2

359 38 5
                                    

Hari sudah semakin malam dan pesta ulang tahun perusahaan Abraham Group masih berlangsung, dengan agenda saat ini yaitu berdansa. Setiap pria dan wanita yang membawa pasangan maupun yang baru mengenal mulai bergerak menuju lantai dansa. Hal itu pun dilakukan oleh David dan Ivanka, serta Frank dan Rosetta.

Sementara itu Iris yang tidak kenal siapapun selain kedua orangtuanya hanya duduk disebuah bangku sambil menatap ke arah lantai dansa. Tapi kemudian ada seseorang yang datang menghampirinya.

"Merasa bosan?" Tanya seseorang itu yang dengan segera membuat Iris menoleh.

Iris tertegun sesaat ketika melihat Xavier ada di dekatnya. Tak lama setelahnya dia tersenyum kecil. "Mr. Abraham." Sapanya.

"Xavier. Cukup panggil aku seperti itu." Ucap Xavier, yang kemudian mendudukkan dirinya di dekat Iris. Mendengar kalimat itu, Iris pun hanya mengangguk kecil. "Jadi, kau sudah mulai merasa bosan?" Tanya Xavier lagi.

Iris kembali tersenyum kecil sambil mengidikan bahu. "Ya bisa dibilang begitu."

Balas tersenyum kecil, kemudian Xavier tampak mengulurkan tangan kanannya kepada Iris. "Berdansa denganku?" Tanya nya tiba-tiba.

Sekali lagi Iris tertegun. "Ta-tapi, bagaimana dengan pasanganmu?"

"Pasangan? Apa kau melihat ada seorang wanita yang dekat denganku sejak tadi?" Iris pun terdiam. "Jadi?" Tanya Xavier lagi karena Iris hanya terdiam menatapnya.

"Hmm...baiklah." Lalu Iris meraih tangan Xavier, dan mereka berdua pun melangkah menuju lantai dansa.

Di lantai dansa, dengan kedua tangan kanan mereka yang saling menempel dan tangan kiri Iris yang diletakan di bahu Xavier serta tangan Xavier yang diletakan di pinggang Iris, mereka bergerak bersamaan mengikuti alunan musik yang mengalun merdu. Saat berdansa pandangan mata Xavier tidak bisa teralihkan dari wajah cantik Iris. Dan Iris yang menyadari tatapan Xavier kepadanya, serta dia juga merasakan detak jantungnya yang entah kenapa berdentam tidak karuan, berusaha dengan keras untuk tetap bersikap tenang sambil sesekali dia juga melirik pria itu. Dia tidak berani jika harus berlama-lama menatap wajah Xavier.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Xavier, yang akhirnya membuat Iris mau tidak mau mengarahkan pandangannya sepenuhnya kepada Xavier.

"Hmm...apa yang ingin kau tanyakan?"

"Untuk apa kau bekerja di restoran itu?" Tanya Xaveir, dan Iris terkekeh karena sebelumnya dia telah menduga kalau pria itu akan menanyakan hal itu kepadanya.

"Alasannya simple. Karena aku tidak mau terus menerus bergantung kepada orang tuaku."

"Hanya itu? Tidak ada alasan lain?" Tanya Xavier lagi.

"Apakah Anda sedang berusaha mengintrogasi saya, tuan Xavier Abraham?" Iris pun balas bertanya kepadanya, yang mana kontan membuat Xavier terkekeh.

Kemudian mereka berdua kembali terdiam dan hanya saling menggerakan tubuh mereka mengikuti alunan musik. Setelah beberapa lama akhirnya mereka menyudahi dansa mereka, lalu Xavier pun membawa Iris untuk keluar dari area lantai dansa.

Sebelum Xavier pergi meninggalkan Iris, dia sempat mengecup sesaat punggung tangan Iris, lalu bergerak mendekat dan membisikan sesuatu kepada Iris, "kau tau? Ini adalah malam terbaikku, dan aku senang bisa bertemu denganmu lagi." Tersenyum kepada Iris, setelah itu baru dia melangkah pergi.

Karenanya, Iris pun hanya bisa terdiam dengan dekat jantungnya yang berdentam tidak karuan. Sadar dari keterkejutannya, Iris menoleh ke arah di mana Xavier pergi. Walaupun hanya melihat punggung lebar pria itu yang mulai menjauh, entah kenapa senyuman mengembang cukup lebar di bibir Iris.

The Fault (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang