15

159 20 2
                                    

Ting nung! Ting nung!

Iris yang sedang mengangkat waffle yang sudah matang untuk sarapannya dari alat pencetaknya untuk diletakkan ke atas piring, untuk sarapannya, harus menghentikan aktivitasnya sejenak untuk bergegas menuju pintu. Memutar kunci dan juga knop pintu, dia segera menariknya ke arah dalam. Dirinya langsung dibuat tertegun ketika melihat sosok Xavier berdiri di depannya.

"Xavier, aku kira kau—" kalimatnya segera terhenti karena Xavier yang dengan cepat mendorong tubuh Iris ke dalam, dan setelah menutup pintu dengan menggunakan kakinya, Xavier membungkam mulut Iris dengan menanamkan ciuman di sana.

Setelah beberapa saat dia mulai melepaskannya—yang membuat Iris merasa kecewa karena jujur dia merindukannya—dan menatap lurus ke mata hazel Iris. "Apa aku mengejutkanmu?" Tanya nya seraya tersenyum dan mengelus pipi kanan Iris.

"Kau selalu berhasil mengejutkanku." Balasnya, dan secara bersamaan mereka berdua terkekeh.

Semakin merapatkan tubuhnya dengan Iris, Xavier pun kembali menyatukan bibirnya dengan milik wanita itu. Semakin memperdalam tautan bibir mereka, secara perlahan kedua tangan Iris mulai menjalar ke sela-sela rambut Xavier. Begitupun dengan kedua tangan Xavier yang bergerak turun dari punggung Iris menuju ke bokongnya, yang kemudian dia sedikit meremasnya. Hal itu refleks membuat Iris mengerang tertahan. Dengan adrenalin yang terasa semakin kuat di antara mereka, Xavier segera mengangkat kedua kaki Iris melingkari pinggangnya dan membawa tubuh wanita itu menuju kamar.

Membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Xavier terus menautkan bibirnya dengan Iris sambil posisinya yang mengambangi Iris. Memindahkan ciumannya yang turun menuju rahang Iris dan kembali berpindah menuju lehernya, dan semakin lama semakin turun ke dadanya yang masih tertutup kaus. Sambil melakukan itu tangannya perlahan menyelusup masuk ke balik kaus yang dikenakan Iris, lalu mengelus lembut area perutnya yang perlahan-lahan naik untuk meremas dada Iris yang sama sekali tidak terhalang apapun. Dengan adanya sentuhan di sana, refleks kembali membuat Iris mengerang tertahan.

Tangan Iris yang sejak tadi sudah tidak bisa diam bergerak kesana kemari menyentuh tubuh Xavier, mulai bergerak ke bagian ujung sweater yang Xavier kenakan dan dia mulai menariknya agar terlepas dari tubuhnya, lalu melemparkan itu ke sembarang arah. Setelah Iris melakukan hal itu, Xavier tampak kembali menatap lurus wajahnya.

"Kau tidak masalah dengan hal ini?" Tanya Xavier, dan Iris tampak terdiam sambil menggigit bibir bawahnya. Yang jujur membuat Xavier tergoda untuk kembali menciumnya, tapi dia menahannya.

"Hmm...ya." balas Iris yang sepertinya masih kedengaran ragu.

"Jangan menjawab pertanyaanku dengan ragu-ragu, Iris Bellvania."

Iris tidak meresponnya perkataan, tapi dia memilih untuk kembali menanamkan bibirnya pada Xavier dengan perlahan namun terkesan dipenuhi adrenalin yang kuat. Kemudian dia sedikit menggigit bibir bawah Xavier dan juga menariknya dengan lembut sampai akhirnya terlepas.

"Apa sekarang aku masih kelihatan ragu?" Ucapnya dan hal itu membuat Xavier tersenyum miring. Lalu dengan segera dia kembali menyciuminya dengan liar sambil dia juga mulai melepaskan kaus yang dikenakan Iris.

**

Setelah beberapa lama bergelung di tempat tidur, Xavier dan Iris kelihatannya masih betah berbaring di sana dengan Xavier yang memeluk tubuh Iris di balik selimut. Sedangkan Iris yang meletakkan kepalanya pada dada telanjang Xavier, tampak mengeluskan jari-jarinya pada area dada dan juga perut Xavier.

"Kenapa kau pulang cepat? Bukannya pertemuannya masih ada dua hari lagi?" Tanya Iris membuka pembicaraan di antara mereka.

"Ternyata untuk menjalin kerja sama dengan mereka tidak memerlukan waktu sampai seminggu. Jadi begitu kontrak selesai ditandatangangi aku langsung kembali ke New York." Jelas Xavier, membuat Iris mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kenapa kau bertanya seperti itu, eh? Kau tidak senang aku kembali?" Tanya nya kemudian, lalu Iris mendongak untuk menatapnya.

The Fault (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang