Jam menunjukkan pukul delapan pagi dan Iris terlihat sudah siap untuk berangkat menuju ke kampus. Karena hari ini dia ada kelas pukul sembilan dan perjalanan dari apartment nya menuju kampus dengan menggunakan bus memakan waktu kira-kira sekitar tiga puluh sampai empat puluh menit, jadi sudah sejak pagi-pagi sekali Iris sudah bersiap.
Dengan menenteng tas ranselnya pada bahu kirinya, Iris melangkah menuruni anak tangga menuju lantai satu. Baru dia melangkah melewati pintu gedung apartment nya, dirinya langsung dikejutkan oleh kehadiran Darren yang sedang berdiri bersandar pada sisi samping mobilnya.
Untuk apa dia ada di sini?
"Good morning, Iris." Sapa Darren sambil perlahan menghampiri Iris yang masih terdiam tidak jauh dari pintu.
"Oh, iya. Good morning, Darren." Balasnya, lalu dia tampak bergerak sedikit tidak nyaman. "Hmm...apa yang sedang kau lakukan di sini?" Tanya Iris kemudian.
"Oh, hanya sekedar ingin menyapa dirimu di pagi hari. Dan, kau ingin berangkat ke kampus bukan?"
"Hmm...iya."
"Bagaimana kalau aku mengantarkanmu? Kebetulan kampusmu dengan kantorku searah. Bagaimana?"
Sudah kuduga. Dia datang kesini pasti tidak jauh dari hal itu. Iris pun mulai memikirkan alasan yang tepat agar bisa menolaknya. "Hmm...aku rasa..."
Dan tanpa diduga, dari jarak beberapa meter ada sebuah mobil SUV yang menepi, kemudian turunlah Xavier dari dalamnya. Xavier kelihatan langsung mengernyitkan kening ketika melihat Iris sedang berbicara dengan seorang pria. Kemudian tanpa pikir panjang dia langsung saja melangkah mendekat dan memanggil nama Iris cukup kencang, seakan dia sedang berusaha untuk menjauhkan Iris dari pria itu. Yang mana hal itu membuat Iris dan Darren segera menoleh ke sumber suara.
Melihat sosok Xavier kontan membuat Iris samar-samar menghela nafasnya lega karena berkat dirinya dia bisa terlepas dari Darren.
"Oh, hi Xavier. Kau datang untuk menjemputku, bukan?" Ucapnya, yang kemudian bergegas menghampiri Xavier dan langsung melingkarkan lengannya pada lengan pria itu. "Cepat bawa aku pergi dari sini." Bisiknya kemudian.
Xavier pun tampak bingung dengan sikap Iris saat ini. "Kenapa?" Xavier pun balas berbisik kepadanya.
Iris pun tampak menghela nafasnya berat. "Kenapa kau begitu sulit untuk diajak kerja sama." Gumamnya, kemudian kembali menatap Darren yang masih terdiam di posisinya.
"Hmm...Darren, perkenalkan dia adalah Xavier. Dia ini adalah...kekasihku." entah dia dapat ide dari mana untuk mengatakannya, tapi menurutnya itu adalah satu-satunya cara agar dia bisa terlepas dari Darren dan juga perjodohan itu.
"Kekasih?" Ucap Darren yang tampak tidak percaya.
"Iris, apa maksudmu, eh?" Xavier pun juga tidak kalah terkejut dengan Darren.
"Tapi...kata Ayahmu, kau..."
"Kau mempercayai perkataan Ayahku yang sama sekali tidak mengetahui sama sekali soal urusan percintaanku?" Ucapnya, membuat Darren tampak tertegun. "Jadi, aku dan kekasihku permisi dulu ya. Bye Darren." Kemudian dengan cepat dia menarik Xavier agar pergi menjauh dari Darren.
"Hey, apa yang sedang terjadi sebenarnya, eh? Dan kekasih? Sejak kapan memangnya kita berdua berpacaran?" Tanya Xavier penuh rasa bingung.
"Nanti akan aku jelaskan. Sekarang di mana mobilmu?" Balas Iris dengan cepat. Kemudian Xavier membawa Iris menuju mobilnya dan mereka berdua melaju pergi dari sana meninggalkan Darren yang tampak masih merasa kebingungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault (Hendall)
RomanceBagi Xavier mencintai sosok Iris adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi di sisi lain hal itu juga merupakan suatu hal yang paling membahagiakan baginya karena berkat wanita itulah dirinya bisa merasa seperti dihidupkan kembali. Karena...