Jam menunjukkan pukul enam sore, dan sebelum Xavier kembali ke penthouse nya, dia bersama dengan temannya meluangkan waktunya pergi ke sebuah restoran untuk makan malam. Tanpa berpikir lama ataupun bertanya pada temannya ingin makan di mana, dia langsung memutuskan untuk pergi ke restoran di mana Iris bekerja. Walaupun jarak restoran itu cukup jauh dari kantornya, tapi dia tetap memilih untuk pergi ke sana.
Sesampainya di sana, dia dan juga temannya langsung pergi ke meja pemesanan. Sambil memesan diam-diam Xavier mencuri-curi pandang untuk melihat di manakah Iris berada. Kemudian dia pun menemukan keberadaan wanita itu yang ternyata sedang mengantarkan pesanan kepada salah dua pengunjung restoran. Melihat bagaimana sikap ramah wanita itu membuat senyuman di bibirnya mengembang.
"Xav? Ada lagi yang ingin kau pesan?" Mendengar suara temannya, membuat Xavier segera menoleh.
"Oh...hmm...tidak, itu saja." Balasnya, yang kemudian mulai mengeluarkan dompet dari dalam saku jas nya.
Setelah membayar mereka berdua bergegas mencari meja kosong. Mendudukan diri mereka di meja yang ada di dekat jendela, mereka harus menunggu selama sekitar sepuluh menit sampai pesanan mereka tiba. Sambil menunggu, Xavier masih saja memandangi sosok Iris yang sedang sibuk mengantarkan pesanan maupun membersihkan meja kotor. Saking fokusnya pada wanita itu, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau temannya sedang mengajaknya bicara.
Temannya yang bernama Sean, yang menyadari kalau Xavier tidak memperhatikan dirinya, mulai mengernyitkan kening. Lalu dia mulai mencari-cari ke arah mana mata temannya itu memandang.
"Kau tertarik padanya, eh?" Tanya Sean, setelah dia menemukan sesosok wanita yang sejak tadi mengalihkan perhatian Xavier.
Dan lagi-lagi hal itu membuat Xavier segera mengalihkan pandangannya. "Kenapa?"
Sean pun tampak tersenyum miring. "Wanita di sana itu, yang sedang mengambil makanan dari meja pemesanan." Ucapnya, sambil menunjuk dengan menggunakan dagu.
Menoleh ke arah yang sama, kemudian Xavier pun sedikit terkekeh. "Ya, bisa dibilang begitu."
"Siapa namanya?" Tanya Sean, tampak pensaran.
"Iris."
"Jadi kau sudah bisa mengisi hatimu lagi dengan wanita yang lain?"
"Mungkin iya, mungkin juga tidak."
Sean mengernyitkan keningnya, "maksudmu?"
Xavier menghela nafasnya panjang. Tapi baru dia ingin membuka mulutnya untuk bicara, pesanan mereka datang yang diantarkan oleh seorang pelayan pria. Setelah berterimakasih dan pelayan itu pergi menjauh, Xavier baru mulai bicara, "sebenarnya aku memilik satu masalah kecil." Ucapnya, dan Sean tampak semakin mengernyitkan keningnya. "Iris. Wanita itu adalah adik dari dia." Lanjut Xavier lagi dengan merendahkan sedikit suaranya.
Sean pun membulatkan kedua matanya. "Dia adalah adiknya Irene? Anak dari pemilik Nicholson Company? Apa kau sudah gila!?" Ucap Sean hampir memekik.
Sean ini sudah berteman dengan Xavier sejak masa sekolah, jadi dia sangat mengetahui setiap inci permasalahan yang dihadapi oleh Xavier beberapa tahun lalu dengan Irene. Itu kenapa dia begitu merasa terkejut sekaligus tidak percaya ketika mengetahui Xavier tertarik dengan Iris yang ternyata adalah adik dari Irene.
Xavier sedikit meringis dengan keterkejutan temannya itu. "Shh...pelankan suaramu."
