Gue membalik buku kecil yang gue pinjem dari sekolah untuk kesekian kalinya. Membaca cerita fiksi nggak pernah membuat gue bosen. Setelah sekitar 6 menit, gue menutup buku itu. Gue berhasil menyelesaikan bacaan gue dalam 4 hari.
Gue lalu mendongak menatap jam dinding avangers yang menggantung sempurna tepat di atas ranjang kamar gue. Udah pukul 09.00, gue jadi inget, kemaren malem gue pengen ganti warna kamar gue.
Warna merah yang terlalu menyala bikin hawa disini makin panas. Dan jujur aja sebenernya gue gasuka. Ini salah gue sendiri sih, harusnya gue kasih tau Papa apa warna yang gue mau.
Hmm, mau gue rubah nggak, ya. Gue nggak tau harus nyuruh siapa kalo mau rubah warna kamar. Dan lagi tetangga gue rata-rata cewek, karna cowok-cowoknya pada sibuk kerja kaya Papa.
Mau nggak mau gue harus cat sendiri. Gue putuskan untuk merapikan semua barang-barang gue yang nggak terlalu memakan tempat. Untungnya gue udah biasa hidup rapi karena Mama gue sejak kecil ngajarin gue untuk begitu, jadinya gue bisa dengan mudah mengeluarkan barang-barang gue sendiri.
Oke sekarang beli catnya!
😄😄😄
Gue meneliti memeriksa dari atas kepala hingga bawah kaki. Memastikan siapa cewek yang lagi berdiri membelakangi gue merapikan cat.
Kalo ini bener cewek tadi, berarti dia nggak bohong soal dia kerja disini.
Cewek itu lalu berbalik dan spontan membuat gue terkesiap. Cewek itu ikut kaget dan matanya melotot. Dia menelan ludah dan gugup.
Kok dia lebih panik dari gue?
"Gue nyari cat biru langit." Kata gue untuk membuat suasana nggak enak ini berakhir.
Langsung dia menunduk kikuk lalu mengangguk-angguk. Sebelum pergi dia mengisyaratkan gue untuk mengikuti langkahnya masuk lebih dalam ke toko.
Jadi bener dia kerja disini. Apa yang gue lakuin sepulang sekolah tadi pasti bikin gue keliatan kepedean karna terlanjur ngegas sama dia.
"Ini biru langit..." Katanya sambil menunjukkan sebuah cat kaleng di antara puluhan cat berwarna biru lainya.
Gue melihat ke arah cat itu dan menggeleng. "Kayaknya kecerahan."
"Tapi ini biru la... Eh, yang ini aja gimana warnanya hampir sama tapi lebih gelap dikit." Kini tangannya udah menunjukkan cat yang berbeda.
"Gue mau pilih sendiri."
Langsung mulutnya yang kecil terkatup. Perlahan dia berjalan mundur dan berhenti setelah sampai ke langkah kedua. Gue bisa liat itu dari sudut mata gue.
😍😍😍
Agung membungkus cat yang udah gue pilih. Setelah mengira-ngira apakah keduanya cat kaleng dengan ukuran lumayan ini akan cukup buat kamar gue.
"Mo ngecat apa nih, bro?"
"Kamar gue, gue gasuka merah."
"Oh, mau gue bantu?"
Gue mendongak ke wajah Agung yang lalu mengangkat alisnya. "Lu belum pernah ngecat sendiri kan?"
"Tapi kerjaan Lo gimana?"
"Santai aja, toko ini nggak akan kenapa-kenapa gara-gara satu karyawannya pergi. Bentar ya!" Agung beranjak.
"Sela, gue mo bantuin temen gue nih, kalian jaga disini ya!"
Seorang karyawan cewek yang tengah sibuk membersihkan debu di bagian rak pojok menoleh dan menyahut, "I-itu temen lo?"
Agung mengangguk. "Sans dong, gue nggak homo!"
Cewek itu mengernyit, "Siapa juga yang nuduh! Sini deh gue kasih tau dulu!" Cewek itu buru-buru menghampiri Agung lalu menyeretnya masuk ke bagian gedung toko.
Lah ini, gue jadi dibantuin nggak sih?
Keknya ada yang bakal dijadiin tumbal nih.
Vomment nya zeyeng monggo dipencet n di write makasih😉
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGING AT 12 ACLOCK'
Teen FictionCeweknya nggak gercep, dan cowoknya nggak peka? Gimana bisa jadian! Nyetalking kakak kelas dari 12-IPA-A, Arif Alexander, adalah hobi Anisabelle si cewe SMA yang biasa-biasa aja. Sebenarnya Kak Arif nggak ganteng-ganteng amat, tapi ntah kenapa Anisa...