"Anisa!" Sela memanggilku dan mengisyaratkan ku untuk menghampirinya di bagian tengah toko.
Langsung aja gue bergegas.
"Udah selesai belum?" Tanyanya.
Gue cuma mengangguk.
"Yaudah istirahat aja dulu. Gue bawa kue dari Mama lu mau?" Tawar Sela ke gue.
"Gue mau!" Tiba-tiba Agung dengan tubuh berisinya datang sambil membawa dua kaleng cat kecil.
Sela mengangkat satu alis. "Ada yang nawarin mas nya?"
Agung mengangguk dan menjawab, "Cewek cantik di depan gue."
Pukulan kecil terjatuh di lengan Agung. Sela tersenyum lalu masuk ke dalam berniat mengambil kue.
"Bisa aja lu bambank!" Ejek gue ke Agung yang masih tersenyum senang.
Mendengar ejekan gue senyumnya malah makin lebar. "Udah ah gue mau naro ini dulu kedalem."
"Loh nggak jadi makan kuenya?"
"Lo sama Sela aja dulu. Gue masih ada kerjaan dikit." Kata Agung kemudian berlalu.
Setelah Agung pergi, Sela lalu datang membawa satu taperware berwarna kuning. "Ini kue kismis. Tadi pagi gue ngicipin enak banget sumpah."
"Yaudah sini mana biar gue habisin?!"
Gue dan Sela lalu duduk di kursi yang udah disediain toko buat nunggu pelanggan. Sela membuka taperware nya. Dan tampaklah kue-kue coklat bertabur meses warna-warni yang keliatannya bisa bikin berat badan gue naik kalo gue makan tiap hari.
Nggak pake basa-basi langsung gue ambil kue itu dan memasukkannya ke mulut kecil gue. "Mama lo jago bikin kue, ya. Kenapa nggak jualan aja."
Saran gue dijawab dengan gelengan. "Mama gue kan kondisinya nggak menentu. Gue takut kalo terlalu sibuk ntar dia kenapa-kenapa."
Gue mengangguk mengerti. Mama Sela emang sering sakit bila terlalu kelelahan.
"Eh, Sa, emangnya lu suka ngikutin Arif pas pulang sekolahnya?!" Tanya Sela bersemangat ekspresinya berubah 189° dari yang sebelumnya.
Gue hampir tersedak. "Tau darimana?"
"JADI BENER?" Sela berteriak terlalu keras. Ya ampun senior gue ini kalo histeris kadang sebelas dua belas sama Lys.
"Ya... Gitu..."
Sela berdecak tiga kali. "Ckckck, lu naksir?"
Gue nggak menjawab. Naksir? Gue cuma kagum sama Kak Arif. Menspesialkan Kak Arif adalah kemauan hati kecil gue.
"Oke semangat Sa, perjuangin! Gue sempet ngira lu lesbi tau!" Kata Sela sambil memasang wajah lega.
Langsung gue pukul lengan kecil Sela pelan. "Anjir, dari kapan lu punya pikiran kayak gitu?!"
Sela nyeringis menunjukan gigi putihnya. "Hehe, nggak tau sejak kapan. Abis lu nggak pernah pacaran dan nggak pernah ceritain kisah cinta Lo sih."
"Ya kan gue orangnya nggak curhatan. Sama cuma lagi nyari yang pas aja. Lagian kayaknya gue sama Kak Arif juga nggak akan pacaran kok. Orang gue cuma pengagum rahasianya doang."
"Yah jadi lo beneran lesbi?"
"Apaan sih! Gue normal tau!"
"Ya kalo normal perjuangin dong Arif. Ntar biar dibantuin sama Agung deh, dia kan kenal tau sama Arif." Bujuk Sela.
"Udahlah. Gue suka cara gue mengagumi dia."
Sela memandang gue lesu. "Lu mah gitu. Eh btw, Arif itu ansos loh!"
Gue memandang Sela lekat-lekat. "Li serius? Tau dari mana?"
"Agung yang bilang. Lo nggak pernah kan liat dia keluar rumah."
"Ya karna kitanya yang nggak liat kali."
Sela menggeleng keras. "Dia tuh emang nggak pernah keluar rumah! Kalo keluar cuma sekali-kali doang kalo butuh banget."
"Pantesan, disekolah dia emang nggak termasuk anak yang pecicilan."
Dasar jiwa Ibu-ibu!
Rumpi😂
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGING AT 12 ACLOCK'
Teen FictionCeweknya nggak gercep, dan cowoknya nggak peka? Gimana bisa jadian! Nyetalking kakak kelas dari 12-IPA-A, Arif Alexander, adalah hobi Anisabelle si cewe SMA yang biasa-biasa aja. Sebenarnya Kak Arif nggak ganteng-ganteng amat, tapi ntah kenapa Anisa...