"Kau masih lama, ya?".
Aku langsung menoleh ketika seseorang berseru pelan di sampingku.
"Ah, Taehyungie! Aku masih punya banyak pekerjaan, kau pulanglah lebih dulu. Ini sudah malam". Ujarku padanya sambil membolak-balikkan lembar demi lembar buku yang berisi not-not lagu yang harus kuhafalkan.
Taehyung menoleh ke arah jam dinding yang tergantung tepat di atas piano putih di ruangan ini. Kemudian ia kembali menatapku. "Ini sudah pukul 10 malam, Hyesoo. Kau bahkan tidak berhenti untuk sekedar beristirahat dari aktivitasmu. Jangan terlalu memforsir tubuhmu begitu".
Aku mengangguk pelan, tapi masih tidak menghentikan aktivitasku, tidak juga berusaha menatap Taehyung. "Jangan pedulikan itu. Aku sudah terlalu sering melakukan ini. Kau saja yang tidak tahu". Kemudian aku beranjak dari kursi dan mengambil gitarku. "Jika nanti Nara menghubungimu dan ia menanyakanku katakan aku baik-baik saja dan sedang menyelesaikan latihanku. Karena aku mematikan ponselku untuk sementara waktu".
Taehyung tidak merespon, ia tidak mengangguk, tidak juga mengiyakan perkataanku. Aku berjalan ke kursiku lalu kembali dengan aktivitas sebelumnya. Perlahan, aku memetik senar gitarku, mengikuti intruksi not-not dalam lagu dengan perlahan dan hati-hati.
"Aku tahu kau lelah, Hyesoo-ya! Tidak bisakah kau berhenti dan pulang saja untuk istirahat? Bukankah kesehatanmu itu yang paling penting?". Ujar Taehyung.
Aku hanya tersenyum mendengarnya berkata begitu, tapi aku mencoba untuk tidak terlalu memperdulikan perkataannya, walaupun harus kuakui hampir semua kata-katanya benar.
"Hyesoo-ya!".
"Hmm,". Aku hanya merespon pelan. "Ada apa?". Tanyaku.
"Terserah kau saja Kim Hye Soo. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya membujukmu untuk berhenti dari aktivitas ini. Aku sudah benar-benar menyerah padamu. Dan kau paling pandai membuatku menyerah. Selamat, ya?".
Aku mendengarnya menghela napas. "Ya sudah. Aku pergi dulu,". Ujarnya, kemudian pergi ke arah pintu ruang musik dan menghilang di baliknya.
Taehyung benar-benar hebat dalam membaca apa yang menjadi isi hatiku. Ia tidak pernah salah menebak sekalipun bahkan sebelum kami saling mengenal 3 tahun yang lalu. Sosoknya yang ramah terhadap setiap orang yang ia temui, dan wajahnya yang tampan, serta berwibawa, pasti akan menimbulkan kesan yang sangat baik di benak setiap orang yang baru mengenalnya. Selain itu ia juga seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi, serta periang. Dia pengubah suasana yang baik.
Aku sempat terhenti dari aktivitas latihanku, saking merasa tidak inginnya Taehyung pergi. Ya, itulah yang kupikirkan. Kepergian Taehyung. Aku tidak ingin pria itu pergi, aku ingin dia menemaniku yang sendirian di ruangan ini dengan hanya bertemankan gitar dan alat-alat perkusi lainnya. Ck, Sial!
****
Tepat pukul 12 malam. Jika dihitung-hitung hari ini aku sudah menghabiskan waktu 17 jam di sekolah. Persis setelah Taehyung mentraktirku ice cream setelah audisi pagi tadi. Setelah selesai mencoba not lagu pada gitarku, aku mencoba menyandarkan tubuhku pada kursi. Percayalah, aku benar-benar lelah bukan main. Jari-jari tanganku sakit, semua saraf di bagian tangan kananku seakan menegang dan kaku.
Masih ada sekitar 5 audisi dan 8 kompetisi musik lagi yang harus kujalani. Salah satunya besok, yang merupakan kompetisi musik tahunan yang diadakan di Busan. Aku mencoba menutup mata, berusaha menetralkan kepenatan di otakku yang tak kuasa kutahan. Aku benar-benar kelelahan. Ayolah, istirahat sebentar saja tidak akan apa-apa bukan? Aku sangat butuh itu untuk kompetisi besok.
Setelah hampir 2 menit menutup mata, aku kembali membukanya. Percuma saja, kursi ruang musik tak senyaman kasur di kamarku. Ini benar-benar tidak adil.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR.ID/My Rival Is Idol
FanfictionIni tentangku, Kim Taehyung yang tengah mengejar cinta sahabatku sendiri yang seorang fangirl