Hari libur telah berlalu dan hari Senin pun datang untuk kembali memulai segala rutinitas yang ada. Dan Iris memulai hari Seninnya itu dengan kuliah pagi. Dan tidak seperti hari-hari sebelumnya di mana Iris akan berangkat ke kampus dengan menggunakan bus, kali ini Xavier dengan mobilnya sudah siap mengantarkannya ke kampus.
Iris yang memang tidak mendapat pesan apapun kalau Xavier akan datang, merasa cukup terkejut ketika melihat pria itu sudah ada di depan gedung apartment nya. Tersenyum, Iris pun menghampiri pria itu yang kelihatan langsung melebarkan kedua tangannya untuk menyambut Iris dengan pelukkan hangat.
"Selamat pagi, nona. Kau sudah siap untuk berangkat ke kampus?" Tanya nya lalu mengecup puncak kepala Iris.
"Kenapa kau tidak bilang jika ingin datang? Bagaimana jika aku tidak keluar-keluar dari apartment ku sampai beberapa jam?" Iris justru membalas pertanyaan Xavier dengan pertanyaan lain.
Melepaskan pelukkannya, Xavier pun menangkup kedua pipi Iris. "Pertama aku ingin memberikan kejutan untukmu, dan aku rasa itu berhasil. Lalu yang kedua, ya sudah aku akan langsung pergi ke apartment mu dan menarikmu keluar dari sana. Mudah bukan?" Jawabnya yang kemudian mengecup singkat bibir Iris. Dan Iris pun dibuat terkekeh geli karenanya. "Ya sudah, sekarang lebih baik kau naik dan kita berangkat." Ucapnya lagi, yang kemudian membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Iris.
Setelah mereka berdua telah berada di dalam, dengan segera Xavier menyalakan mesin mobil dan melajukannya membelah jalan raya. Di perjalanan, sambil menyetir sebelah tangan Xavier tampak tidak mau lepas dari sebelah tangan Iris yang digenggamnya sejak mereka berangkat tadi.
"Xavier, lepaskan tanganku. Kau sedang menyetir." Ucap Iris yang masih peduli dengan keselamatan mereka berdua.
"Aku tidak mau melepaskannya karena kau adalah milikku. Jadi aku harus terus menggenggam tanganmu seperti ini." Balas Xavier, yang kemudian mengecup punggung tangan wanita itu. Dan Iris tidak bisa mengatakan hal apapun lagi untuk meresponnya selain senyuman yang merekah di wajahnya saat ini.
Setelah berpuluh-puluh menit menempuh perjalanan, Xavier pun mulai memberhentikan mobilnya tepat di depan lobby fakultas Iris. "Harusnya kau tidak perlu mengantarkanku sampai sini." Ucap Iris, membuat Xavier mengernyit menatapnya.
"Kenapa? Kau malu dengan teman-temanmu karena telah diantarkan oleh seorang pria berjas berusia dua puluh lima tahun? Hm?"
Iris terkekeh geli. "Tidak bukan itu maksudku. Hanya saja aku tidak suka menjadi pusat perhatian."
"Tidak usah pedulikan orang-orang yang memandangimu. Biarkan saja mereka iri ketika melihatmu." Ucap Xavier yang lagi-lagi membuat Iris terkekeh. "Ya sudah, selamat belajar. Konsentrasi dengan pelajaranmu, jangan pikirkan aku terus, ok?" Lanjutnya lagi.
"Iya iya." Balas Iris dengan sedikit kekehan, lalu dia bergerak untuk mengecup singat pipi Xavier. "Bye. Selamat bekerja." Kemudian dia pun melangkah turun.
"Segera hubungi aku ketika semua kuliahmu telah usai." Xavier kembali berucap sebelum Iris menutup pintu. Dan Iris hanya tersenyum sambil mengangguk. Lalu dia menutup pintu itu.
Setelah mobil Xavier melaju pergi dengan segera Iris melangkah masuk ke dalam gedung fakultasnya. Berjalan keluar dari dalam lift setelah dirinya sampai di lantai lima, Iris kembali melangkah menuju kelasnya pagi ini. Ruang 503 yang berada di paling ujung sebelah kiri. Dan sebelum dia melangkah masuk ke dalam, lengannya ditarik oleh seseorang yang membawanya untuk duduk di bench yang ada di depan kelas itu.
"Anais, ada apa?" Tanya nya dengan bingung kepada Anais yang saat ini duduk di sebelahnya.
"Tadi aku melihatmu turun dari mobil. Kau diantarkan oleh siapa? Apakah oleh pria tampan di restoran waktu itu?" Tanya Anais dengan begitu penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault (Hendall)
RomansaBagi Xavier mencintai sosok Iris adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi di sisi lain hal itu juga merupakan suatu hal yang paling membahagiakan baginya karena berkat wanita itulah dirinya bisa merasa seperti dihidupkan kembali. Karena...