iris yang terdengar cukup kencang membuat Anais berbalik dan menatapnya bingung. "Kenapa kau berteriak, eh?"
"Hmm...hanya ingin melatih suaraku saja agar bisa terdengar lebih kencang." Balas dengan jawaban yang menurutnya terdengar begitu bodoh. Dan hal itu kembali membuat Anais menatapnya bingung.
Sebelum Anais kembali membuka suara, tiba-tiba terdengar suara Xavier yang berdehem, "ehem..." dengan segera Anais menoleh ke belakang tubuhnya begitupun dengan Iris yang mulai menoleh ke arah ambang pintu kamarnya di mana pria itu berada, yang terlihat sudah mengenakan pakaian lengkap. "Maaf kalau aku mengganggu waktu kalian mengobrol, tapi sepertinya aku harus segera pergi." Ucapnya seraya mulai melangkah menghampiri Iris.
"Nanti aku akan menghubungimu." Bisiknya pada wanita itu yang setelahnya dia mengecup singkat pipinya. "Well, kalau begitu selamat menikmati waktu kalian." Ucapnya seraya tersenyum kepada kedua wanita itu. Setelah itu dia mulai melangkah menuju pintu dengan diantar oleh Iris.
"Kedatanganku telah mengganggu waktu kalian, ya?" Tanya Anais dengan nada bersalah sekaligus menyesal.
"Aku rasa tidak. Hmm...atau mungkin iya?" Ucap Iris yang kembali melangkah menghampirinya. Anais pun tampak menghela nafas panjang. "Jadi untuk apa kau datang pagi-pagi begini, eh?" Tanya Iris lagi, lalu menggiring Anais untuk duduk di sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault (Hendall)
RomanceBagi Xavier mencintai sosok Iris adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi di sisi lain hal itu juga merupakan suatu hal yang paling membahagiakan baginya karena berkat wanita itulah dirinya bisa merasa seperti dihidupkan kembali. Karena...