"Taehyungie, itu Hyesoo".
"Wae?".
Aku bangkit dari sofa coklat yang terletak di ruang tamu rumah Hyesoo. Tepat setelah Nara yang berada di teras rumah berteriak kencang ke arahku yang sedang berusaha menghubungi Hyesoo berulang kali.
Aku langsung mengikuti arah pandangan Nara dan menemukan sosok Hyesoo yang tengah menenteng bag gitarnya dengan seorang pemuda yang tak kukenal. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kearahku dan Nara.
"Hyesoo-ya, kenapa malam sekali?". Nara segera melangkah menghampiri Hyesoo.
"Hyesoo! Kau baik-baik saja, kan?".
Aku hanya melihatnya mengangguk."Kenapa kau pergi begitu saja dan tidak menungguku?". Aku memerhatikan raut wajahnya. Dia tampak sangat tidak baik. Ditambah satu lagi, apa itu...
"Kenapa bajumu bisa sampai robek begini?". Aku memegang lengan jas sekolahnya yang terlihat robekan cukup besar, "Jawab aku Hyesoo-ya!".
Hyesoo menghela napas, ia mengalihkan pandangannya kearah pemuda yang sedari tadi berdiri di sampingnya sambil membawa gitar yang tak kuyakin itu gitar milik Hyesoo.
"Itu gitar milikmu Hyesoo?". Entah kenapa secara refleks aku menanyakannya. Sebenarnya aku hanya penasaran, aku juga tidak tahu apakah pertanyaan yang kuajukan bertubi-tubi ini benar atau tidak. Aku hanya ingin dia lebih terbuka kepadaku. Itu saja!
"Biar aku yang jelaskan!". Pemuda yang sejak tadi hanya diam dan berdiri di samping Hyesoo, kini mulai membuka mulut.
"Ya! Kau yang sudah mengantar Hyesoo kemari. Jelaskan padaku apa yang terjadi padanya. Kenapa seragam sekolahnya bisa sampai robek seperti itu? Apa yang sudah kau lakukan padanya?".
"Aku bertemu dengannya di halte bus, dia duduk sendirian di sana. Soal baju seragamnya yang robek dan juga pergelangan tangan kirinya yang sepertinya memar, ditambah gitar ini, itu semua akibat kebodohanku. Aku benar-benar minta maaf".
Mendengar semua itu, refleks tanganku meraih lengan kiri Hyesoo. Pergelangan tangan kirinya memar, dan ada ruam merah di sana.
Bbukhh!!!
"Ya, Taehyungie!!".
Hyesoo mendorong tubuhku keras, yang baru saja mendaratkan pukulanku kepada pemuda itu.
"Apa yang kau lakukan? Bukan Raewoon Oppa yang melakukan ini semua padaku!". Teriak Hyesoo yang menatapku dengan emosi. "Apa kau tahu, bahwa Raewoon Oppa-lah yang menolongku dari pemuda-pemuda berengsek di luaran sana yang hampir saja melucutiku".
"M-mwo?". Aku menatapnya tak percaya. Mendengar Hyesoo mengatakan itu, membuat otakku benar-benar membeku, kepalaku benar-benar sakit. Bagaimana tidak, Hyesoo dalam bahaya dan aku tidak ada di sana untuk melindunginya. Sahabat macam apa aku ini. Masih pantaskah aku disebut sahabat daripada pecundang?
"Apa kau tahu, Kim Taehyung? Raewoon Oppa rela mengantarku pulang dengan berjalan kaki sejauh ini hanya untuk memastikan aku aman dan baik-baik saja. Bahkan dia sudah meminta maaf padamu, kan?".
Aku terdiam menatap Hyesoo dan pemuda yang disebutnya Raewoon itu bergantian.
"Raewoon Oppa, mian!". Hyesoo menoleh kembali kearah pemuda itu. "Terimakasih sudah jauh-jauh mengantarku pulang. Terimakasih sudah menyelamatkanku juga. Aku benar-benar berhutang padamu!". Ujar Hyesoo lagi.
"Tidak apa-apa! Aku akan datang ke kompetisimu besok. Kupastikan untuk tidak terlambat. Istirahatlah untuk persiapan kompetisimu besok, ya?".
"Ne, Gamsahamida!".
KAMU SEDANG MEMBACA
MR.ID/My Rival Is Idol
FanfictionIni tentangku, Kim Taehyung yang tengah mengejar cinta sahabatku sendiri yang seorang fangirl