Part 7

19 2 2
                                    

Satu minggu kemudian...

Aku menyodorkan tiket konser EXO di depan wajah Taehyung. "Aku akan pergi besok!".

Aku melihatnya berpikir sejenak, lalu menatapku. "K-kau berniat mengajakku?".

"Tidak juga, tidak apa jika kau tidak mau pergi". Ujarku, lalu menenggak air putih. "Sebelumnya aku sudah memintamu untuk menemaniku, kan? Masih ingat percakapan kita di cafe ice cream dulu? Kemungkinan besar aku tidak akan pergi dengan Nara besok. Dia ada di seat atas, dia sengaja tidak membeli tiket VIP seperti yang biasa ia beli, mungkin dia akan datang dengan temannya. Sedangkan aku membeli tiket VIP tipe-A, dan sudah pasti aku ada di seat VIP". Aku berjalan ke arahnya yang terduduk di sofa, lalu ikut duduk di sampingnya.

"Aku boleh menyimpan tiket ini, kan?". Tanyanya sambil menatapku.

"Kau tidak akan ikut pergi?". Tanyaku balik.

Ia menggaruk tengkuk lehernya yang kurasa tidak gatal. "Kurasa aku tidak akan sempat kesana, kau kenal sepupuku Kang Ha Bin, kan? Dia akan kembali ke Osaka besok pagi, dan aku harus mengantarnya ke bandara".

Aku mengangguk mengerti. Kang Ha Bin dan Kim Tae Hyung memang sangat dekat. Mereka sudah seperti kakak-adik. Umur Ha Bin yang lebih muda 2 tahun dari Taehyung membuatnya menjadi seperti adik laki-laki Taehyung. Dan... bisa dibilang Taehyung sangat menyayanginya.

Ia memelukku erat kali ini. "Aku minta maaf, selamat bersenang-senang bersama biasmu!".

"Ne, gomawo!". Aku tahu ia sebenarnya ingin pergi menemaniku.

Ia semakin memperdalam pelukannya. "Cheonmaneyo, Hyesoo-ya!".

****

-KIM TAEHYUNG-
.
.
.
.
Aku melingkarkan tanganku di perut Hyesoo yang sedang tidur di atas ranjangku. Malam ini ia memang menginap di rumahku, susah payah aku memintanya untuk menginap. Dan sekarang sepertinya Hyesoo tertidur begitu pulas.

Aku mendesah di telinganya, mencoba menggodanya yang tertidur sambil membelakangiku. Tapi ia hanya diam, masih tetap menutup matanya. Sepertinya ia benar-benar sudah pulas.

Aku mulai mengusap perutnya, menyandarkan daguku di bahunya, kemudian mengecupnya. Ini kali pertamanya kami tidur bersama.

Aku mendengarnya bergumam sesuatu yang tidak aku mengerti. Kemudian tangannya mengusap rambutku perlahan. Ia berbalik dan menghadapkan tubuhnya padaku hingga membuat posisiku berada di atas tubuhnya. Jarak wajah kami sangat dekat hingga aku bisa merasakan napasnya yang menerpa wajahku. Ia mengecup bibirku singkat tapi masih dengan mata tertutup.

Dia benar-benar lucu saat melakukannya.

"Kau belum tidur, Tae?". Suara paraunya terdengar begitu lembut di telingaku.

Aku hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.

"Kenapa kau belum tidur? Cepatlah tidur, Tae!".

Aku mencium bibirnya untuk memberikan jawaban kenapa aku belum tidur, aku ingin menikmati malamku bersamanya. Tapi aku buru-buru menarik ciumanku saat bibirku tak merasakan bibir Hyesoo membalasnya. Saat aku menarik kepalaku, aku mendapati Hyesoo terpejam sambil membuka mulutnya. Ia benar-benar terlalu menikmati tidurnya, sampai-sampai tak mau membalas ciumanku.

"Hei, Hyesoo-ya?". Aku mencoba membangunkannya dengan cara mencium wajahnya berulang kali.

"Eumh?".

"Kenapa kau tak membalas ciumanku?".

Ia hanya terdiam untuk beberapa saat. Kemudian terduduk di atas tempat tidur, mendorong tubuhku hingga posisi kami berbalik. Kini posisi tubuhnya di atasku, dan posisi tubuhku di bawahnya. Kedua tangannya mengunci tubuhku. Ia mencium bibirku dengan agresif, melumatnya begitu dalam. Bahkan aku tak dapat membalas ciuman Hyesoo karena terlalu menikmati ciumannya itu.

Oh, Shit! Aku tidak pernah tahu kalau dia juga bisa seagresif ini denganku.

****

Aku terbangun saat tanganku tak lagi merasakan Hyesoo di tempat tidur. Padahal aku berharap bisa terbangun di pagi hari dengan melihat wajah Hyesoo di sampingku. Aku bangkit dan terduduk di tempat tidur, lalu mengusap wajahku.

Aku menarik baju piyama hitam motif kotak-kotak milikku lalu memakainya. Aku turun dari tempat tidur, keluar kamar dan menuju dapur dengan segera. Berharap menemukan Hyesoo disana.

Aku bisa bernapas lega saat mendapati wanita itu tengah membelakangiku sambil mengambil sesuatu dari pantry.

"Sudah bangun?". Tanyanya yang masih membelakangiku. Aku selalu tahu dia dapat menyadari keberadaanku meski tanpa melihatku.

"Iya! Kenapa kau sudah bangun?". Aku menghampirinya dan memeluk erat tubuhnya dari belakang.

"Aku harus pergi ke konser hari ini, Tae! Kau juga harus mengantar Ha Bin ke bandara, kan?".

Aku tersenyum dan mengangguk.

Aku menyandarkan kepalaku di bahunya sambil memejamkan mata. "Pagi ini kau belum memberiku ciuman,".

Aku mendengarnya menghela napas pelan, ia menghentikan aktivitas memasaknya. Lalu melepas tanganku yang melingkar di perutnya. Ia berbalik dan menatapku dalam. Ia meraih tengkuk leherku dan menarik kepalaku mendekati wajahnya. Aku terpejam, mencoba membiarkan Hyesoo melakukan apapun padaku.

Tak berapa lama, aku merasakan sebuah ciuman yang menggairahkan mendarat di bibirku. Aku membuka mataku, membalas ciuman Hyesoo, sampai pada akhirnya kami tenggelam dalam ciuman masing-masing.

Setelah beberapa lama, Hyesoo menarik tautan bibir kami, ia menghentikan ciuman itu begitu saja. Hyesoo menatapku, lalu berkata... "Mandi sana, aku akan buatkan sarapan". Ia lalu berbalik dan kembali memunggungiku.

Huh! Dasar, dia yang memulainya dia juga yang mengakhirinya. Menyebalkan!

****

MR.ID/My Rival Is IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang