Keesokan harinya, dokter memutuskan akan segera mengoperasi usus buntu Hyesoo. Operasi berjalan kurang lebih 4 jam lamanya, dimulai pukul 09.13 pagi dan berakhir sekitar pukul 13.14 siang. Dan sekarang aku bisa tersenyum lega setelah mendengar bahwa operasinya berjalan lancar. Bahkan Hyesoo sudah dipindahkan ke kamar rawat inap 2 jam setelah dokter mengatakan bahwa operasi Hyesoo berjalan lancar.
Aku memutuskan untuk masuk ke kamar rawat tempat dimana Hyesoo terbaring lemah saat ini. Hal pertama yang kulihat adalah tubuh lemah Hyesoo yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan infus yang masih menempel di tangan kirinya.
Aku memandang wajahnya lekat-lekat. Tanganku bergerak naik menyentuh rambut panjang Hyesoo yang tergerai bebas. Bahkan Hyesoo tetap terlihat cantik meskipun sedang terbaring lemah dengan wajah pucat.
'Dia ini benar-benar... Dasar sok kuat!'.
Aku terus mengomel di dalam hati kala mengingat ia yang terlalu memforsir tubuhnya akhir-akhir ini.
Perlahan aku menundukkan kepalaku, lalu mencium puncak kepalanya dengan lembut. Menyesap aroma rambutnya. Aku benar-benar mencintai gadis ini.
"Ya! Singkirkan segera wajahmu dariku, Taehyungie".
****
-KIM HYESOO-
.
.
.
.
Aku merasakan sebuah ciuman lembut mendarat di puncak kepalaku. Seseorang menyesap rambutku, mengusap lembut kepalaku. Tentu orang ini tidak hanya pernah melakukannya sekali saja. Aku sudah merasakan sentuhan hangat ini sebelumnya. Ketika kesadaranku sudah kembali sepenuhnya, hal pertama yang kurasakan adalah tubuhku yang terasa sangat berat. Lalu, mataku menangkap sosok pria yang berdiri di sampingku. Dia seperti malaikat!. Tapi setelah pandangan mataku kembali normal 100%, aku baru sadar bahwa ternyata ia..."Ya! Singkirkan segera wajahmu dariku, Taehyungie". Ucapku masih dengan suara yang lemah.
Taehyung terkesiap, ia terkejut melihatku yang sudah terbangun dan tengah menatapnya lemah.
"E-eoh! Mianhae, aku membangunkanmu, ya?". Tanyanya gugup.
Aku tersenyum. Kedua mataku menatap wajahnya lekat, "Ani!". Kemudian aku mencoba bangun, tapi Taehyung buru-buru menahanku.
"Kau mau apa, kau lapar?". Tanyanya.
Aku menggeleng pelan. "Aku bosan".
Taehyung mengusap pipiku pelan, menatap mataku lekat. Mata coklatnya tampak begitu indah, tapi terlihat seperti menyimpan beban.
"Waeyo? Kim Taehyung...".
Ia menggeleng. "Maaf atas ketidak pedulianku selama ini".
Aku hanya tersenyum hambar mendengar Taehyung menyatakan permintaan maafnya. Minggu ini ia mengucapkan untuk yang kesekian kalinya. Aku tidak bisa menghitung sudah berapa banyak kata maaf yang keluar dari mulutnya akhir-akhir ini. Sampai kemudian tangannya terulur, menggenggam tanganku, meremas jemariku lembut. "Maaf karena aku telah dengan lancangnya mencintaimu".
Aku mengalihkan pandanganku dari wajahnya kali ini. Aku bosan mendengar kata-kata itu. Telingaku terlalu sensitif dengan satu kata itu, terlalu muak sepertinya.
"Aku tahu kau tidak mencintaiku seperti aku mencintaimu, Hyesoo! Tapi bisakah kau beri tahu aku alasannya mengapa kau tak bisa mencintaiku?". Tanyanya.
Aku kembali menatap Taehyung kali ini.
"Kau mencintai biasmu? Apa hanya karena satu alasan bodoh itu?".
Kalau boleh jujur, memang benar. Tentu saja aku mencintai sosok biasku. Itu terdengar gila, tapi memang itu yang kurasakan.
"Kau cukup hanya dengan menjadi fansnya. Jangan berpikir terlalu jauh untuk menjadi kekasihnya, Hyesoo! Kau bahkan tahu itu tak akan pernah terjadi, kan?".
Damn!
Kata-kata Taehyung barusan membuat dadaku terasa begitu sesak. Mencintai sosok seorang idol, berharap menjadi kekasihnya suatu hari nanti dan berakhir menjadi istrinya adalah keajaiban seorang fangirl. Mereka yang beruntung mendapat favour itu jelas layak dijuluki 'The Lucky Fangirl'. Aku selalu berharap keajaiban itu terjadi padaku.
