"Udah sana!" Karyawan cewek tadi mendorong si adek kelas yang gue kira setiap pulang sekolah ngikutin gue.
"Kok jadi gue sih!" Cewek itu keliatan gugup setengah mati. Emang gue seserem itu?
Si karyawan cewek yang sepertinya bernama Sela tersenyum, "Agung punya banyak pekerjaan. Iya kan, Gung!"
"Iya, lu nggak mau gue pergi kan, makanya nyuruh Anisa yang bantuin Arif?!" Kata Agung dengan percaya dirinya.
"Apaan sih! Udah ah, Anisa lu bantuin temenya Agung ini ya."
"Tapi...,"
"Udah, Nis, gapapa, kan udah gue izinin."
Whatever
😄😄😄
Nggak nyangka gue bawa cewek ke kamar gue yang sebelum ini cuma pernah dimasuki gue, papa, sama mama doang.
"Kak,"
Gue menengok cewek itu. "Apa?"
"Kuasnya mana?"
Oh shit! Hampir lupa! Gue mengambil kuas dari gudang belakang dan meninggalkan cewek itu sendirian di kamar gue.
Argh, sebenernya gue nggak suka ada orang asing yang masuk ke rumah gue apalagi ke kamar gue.
Beberapa orang akan membaca pribadi penghuni rumah ketika memasuki rumahnya. Dan gue ga suka itu.
Gue langsung ke kamar lagi begitu berhasil menemukan dua kuas cat dan dua tangga.
Dan gue melihat cewek itu sedang memperhatikan sesuatu diatas meja depan kamar gue yang tadi gue pindahin.
Cewek itu terkesiap begitu menyadari gue udah balik lagi. "Ma-maaf kak, aku cuma liat-liat sedikit."
Ini yang gue gasuka.
Gue memberi cat itu padanya. "Cepet-cepet kerjain aja supaya lo bisa cepet pulang." Segera gue masuk duluan ke kamar gue. "Lo cat dari sebelah kiri gue dari sebelah kanan. Catnya yang rapi!"
"Iya kak!"
Nurut banget.
Karna gue beli dua cat, gue dan cewek itu masing-masing pegang satu. Gue mengoleskan cat biru ini dengan kuas. Bener gasih caranya?
Lah, cat nya netes-netes astaga. Kalo kaya gini lantainya bisa kena bercak-bercak.
"Eh kak, itu catnya netes-netes!"
"Gue tau!"
Dari sudut mata, gue bisa liat cewek itu menuruni tangga dan menyenggol-nyenggol kaki gue. "Turun dulu, kak!"
Dasar cewek ini. Buang-buang waktu. Gue turun menuruti permintaannya. Begitu kaki gue udah menapak lantai, dia langsung mengambil cat ditangan gue.
Dia lalu mengambil wadah cat dan mengurangi cat yang ada di kuas ke dalam kaleng cat. "Kalo kakak pake cat sebanyak ini buat satu kuas, nanti cat nya bakal netes-netes kaya tadi. Selain itu nanti juga bakalan boros, kak!" Katanya sambil tersenyum lalu meletakkan kuas gue disamping kuasnya diatas mampan bekas yang sengaja gue siapin di depan pintu kamar.
Cewek itu lalu membuka celemek putih nya.
"Lu mau ngapain?!"
Cewek itu memakaikan celemek toko nya ke badan gue. Dia memutari gue untuk mengikat talinya kebelakang. Astaga ni cewek!
"Kakak kayaknya lebih membutuhkan celemek ini daripada aku." Katanya sambil menyelesaikan ikatan tali belakang. Ia lalu mengambil kuas gue dan memberikannya sambil tersenyum. Ketika dia tersenyum, matanya jadi menyipit. Sama seperti Mama kalo lagi ketawa.
Gue terpaku. Memandang cewek yang berdiri dihadapan gue. Ini pertama kalinya seorang cewek berlaku seperti ini ke gue.
Cewek itu tiba-tiba terkesiap dan menutup mulutnya. "Ma-maaf kak!" Dia menunduk lalu bersegera menaiki tangga sebelah kiri kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Cewek itu...
Argh!!
Ini kebalik ga sih?
Bukanya harusnya cowok yak yang romantis make-makein celemek:v
Anisaah nyosor duluan jaim dikit napa😆
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGING AT 12 ACLOCK'
Fiksi RemajaCeweknya nggak gercep, dan cowoknya nggak peka? Gimana bisa jadian! Nyetalking kakak kelas dari 12-IPA-A, Arif Alexander, adalah hobi Anisabelle si cewe SMA yang biasa-biasa aja. Sebenarnya Kak Arif nggak ganteng-ganteng amat, tapi ntah kenapa Anisa...