Sean tampak terdiam sesaat sambil menggeleng tidak percaya. "Xavier, kau ingin cari masalah dengan mendekati adiknya? Kau tidak ingat apa yang terjadi pada Irene tiga tahun lalu?"
Xavier sedikit menundukan kepalanya, dan sekali lagi menghela nafas panjang. "Lalu aku harus apa? Aku sudah terlanjur terpikat oleh pesonanya."
Sean terkekeh tidak percaya. "Kau terpikat dengan pesonanya, atau justru karena dia selalu mengingatkanmu dengan dirinya yang dulu begitu kau cintai?" Xavier hanya bisa terdiam. Dia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan temannya itu. "Xavier, sebagai temanmu, sahabatmu, aku sangat tidak ingin kau mendapatkan masalah karena hal ini. Jadi satu saranku, lebih baik kau berhenti mendekatinya." Ucap Sean, dan sekali lagi Xavier tidak bisa merespon apapun.
Mengalihkan pandangannya, matanya itupun langsung menatap sosok Iris yang sedang membersihkan meja kotor. Sambil terus menatap wanita itu, di dalam hatinya dia mulai bertanya pada dirinya sendiri mengenai apa tujuan sebenarnya dia mendekati Iris. Apakah karena dia benar-benar tertarik pada wanita itu atau karena dia merindukan sosok lain yang terlihat begitu mirip dengan Iris.
**
Di sebuah penthouse mewah di mana Xavier tinggal, pria itu tampak berdiri di depan kaca jendela penthouse nya sambil memandangi pemandangan kota New York dimalam hari. Dengan segelas minuman di tangan, beberapa kali dia menghela nafas panjang ketika dia kembali mengingat segala hal yang dia alami bersama dengan Irene. Dan ketika dia mengingat hal buruk yang menimpa Irene karenanya, Xavier jadi merutuki dirinya sendiri. Dia kesal dengan dirinya sendiri karena telah membiarkan wanita itu melakukan hal itu.
Setelah memikirkan masa lalu nya bersama Irene yang bisa dibilang buruk sekaligus berat baginya, dia langsung memikirkan akan sosok Iris. Seperti yang diketahui, Iris adalah adik dari Irene, dan saat ini Xavier sedang berusaha untuk mendekati wanita itu. Tapi setelah dia mengingat masalahnya bersama Irene tiga tahun lalu, dia langsung merasa kalau hal yang dia lakukan saat ini adalah salah. Dia mulai menyadari kalau dia bukanlah pria yang baik untuk Iris, dan dia juga menyadari kalau dengan mendekati Iris justru akan menciptakan masalah baru baginya maupun bagi Iris.
Menyesap minumannya, kemudian di dalam hatinya Xavier mulai memantapkan diri untuk tidak lagi mendekati Iris. "Baiklah, aku akan menjauhinya. Hal ini samasekali belum terlambat untuk dilakukan. Dengan begitu tidak akan ada lagi yang namanya penyesalan dan juga seseorang yang tersakiti." Ucapnya pada diri sendiri, dengan begitu mantap dan yakin kalau dia bisa melakukan hal itu.
Untuk menjauh dari wanita yang dia cintai memang sulit untuk dilakukan oleh Xavier. Kira-kira dibutuhkan waktu satu setengah tahun bagi Xavier untuk tidak terus menerus memikirkan Irene. Tapi itu belum termasuk dengan rasa bersalah dan penyesalannya dengan apa yang terjadi pada wanita itu. Karena sepertinya hal itu tidak akan pernah bisa pergi dari dirinya. Dan untuk Iris, dia begitu yakin akan bisa menjauhi wanita itu dan melupakan apa yang dia rasakan untuk wanita itu.
***
Zayn Malik as Sean Jim Foster
Thank you so much for reading. Vote+comment nya kutunggu! See you:)

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault (Hendall)
RomanceBagi Xavier mencintai sosok Iris adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidupnya. Tapi di sisi lain hal itu juga merupakan suatu hal yang paling membahagiakan baginya karena berkat wanita itulah dirinya bisa merasa seperti dihidupkan kembali. Karena...