Tapi sepertinya dunia ini selalu menjelaskan bahwa aku hidup di dunia nyata, bukan khayalan yang dibuat atas imajinasiku semata. Yang semua jalan ceritanya bisa aku yang menentukan.
Aku hanyalah orang biasa. Dan aku juga hanyalah seorang fans biasa. Ada banyak fans EXO yang bahkan lebih cantik dan terpandang dariku. Bisa datang ke konser bias, berada di barisan paling depan untuk melihat dan menyemangati mereka adalah sebuah anugerah yang luar biasa hebat yang tentu perlu kusyukuri. Karena belum tentu semua fans dapat melakukannya.
Aku memang terlalu jauh berharap selama ini. Mana mungkin seekor lebah dapat menggapai bintang nan jauh. Itu tak akan pernah terjadi. Lalu apa sekarang? Aku harus menyerah untuk mendapat favour-ku? Menjadi seorang fans yang normal saja, sepertinya itu sudah cukup!.
Aku menarik napas panjang. Mengusap wajahku pelan, kemudian berkata, "Lalu?".
Taehyung menatapku dengan wajah yang seakan mengatakan, 'Lalu apa?'. Melihatnya yang menatapku seperti itu, aku buru-buru memperjelas perkataanku.
"Lalu aku harus apa, Kim Taehyung?".
"M-menjadi... fans yang normal, mungkin...". Ujarnya ragu.
Seketika aku mengangguk. Entah apa yang terjadi, dengan mantapnya aku mengatakan itu. "Ya, baiklah!".
Taehyung menelusuri mataku dengan menatapnya lekat, mencoba mencari kesungguhan itu.
"Kalau begitu... bisakah kau menjadi kekasihku, Kim Hye Soo?".
Astaga! Apa-apaan dia ini? To the point seperti itu malah membuatku merasa aneh. Itu terdengar seperti...
"Bagaimana? Apakah kau juga memiliki perasaan yang sama sepertiku, Hyesoo?". Tanyanya lagi memecah lamunanku.
Inikah saatnya bagiku menerima cinta seorang pria yang sudah selama 3 tahun lebih ini membuatku merasa nyaman. Taehyung memang orang yang baik, sangat bahkan, mungkin terlalu. Tapi bisakah aku bertahan lebih lama dengannya sebagai seorang kekasih daripada hubungan kita yang sekarang? Kenapa seperti ada keraguan, namun sisi lain dariku menyuruhku untuk berkata 'IYA' dan menyuruhku untuk memberikannya sedikit kesempatan. Aku takut ini tak berjalan dengan mulus. Aku takut ini hanya akan bertahan sebentar saja. Tapi aku takkan segera melakukannya jika masih saja berpikiran negatif terhadap hubungan kami kedepannya. Tapi bisa kalian bayangkan? Taehyung adalah sahabatku, menerimanya menjadi kekasihku adalah hal yang mungkin saja terjadi. Tapi rasanya akan sedikit lebih canggung. Satu-satunya kecemasan yang muncul di otakku adalah, apa jadinya jika hubungan kami tiba-tiba kandas di tengah jalan. Akankah kami masih tetap bersahabat? Otakku memanas memikirkan semua itu. Tapi tentu Taehyung bukan sosok laki-laki yang akan menyakiti hatiku. Dia bersungguh-sungguh mencintaiku, aku bisa melihat itu dari caranya menatapku, dari caranya memperlakukanku selama ini. Jelas dia bukan laki-laki sembarangan. Aku bahkan sudah mengenalnya jauh.
Dengan hati yang masih bergetar, aku mencoba tersenyum, kemudian mengusap rambut coklatnya perlahan. "Aku juga mencintaimu, Kim Tae Hyung! Mari kita berjalan beriringan mulai sekarang. Mari kita hadapi konsekuensinya mulai saat ini dan seterusnya. Aku harap cintamu takkan pernah berubah untukku, begitupun aku. Jadi mari kita saling mencintai, dan berbagi kebahagiaan bersama. Ubah tangisku menjadi tangisan bahagia mulai sekarang,". Ucapku mantap tanpa ada keraguan sedikitpun pada mulanya.
Dan pada saat itu, aku juga hampir meneteskan air mata saat melihat Taehyung yang telah menjadi priaku itu menangis sambil mengangguk penuh semangat. Dengan lucunya ia berkata... "Tentu, aku akan lakukan itu mulai detik ini juga!".
****
KAMU SEDANG MEMBACA
MR.ID/My Rival Is Idol
FanfictionIni tentangku, Kim Taehyung yang tengah mengejar cinta sahabatku sendiri yang seorang fangirl