Gue dan cewek itu menghabiskan sisa sore dengan ngecat kamar. Ternyata lumayan lama juga. Cewek itu bahkan sempat menyetel musik pop. Dan gue sama sekali nggak nyangka, selera musik dia sama kaya gue!
"Makasih," kata gue diambang pintu.
Gadis itu tersenyum dengan mata tersipit, "Sama-sama!"
"Berapa?" ucap gue lagi.
Dan senyum diwajahnya meluntur secara spontan, "Apanya?"
"Semuanya."
"Eum, catnya belum dibayar ya?"
"Udah."
"Terus?"
Dia pura-pura bego apa gimana sih.
"Lo udah bantuin gue ngecat kamar. Dan itu biaya nya berapa?"
Dia tertegun, "Kalo Agung lagi nggak sibuk, pasti dia yang bantuin kakak ngecat. Dan Agung itu kan temenya kakak, seorang temen yang membantu temennya itu nggak perlu bayaran."
"Tapi Lo bukan Agung."
"Aku nggak perlu jadi Agung. Kalo aku udah jadi temen kakak."
Cewek itu mengulurkan tangannya seolah mengajakku bersalaman.
Bersentuhan dengan orang lain? Tidak!
Melihatku tak menyambut tangannya ia menuruni tangannya dengan masih memasang sedikit senyum. "Namaku Anisa, senang bisa berteman sama kakak."
Ya, kalo dipikir-pikir gue dari tadi emang belum kenalan secara langsung sama cewek ini. Tapi kayaknya dia udah tau nama gue. "Gue Arif."
"Dan lo bukan temen gue." Lanjut gue sambil menutup pintu.
Masa bodoh ah, kalo cewek itu nggak mau dibayar, yaudah gue nggak akan bayar.
Gue menghembuskan nafas gue dan merebahkan tubuh tinggi gue diatas sofa ruang tamu.
Gue telah melakukan kesalahan besar dengan memasukkan orang asing kedalam rumah. Kekamar gue lagi.
Bahkan dia udah nganggep kita temenan cuma karna dia bantuin gue ngecat kamar gue tanpa dibayar.
Ah, gue janji nggak akan membiarkan siapapun lagi masuk ke rumah gue kalo nggak ada kepentingan mendesak.
😄😄😄
Pukul 08.24
Gue benci jam kosong dikelas.
Udah sekitar enam belas menit Guru Biologi gue belum masuk kelas. Mengosongkan jam pelajaran adalah hal yang udah biasa baginya. Secara wakil kepala sekolah. Pasti sama sibuknya sama kepsek.
Janggal juga ada jam kosong di SMA tiap minggu setiap pelajaran biologi.
"Kalo ada tugas kasih tau gue, gua ada di perpustakaan." Kata gue ke Brian. Temen sebangku gue. "Oke. Sekalian pinjemin buku "Fisika Instant" ya, bro!"
Gue cuma mengangguk.
Meminjam buku untuk Brian atas nama gue, emang udah biasa gue lakuin. Brian adalah satu-satunya temen deket gue di sekolah ini, makanya sebisa mungkin gue harus buat dia betah temenan sama anak nolife kaya gue. Walau meski gue nggak berbuat seperti ini ke Kana pun, kayaknya dia bakal tetep sudi jadi temen gue.
😄😄😄
Cewek itu lagi? Maksud gue Anisa.
Lagi-lagi dia ada di perpustakaan.
Bukanya ini jam pelajaran.
Gue melangkahkan kaki tanpa suara menghampiri rak itu. Mencoba agar langkah gue tidak menarik perhatiannya.
"Jam kosong lagi, Rif?"
Wtf! Dasar Bu Thea_-
Cewek itu menengok ke arah gue dan nampaknya dia sedikit terkejut. Entah kenapa gue benci sama ekspresinya setiap ngliat gue.
"Iya, Bu." Kata gue berusaha tersenyum. Namun sepertinya, senyum, bukanlah bakat gue.
Gue melanjutkan langkah gue ke rak belakang supaya Anisa nggak bisa nyapa gue.
Dan benar saja, dia cuma ngliatin gue.
...
Krriiing!
Pergantian jam, gue harus balik nih.
Oh iya buku "Fisika Instant" nya belum gue pinjem. Argh what the shit! Gara-gara gue keasikan baca buku fiksi gue jadi lupa sama buku itu.
Buru-buru gue beralih ke buku-buku pelajaran dan mencoba menemukan buku yang sempat menarik perhatian Brian empat hari lalu.
Nolep egegeg
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGING AT 12 ACLOCK'
Teen FictionCeweknya nggak gercep, dan cowoknya nggak peka? Gimana bisa jadian! Nyetalking kakak kelas dari 12-IPA-A, Arif Alexander, adalah hobi Anisabelle si cewe SMA yang biasa-biasa aja. Sebenarnya Kak Arif nggak ganteng-ganteng amat, tapi ntah kenapa Anisa...