"Kau tidak ada kelas hari ini?" Tanya Xavier kepada Iris yang sedang membaca novel sambil bersandar di bahunya
"Tidak. Dosen untuk matakuliah hari ini tidak bisa masuk." Balas Iris, sambil terus fokus pada novel di hadapannya.
"Itu tandanya kita bisa menghabiskan waktu bersama hari ini." Ucap Xavier, sambil terseyum kecil dan tangannya memainkan setiap helai rambut Iris.
Iris pun meletakkan novelnya di pangkuannya lalu menatap ke arah jam yang berada di atas nakas, kemudian dia beralih menatap Xavier sambil mengernyit. "Ini sudah jam sembilan, kau tidak berangkat ke kantor?" Tanya Iris dengan nada bingungnya.
Xavier terkekeh ketika melihat expresi wanitanya itu. "Tiba-tiba aku jadi malas untuk pergi ke kantor. Yang aku inginkan hari ini hanya menghabiskan waktu bersama denganmu."
"Jadi kau mau membolos?" Tanya Iris, dan Xavier mengangguk beberapa kali. "Dasar atasan yang tidak mencerminkan sikap yang baik." Ucap Iris lagi, sambil kembali mengangkat novelnya untuk kembali fokus dengan apa yang dia baca tadi. Dan lagi-lagi, ketika melihat sikap Iris membuat Xavier terkekeh.
Hening, Xavier pun hanya diam sambil mengelus-ngelus bagian kepala Iris, dan pandanganya ikut menatap ke arah novel yang sedang di bacanya.
Hari ini sudah masuk hari ketiga setelah mereka bertengkar, dan setelah malam itu Xavier terus saja memilih untuk menginap di apartment Iris. Entah apa alasannya, tapi yang jelas dia hanya tidak ingin jauh dari wanita yang lebih muda enam tahun darinya itu. Dan saat ini mereka berdua hanya bersantai di atas tempat tidur Iris tanpa ada yang berniat bangkit untuk memulai hari.
Meletakkan novelnya kembali ke pangkuannya, Iris menoleh menatap Xavier. "Aku lapar." Ucapnya dengan nada bicara anak kecil yang memohon meminta sesuatu kepada orang tuanya.
Xavier tersenyum cukup lebar ketika mendengarnya, yang kemudian dia mencubit kecil pipi Iris karena gemas. "Baiklah, kau tunggu di sini. Aku akan buatkan sarapan."
"Thank you." Balas Iris sambil tersenyum dengan begitu lebar.
Xavier bangkit dari tempat tidur dan segera melangkah menuju dapur. Berkutat di dapur selama beberapa menit, Xavier kembali melangkah memasuki kamar Iris dengan membawa sebuah nampan putih yang berisi sepiring omlet dan segelas jus jeruk. Iris yang melihat kedatangannya segera meletakkan novelnya ke atas nakas dan membenarkan posisi duduknya.
"Selamat sarapan." Ucap Xavier seraya memberikan nampan itu kepada Iris, yang kemudian diterima dengan senang hati olehnya.
"Thank you." Kata Iris lalu dia mengecup pipi Xavier kilat. "Kau tidak sarapan?" Tanya nya kemudian.
"Kau saja dulu." Balas Xavier sambil tersenyum kecil.
Setelah itu dengan segera Iris melahap omlet itu. Begitu suapan pertama masuk ke dalam mulutnya, ekspresi bahagia dengan mata yang berbinar-binar langsung tampak di wajahnya itu. Xavier yang melihat itu langsung tersenyum senang.
"Seenak itukah omlet buatanku, hm?" Tanya Xavier, seraya mengecup pipi Iris gemas.
Iris pun mengangguk beberapa kali. Menelan makanan di dalam mulutnya, Iris menoleh ke arah Xavier. "Apakah ekspresiku terlalu berlebihan?" Tanya nya dengan begitu polos. Dan Xavier hanya tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. "Well, aku tidak peduli." Ucap Iris, dengan sikap acuh dan kembali melanjutkan sarapannya.
Xavier pun terkekeh geli lalu mengecup pipi Iris beberapa kali karena gemas dengan sikapnya. Kecupan Xavier yang tak henti-henti, dan mulai mendekat ke ujung bibir Iris, membuat Iris sedikit menggeram kesal karena merasa terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault (Hendall)
RomanceBagi Xavier mencintai sosok Iris adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi di sisi lain hal itu juga merupakan suatu hal yang paling membahagiakan baginya karena berkat wanita itulah dirinya bisa merasa seperti dihidupkan kembali. Karena...