EVEN WHEN YOU LIKE MY HOBBY

3 1 0
                                    














Belasan buah mangga yang nampak segar tergelincirnya berceceran hingga menyebrangi jalan raya. Beberapa darinya telah hancur dan jelas tak lagi layak makan.

Ini yang bakal terjadi kalo lu punya kecerobohan Nobita kelewat batas.

"Aduh, maaf, ya, Bu! Saya bener-bener nggak sengaja." Anisa menelakupkan tangannya pertanda memohon agar kecerobohannya dimaafkan.

Sementara wanita pedagang kaki lima yang kira-kira sudah berkepala lima hanya memandangi buah-buah dagangannya yang telah hancur.

Gue nggak tega liatnya fuck.

Anisa kayaknya ngrasain hal yang sama. "Na-nanti saya ganti deh, Bu!"

Dasar Nobita cewek.

Ibu-ibu itu melihat wajah Anisa. Dia berusaha menampilkan senyum ikhlas, "Nggak apa-apa nak. Belum tentu juga dagangan saya yang jatuh laku semua."

"Tapi, Bu... Kasian Ibu kalo nanti semuanya nggak laku..."

Anisa ini. Ntar malah bikin Ibu nya tambah sedih.

"Gini aja deh, Bu, saya beli semua manggis Ibu yang tersisa. Tapi bayarnya setelah saya nemu ATM, gimana?" Nah kan. Gue malah buang-buang duit lagi untuk Nebus kecerobohan Anisa. Dan itu gue ucapin tanpa sadar. Kenapa gue jadi ikhlas nglakuin ini buat dia sih.

Anisa membuka mulutnya, tapi gue langsung memotong...

"Sekalian buat ngeganti belanjaan gue yang pake duit Lo tadi." Kata gue segera. Padahal sih niat awal nggak begitu.

"Kalian ini pacaran?" Tiba-tiba Ibu tadi melontarkan pertanyaan yang sontak bikin gue depresi selama 4 detik.

"ENGGAK!" jawab gue setengah berteriak.

Bukanya ikut bilang 'nggak', Anisa malah tersenyum.

"Lu ngetawain gua?!"

Anisa terkesiap dan menggeleng dengan cepat. "Ng-nggak..."







😄😄😄



Setelah berhasil menemukan mesin ATM di daerah pom bensin, gue membayar sisa buah mangga yang sepakat gue beli semua ke Ibu-ibu tadi. Gue juga udah m membayar uang talang Action Figur ke Anisa. Pengeluaran gue... T_T

Kami lalu istirahat sebentar di pom. Udah kaya anak kucing sama emaknya, yakan?

"Kalian keliatannya masih anak sekolah, ya?"

Anisa mengangguk.

"Oh, maaf ya tadi Ibu kira kalian pacaran. Abisnya sore-sore begini jalan berdua. Malam Minggu lagi"

"Hehe, nggak apa-apa, buk!" Jawab Anisa sambil terkekeh.

"Apanya yang nggak apa-apa?" Gue memandang Anisa menunggu jawaban.

Dan hasilnya, Anisa cuma terkatup.

"Ehm. Kalian adek kakak?"

"Nggak, Buk. Kita cuma... cuma temen aja. Kebetulan saya ketemu dia di Jakarta. Karna dia bilang dia masih belum tau daerah sini, jadi saya nemenin dia seharian."

Anisa tiba-tiba tersenyum.

"Lu kenapa sih?!" Gue membuang muka, tau alasan tu bocah tiba-tiba senyum. Gue baru aja nyebut dia temen gue.

"Oh gitu. Baru pertama kali ke Jakarta, ya?"

Anisa mengangguk mengiyakan.

"Nanti udah tau mau tidur dimana?"

Anisa dan gue saling berpandangan. Iya juga ya?! Gue mau tidur dimana? Nggak mungkin gue balik ke hotel. Dan nggak mungkin juga gue bawa Anisa ke hotel.

Gue dan Anisa sama-sama menggeleng.








😄😄😄


"Nah, ini rumah Ibu... Kecil memang, tapi masih layak kok untuk kita bertiga."

Ibu pedagang kaki lima, Bu Seno, mengajak gue dan Anisa untuk tinggal semalam dirumahnya.

Rumah nya emang agak kecil. Sederhana tapi keliatannya nyaman. Agak jauh dari jalan raya jadi disini nggak terlalu berisik.

Rumah Bu Seno ada di sebuah perumahan. Tadinya gue kira ini komplek kos, tapi nyatanya ini rumah pribadi Bu Seno yang dihimpit dua rumah yang sama-sama sederhana di kanan kiri nya.

"Sebentar lagi malam, Ibu masak dulu ya..., nanti kita makan sama-sama."

"Em, buk! Biar saya bantu!" Anisa mengikuti Bu Seno dengan berlari.

"Anisa!"

Anisa berhenti dan menengokkan kepalanya.

"Jangan lari-larian ntar jatuh lagi lu..." Kata gue lalu buru-buru gue merebahkan tubuh di sofa ruang tamu.













Kak Arif...,














Acie Babank Arip...
Ehehe

SINGING AT 12 ACLOCK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang