-SORRY-

26 3 3
                                    

      Acara musik MMA telah selesai. Tapi para penggemar dari masing-masing idol masing enggan untuk beranjak dari tempat duduk mereka. Begitu juga yang dilakukan sahabatku Nara, dia malah sibuk melakukan selca.

     Aku mengambil ponsel dari dalam ranselku. Sebuah notifikasi chat terpampang di layar ponselku. Itu pesan dari Taehyung. Aku mengernyit bingung saat dia mengirimiku 2 buah foto. Itu fotoku saat tengah melakukan fanchant bersama para EXO-L yang lain. Dan satu foto lainnya, adalah fotoku yang tengah menatap layar ponsel. Itu artinya, foto ini baru saja diambil.

     Aku menengok kekanan dan kekiri. Mencoba mencari sosok Taehyung. Dia pasti berada di sini juga. Dan pandanganku terhenti saat aku menoleh kebelakang dan mendapati sosok pria yang begitu familiar di otakku.

     Pria dengan t-shirt putih bertuliskan PRADA, blazer berwarna coklat hazel, dan celana jeans berwarna abu-abu gelap yang tengah berdiri sambil menatapku. Sial! Bagaimana ia bisa berada di sini?

     "Hyesoo, mianhae".

     Tidak Kim Taehyung. Jangan sekarang!

     Aku ingin sekali pergi meninggalkan studio ini. Tapi entah kenapa rasanya kakiku seperti terpaku di tempat.

     Taehyung mulai melangkah pelan ke arahku."Jeongmall mianhae".

     Secara refleks kakiku bergerak mundur menjauhinya. Sejauh ini aku berusaha untuk menghindari segala interaksi dan kontak apapun dengannya.

    "Aku minta maaf untuk semua perkataan dan perlakuan yang pernah aku lakukan padamu. Tapi aku mohon, jangan seperti ini lagi".

     Aku menarik napasku pelan. Tapi masih tetap menghindari kontak mata dengannya. Aku hanya membeku di tempatku dengan wajah bodoh.

     Aku mulai berjalan perlahan menuju pintu keluar studio, meninggalkan Nara yang masih sibuk dengan aktivitasnya.

     "Hyesoo-ya!". Taehyung mengejarku, menarik sisi lenganku. Dan mulai melingkarkan kedua tangannya di pinggangku.

     Aku bergerak secara refleks untuk menarik tanganku kasar dan pergi menjauhinya.

     Aku menatap kosong lantai studio dengan wajah berlinang air mata. Maafkan aku Kim Taehyung, kurasa memang ini yang terbaik.

     Aku langsung menghubungi Nara, mencoba memberitahukan bahwa aku sudah berada di mobil dan sedang menunggunya.

     "Annyeong, Nara-ya,". Ujarku pada seseorang di ujung telephone.

    "Ne, Hyesoo-ya! Kau ada dimana?".

     "Aku sedang berjalan menuju parkiran, aku akan menunggumu di mobil".

     "Kenapa kau buru-buru dan tidak menungguku?".

     "Ah, mianhae. Aku akan ceritakan nanti".

     "Ne, arraseo".

     Aku langsung mematikan sambungan telephone dan berjalan menuju mobil Nara, untung saja kunci mobilnya ada padaku, jadi aku bisa masuk dan duduk di dalamnya. Sebelumnya, kami memang sudah putuskan bahwa akulah yang akan menyetir saat kita pulang dari acara menonton musik.

     Sepuluh menit kemudian, seseorang datang dan masuk ke dalam mobil. Tapi dia bukan Jeon Nara, melainkan Kim Taehyung. Dia langsung memasang seatbelt ketubuhnya. Dia juga mengambil alih kunci mobil Nara yang sebelumnya kupegang, dan menyimpannya di dalam saku blazer yang ia kenakan. Aku benar-benar kesal bukan main.

     "Hyesoo-ya, kita perlu bicara".

     Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya secara kasar. Aku menatap lurus kedepan, masih berusaha untuk menghindari kontak mata dengannya.

     Taehyung melepas seatbelt-nya dan keluar dengan terburu-buru, ia memutari mobil dan memintaku untuk berganti posisi."Biar aku yang menyetir,".

     Dan bodohnya aku yang mau menurut saja.

     "Dimana Nara?".

     "Nara pulang dengan mobilku. Aku bertemu dengannya di dalam saat kita akan sama-sama keluar dari studio".

     Aku hanya diam.

     Dan Taehyung, dia langsung melajukan mobil dengan cepat.

****
-TAEHYUNG-
.
.
.
.
Aku memarkirkan mobil tepat di pinggir sungai Han. Pemandangan sungai Han benar-benar indah saat malam hari. Kami berdua berjalan menyusuri tepi sungai Han. Angin malam yang dingin bertiup menerpa wajah kami, membuat rambut panjang Hyesoo berterbangan dan menjadi sedikit berantakan. Jembatan Banpo juga tampak begitu sangat indah dengan di iringi lampu gedung-gedung kota yang bertingkat.

     Tapi, kami berdua masih saja diliputi keheningan. Aku hanya menatap Hyesoo tanpa bicara yang tengah melihat ke arah sungai.

     Aku menghela napas berat. Sepertinya Hyesoo benar-benar marah karena masalah kemarin. Dengan perlahan, aku menghampirinya yang tengah berdiri sambil berpegangan pada pagar pembatas sungai. Aku memeluk Hyesoo dari belakang, mengecup puncak kepalanya. Awalnya ia sempat kaget dengan apa yang kulakukan, tapi Hyesoo tidak berusaha melepaskan pelukanku.

     "Mianhae, Hyesoo-ya. Maaf, karena aku bersikap kasar kepadamu selama ini. Maaf untuk masalah kemarin. Maaf karena aku selalu membuatmu kesal dan marah. Maaf untuk semua itu. Maaf juga... karena aku mencintaimu sekarang".

     Aku menyandarkan kepalaku di atas pundaknya."Aku hanya tidak ingin melihatmu sedih. Aku tidak ingin melihatmu terus begini. Aku sama sekali tidak ingin melihat Hyesoo yang kemarin lagi. Aku mohon jangan seperti ini. Aku ingin bisa memberikan cinta yang sesungguhnya untukmu Hyesoo-ya, cinta yang lebih dari apapun. Biarkan aku selalu merindukanmu, biarkan aku selalu mengidolakan sosokmu seperti kau mengidolakan biasmu. Biarkan aku mencintaimu seperti kau mencintai Baekhyun".

     Hyesoo tidak menjawab, aku hanya mendengarnya menghela napas. Ia membalikkan tubuhnya, membuat kedua tanganku bertumpu pada pagar pembatas sungai. Aku berhasil mengunci tubuhnya sekarang.

     Entah setan apa yang merasuki tubuhku, tanpa pikir panjang aku langsung mencium bibir peach-nya dengan lembut. Awalnya ia sempat menolak, tapi pada akhirnya Hyesoo membalas ciumanku. Dengan hati-hati aku berusaha untuk dapat memberikan rasa nyaman melalui apa yang aku berikan kepadanya.

     Aku melepas ciumanku ketika mendengarnya terisak.

      "Waeyo?". Aku mengusap air matanya lembut.

     Hyesoo tidak menjawabku, dia malah mengalihkan pandangannya.

      "Kau masih marah, ya?". Aku menghela napas."Jeongmall mianhae, Hyesoo-ya!". Aku langsung memeluk tubuhnya erat.

     Tidak masalah, jika Hyesoo masih belum bisa memaafkanku, tapi setidaknya dia tahu bahwa aku menyukainya. Aku yang telah memendam lama perasaan ini padanya. Setidaknya dia tahu, seberapa pentingnya dia untukku, seberapa berharganya dia untuk hidupku. Aku hanya ingin Hyesoo tahu bahwa aku akan selalu memeluknya erat seperti ini setiap kali ia membutuhkanku, aku juga yang akan selalu membuatnya tersenyum lebar dan selalu ceria. Aku akan lakukan apapun untuk dapat selalu membuatnya kembali tersenyum. Dan aku tahu hal apa yang tidak akan pernah gagal untuk terus membuat Hyesoo tersenyum dan merasa bahagia.

****

  

MR.ID/My Rival Is IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang